Sejarah Women's March, Ternyata Ada dari Awal Abad 20 untuk Perjuangkan Hak Pilih!

Dimitrie Hardjo | Beautynesia
Kamis, 25 May 2023 17:15 WIB
Foto: Gustavo Caballero/Getty Images

Aksi Women's March Jakarta kembali memeriahkan tahun ini pada Sabtu (20/5) lalu. Apakah Beauties mengikutinya juga? Tentu Women's March dilakukan untuk menyerukan suara-suara perempuan dan kaum marginal, rentan, dan minoritas yang mempunyai hak setara dengan masyarakat lainnya. Namun, tahukah kamu bahwa Women's March ini tidak hanya diselenggarakan di Indonesia saja? Justru aksi protes oleh para perempuan ini mempunyai cikal bakal yang cukup menarik untuk disimak. Dirangkum dari berbagai sumber, yuk baca selengkapnya di bawah ini.

Suarakan Hak Pilih Tahun 1913

Ilustrasi Women's March / Foto: Getty Images/Emma McIntyre

Sejarah Women's March sudah bisa ditarik dari awal abad ke-20, tepatnya tahun 1913 di mana para perempuan mendesak pemerintah agar mereka diberikan hak pilih. Situs NPS menjelaskan bagaimana perempuan Amerika Serikat memperjuangkan keadilan dan hak pilih mereka pada 3 Maret 1913, sehari sebelum inagurasi Presiden Woodrow Wilson.

Perjuangan revolusioner tersebut melibatkan aksi protes para perempuan di sepanjang jalan Pennsylvania Avenue yang membuahkan hasil amandemen konstitusi Amerika Serikat di mana hak pilih AS berlaku tanpa batasan gender. 

Women's March 2017 Akibat Presiden Donald Trump

Women's March 2017 Amerika Serikat/ Foto: Reuters/Lucas Jackson


Momen bersejarah Women's March lainnya yakni saat Presiden Donald Trump berhasil memenangkan pemilu AS 2016, Beauties! Melansir lama History, mereka mencetak rekor sebagai aksi protes terbesar sepanjang sejarah Amerika Serikat. Demonstrasi besar-besaran tidak hanya dilakukan di Washington saja, tapi juga sejumlah negara bagian lainnya dengan akumulasi lebih dari 3 juta orang ikut dalam aksi nasional.

Bukan tanpa alasan, Women's March yang berlangsung Januari 2017 dilakukan imbas perilaku dan ucapan Donald Trump yang dianggap tidak bermoral, yakni memperlakukan perempuan seperti objek pribadi hanya karena status selebriti yang disandangnya. Karenanya, para perempuan berani turun ke jalan untuk tegakan kesetaraan gender dan hak-hak sipil. Bersama dengan itu, mereka juga mempopulerkan "Pink Pussy Hats" yang kompak dikenakan para demonstran.

(dmh/dmh)