Serba Serbi Film Animasi Merah Putih: One For All yang Lagi Viral di Medsos, Sejumlah Sineas Angkat Bicara!

Florence Febriani Susanto | Beautynesia
Senin, 11 Aug 2025 17:00 WIB
Serba Serbi Film Animasi Merah Putih: One For All yang Lagi Viral di Medsos, Sejumlah Sineas Angkat Bicara!
Merah Putih: One For All/Foto: YouTube CGV Kreasi

Serba serbi Merah Putih: One For All kali ini lagi ramai di dunia maya. Banyak warganet penasaran sekaligus heran dengan rilisan animasi nasional ini. Film ini datang dengan semangat nasionalisme, tapi juga membawa kontroversi bahkan sebelum penayangannya di layar lebar.

Beauties pasti sudah tahu, Merah Putih: One For All dibuat jelang 17 Agustus. Trailernya baru rilis, namun, komentar pedas langsung membanjiri media sosial. Jadi, apa saja yang bikin film ini viral dan menuai kontroversi? Yuk, kita bahas satu-satu.

Sinopsis Merah Putih: One For All

Sinopsis Merah Putih: One For All/Foto: YouTube CGV Kreasi

Film ini mengisahkan delapan anak dari berbagai daerah di Indonesia. Mereka tergabung dalam tim bernama Merah Putih dengan misi penting. Menjaga bendera pusaka sampai hari upacara kemerdekaan.

Masalah muncul ketika bendera itu hilang tiga hari sebelum perayaan. Perjalanan penuh tantangan pun dimulai. Mereka menembus hutan, melawan badai, hingga menyusuri sungai. Semua demi mengibarkan bendera di hari bersejarah.

Film animasi Indonesia ini memuat pesan persatuan, kerja sama, dan menghargai perbedaan. Namun, eksekusinya menuai komentar beragam dari penonton.

Anggaran Rp6,8 Miliar dan Dibandingkan dengan Film Jumbo

Film Merah Putih/Foto: YouTube CGV Kreasi

Salah satu poin hangat dari serba serbi Merah Putih: One For All adalah biaya produksinya. Anggarannya mencapai Rp6,8 miliar. Jumlah ini bikin banyak warganet kaget.

Beberapa menganggap kualitas visual tak sebanding dengan dana besar itu. Perbandingan pun muncul dengan animasi lokal dan internasional. Ada yang menilai banyak film serupa dengan biaya lebih rendah punya hasil lebih rapi.

Masyarakat pun berbondong-bondong mengungkapkan pendapatnya di kolom komentar Instagram @merahputihoneforall.

“Dengan budget yang katanya 6.7 miliar, design karakternya nggak bikin sendiri, cuma beli di website, dubbing suaranya ga proper, keliatannya bukan di studio tapi di kamar kost, saya yakin banget, budget yang turun ke animatornya ga sampe 100 juta dari total budget. Wajib di audit ni sama @official.kpk atau @kejaksaan.ri,” tulis seorang warganet.

Mau tidak mau, publik membandingkan dengan film Jumbo yang rilis sebelumnya. Jumbo dinilai berhasil menaikkan standar animasi lokal. Jadi, ekspektasi penonton otomatis meningkat.

“Ketika standar film Indonesia lagi bagus-bagusnya setelah film Jumbo, terus kalian ngerilis film ini kira-kira apa motivasinya? Apakah setelah menonton ini seluruh masyarakat Indonesia langsung berubah mencintai negara dan menjadi nasionalis?” ucap warganet lainnya.

Komentar Pedas dari Warganet

Komentar Pedas dari Warganet/Foto: Freepik

Sebagian besar netizen langsung meluapkan kekecewaan usai menonton trailer-nya. Menurut komentar warganet, kualitas visualnya dianggap gagal memenuhi ekspektasi. Apalagi industri animasi lokal saat ini dinilai sudah berkembang pesat dan semakin naik daun.

"Menurunkan standar animasi Indonesia padahal udah banyak animator Indonesia yang hebat kenapa ini jadi turun banget dari standar animasi di jaman modern? Dana buat film animasi ini gak masuk akal katanya nyentuh 6-8 miliar ya?" tulis seorang warganet.

"Poster film lu siapa yg bikin sih parah banget, font kepotong, spacing antar font mepet, warna font mati, layout sama komposisi desainnya ancur berantakan, masa dana 6,7 M enggak bisa nge hire desainer yg bagus," tulis warganet lainnya.

"Gelisah bgt nonton trailernya, berasa dikejar deadline, hasilnya kek tugas sekolah," tulis warganet.

"Sebagai illustrator dan graphic designer, gue nggak habis pikir gimana film Merah Putih: One For All bisa rilis dengan kualitas kayak gini. Dana gede, akses luas, dan tema nasionalisme yang seharusnya bikin bangga, malah dieksekusi dengan gerakan animasi dari free assets, lagu dan backsound generik hasil AI tanpa emosi, serta desain karakter kaku tanpa jiwa. Sebagai seorang desainer yang berpegang teguh bahwa setiap karya harus lahir dari jiwa, dikerjakan dengan hati, dan nggak dipaksain cuma demi deadline, gue bener-bener muak lihat hasil yang jelas-jelas dibuat setengah hati kayak gini," tutur warganet.

Materi Promosi Film Ikut Disorot

Materi Promosi Film Ikut Disorot/Foto: YouTube CGV Kreasi

Bukan hanya visual yang menuai komentar, materi promosinya juga kena sorotan. Warganet memperhatikan tagline yang digunakan dalam promosi Merah Putih: One For All.

Seperti dilansir dari unggahan di X (dulu Twitter), akun @croxxxxxx mempertanyakan pilihan kalimat “Film Animasi Anak Indonesia Pertama Bertema Kebangsaan.” Menurutnya, klaim itu tidak akurat. Pasalnya, sebelum film ini, sudah ada Battle of Surabaya (2015) yang mengangkat tema sejarah Perang Surabaya 1945.

“Dengan bangganya memakai tagline ‘Film Animasi Anak Indonesia Pertama Bertema Kebangsaan’ saat film ini sudah ada bertahun-tahun lalu,” tulis @croxxxxxx. Komentar ini langsung ramai dibagikan, memicu diskusi soal pentingnya riset dan ketelitian dalam membuat materi promosi.

Mengenal Kreator Film

Mengenal Kreator Film/Foto: Instagram @perfiki.tv

Film ini disutradarai Endiarto dan Bintang Takari. Mereka juga menulis skenario. Endiarto merangkap produser eksekutif, sedangkan Bintang Takari menggarap animasi visualnya.

Rumah produksi di balik proyek ini adalah Perfiki Kreasindo. Diketahui, Perfiki TV adalah bagian dari Yayasan Pusat Perfilman H. Usmar Ismail.

Uniknya, sebagaimana dilihat dari Instagram @perfiki.tv, Perfiki sebelumnya belum pernah merilis film animasi Indonesia. Mereka lebih dikenal lewat kegiatan non-film, seperti ajang Putri Asuransi Indonesia.

Toti Soegriwo sebagai produser memilih merespons santai kritik publik. Lewat akun Instagram, ia menulis, “Senyumin aja, komentator lebih pandai dari pemain.”

Ia juga menekankan bahwa viralnya komentar membawa manfaat tersendiri. Baginya, pembicaraan publik, baik positif maupun negatif, tetap jadi promosi gratis.

Pendapat Sineas Indonesia

Pendapat Sineas Indonesia/Foto: @hanungbramantyo

Perdebatan soal Merah Putih: One For All juga memancing respon dari para sineas. Menurut Angga Dwimas Sasongko, pendiri Visinema Pictures sekaligus produser Jumbo, ia memilih untuk tidak ikut terjebak dalam kontroversi. Ia justru mengajak semua animator lokal tetap semangat berkarya.

“Semangat animator-animator Indonesia. Ini bukan ‘Nila setitik, rusak susu sebelanga’. Terus berkarya dengan hati dan keyakinan kalau animasi Indonesia akan terus berkembang baik,” ujar Angga, dilansir dari akun Instagram @folkative. Pandangannya menunjukkan optimisme terhadap perkembangan film animasi Indonesia di masa depan.

Namun, nada berbeda datang dari produser ternama Hanung Bramantyo. Lewat akun Threads @hanungbramantyo, ia menyoroti masalah anggaran produksi. “Budget Rp 7 miliar untuk film animasi, potong pajak 13 persen (jadi) kisaran Rp 6 miliar, sekalipun tidak dikorupsi, hasilnya tetap JELEK!!!” tegas Hanung.

Ia menjelaskan, untuk menghasilkan kualitas mumpuni, dibutuhkan anggaran Rp 30–40 miliar, di luar biaya promosi. Prosesnya pun idealnya memakan waktu 4–5 tahun.

“Budget Rp 6 miliar hanya sampai tingkat Previs (kumpulan storyboard berwarna yang digerakkan sebagai panduan Animator). Kalau itu yang ditayangkan, sudah pasti penonton akan resisten. Ibarat membangun rumah, belum dipelur semen dan lantainya masih cor-coran kasar,” tambahnya.

Jadwal Tayang di Bioskop

Jadwal Tayang di Bioskop/Foto: YouTube CGV Kreasi

Merah Putih: One For All dijadwalkan tayang 14 Agustus 2025. Momen ini jelas bertepatan dengan perayaan HUT RI ke-80. Cinema XXI sudah mengonfirmasi penayangan. Ada juga promo tiket Rp17 ribu khusus tanggal 17 Agustus. Promo ini bisa jadi strategi menarik penonton.

Dengan segala pro dan kontra, film ini akan menjadi ujian bagi pasar. Apakah kritik publik akan menghambat atau justru mendorong rasa penasaran?

Serba serbi Merah Putih: One For All memang menarik dibahas. Dari konsep cerita yang nasionalis, hingga kontroversi visual dan anggaran. Semua menyatu jadi perbincangan hangat jelang 17 Agustus.

Bagaimana menurutmu, Beauties?

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang dapat ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(naq/naq)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE