Sederet Bahasa Daerah Indonesia 'Kritis' Terancam Punah, Sudah Tahu Apa Saja?
Salah satu keunggulan bangsa Indonesia terletak pada kekayaan bahasa. Setiap daerah di negara kepulauan kita memiliki bahasa daerahnya masing-masing dan dipersatukan oleh bahasa Indonesia. Perbedaan ini membuat Indonesia kian unik.
Sayangnya seiring dengan perkembangan zaman, anak-anak yang menggunakan bahasa daerah untuk sehari-hari semakin jarang ditemukan. Bahkan ada beberapa di antaranya yang terancam punah sebab penutur usia 20 tahun ke atas tergolong sedikit.
Kategorisasi keterancaman bahasa dibagi menjadi 2 sebagaimana dijelaskan dalam situs Indonesia Baik, yaitu sangat terancam dan sangat terancam, Beauties. Semakin sedikit jumlah penuturnya, maka keterancaman bahasa daerah dinyatakan kritis atau sangat terancam.
Ini dia sejumlah bahasa daerah sangat terancam punah tersebut yang diungkap Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, dan Riset (Kemendikbudristek).
Bahasa Retta
Ilustrasi bahasa/ Foto: Unsplash.com/Ryan Wallace
Bahasa Retta merupakan bahasa yang ditutur penduduk Kepulauan Alor, Nusa Tenggara Timur (NTT). Dalam beberapa tahun terakhir bahasa Retta sudah dikhawatirkan punah. Mengutip laman Peta Bahasa Kemendikbud, bahasa Retta merupakan bahasa minoritas di sejumlah kecamatan, seperti di Kecamatan Pulau Pura (mayoritas menuturkan bahasa Blagar) dan Kecamatan Alor Barat Laut yang mayoritas penduduk berbahasa Melayu.
Bahasa Saponi
Ilustrasi bahasa/ Foto: Unsplash.com/Element5 Digital
Bahasa Saponi merupakan bahasa ibu di wilayah Kabupaten Waropen, Papua. Bahasa ini dituturkan etnik Woria di kampung Botawa dan Kampung Ruambak SP (Satuan Pemukiman).
Bahasa Ibo
Ilustrasi/ Foto: Getty Images/iStockphoto/Yamtono_Sardi
Bahasa Ibo (Ibu) dituturkan oleh masyarakat Kabupaten Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara. Tepatnya masyarakat Desa Gamlamo, Kecamatan Ibu.
Bahasa Meher
Ilustrasi bahasa/ Foto: Getty Images/iStockphoto/Maria Petrishina
Bahasa daerah yang ada di posisi kritis atau sangat terancam punah selanjutnya adalah bahasa Meher. Bahasa ini diucapkan oleh penduduk etnis Meher, Pulau Kisar, Maluku. Mengutip situs Kantor Bahasa Maluku Kemdikbud, pada pulau tersebut terdapat dua bahasa oleh dua etnis, yaitu Meher atau Kisar yang merupakan bahasa rumpun Austronesia, Melayu Polinesia, dan Timur Tengah, serta bahasa Oirata oleh etnis Oirata yang merupakan rumpun non-Austronesia.
Perubahan status bahasa menjadi sangat terancam punah dikarenakan kuatnya penggunaan bahasa Melayu Ambon yang dianggap prestise oleh generasi-generasi penerus.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!