Serba-serbi Hosti, Roti yang Biasa Ada dalam Ritual Perjamuan Kudus

Meuthia Khairani | Beautynesia
Rabu, 25 Dec 2024 18:00 WIB
Serba-serbi Hosti, Roti yang Biasa Ada dalam Ritual Perjamuan Kudus
Serba-serbi hosti atau roti perjamuan kudus/Foto: Unsplash/Diocese of Spokane

Roti Perjamuan Kudus atau yang biasa disebut hosti adalah roti yang digunakan dalam ritual Perjamuan Kudus atau Ekaristi dalam agama Kristen dan Katolik, terutama dalam tradisi Gereja Katolik. Roti ini memiliki makna sakral dan dianggap sebagai simbol kehadiran Kristus di tengah umat beriman.

Kata "hosti" merupakan kata berbahasa Indonesia yang diserap dari bahasa Belanda "hostie", yang artinya 'kurban'. Kata ini dijadikan sebutan bagi roti yang digunakan untuk roti yang sudah dikonsekrasi (roti dan anggur berubah menjadi kehadiran Kristus dalam Ekaristi). Sebelum dikonsekrasi, roti ini lebih tepat disebut "roti altar".

Dilansir dari New Advent, kata "hosti" atau "hostis" berarti 'musuh'. Karena orang-orang kuno mempersembahkan musuh mereka yang kalah sebagai korban bagi para dewa. Namun, ada kemungkinan bahwa "hostia" berasal dari "hostire", yang berarti 'menyerang', seperti yang ditemukan dalam Pacuvius.

Bahan Pembuatan Hosti

Bahan pembuatan hosti/Foto: Unsplash/Eric Mok

Bahan yang sah dari hosti Ekaristi adalah gandum murni yang direduksi menjadi tepung, diencerkan dengan air, dan dibakar dengan api. Beberapa teolog membahas penggunaan berbagai tepung, tetapi terkadang memakai pati atau biji-bijian yang diencerkan dengan susu.

Sebagian besar orang Yunani mengakui bahwa roti beragi maupun tidak mengandung ragi sah-sah saja untuk disediakan dalam sakramen. Di Gereja Barat, praktik yang seragam adalah menggunakan roti tidak beragi. Secara tepat, kaum Lutheran tidak terlalu mementingkan apakah roti itu beragi atau tidak, tetapi umumnya mereka menggunakannya tidak beragi. Liturgi Anglikan tahun 1549 mengamanatkan penggunaan roti tidak beragi.

Di Timur, kaum Jacobite Suriah dan kaum Nestorian meremas roti altar mereka dengan pasta minyak dan garam, kebiasaan yang dikecam oleh orang Mesir. Sementara kaum Sabaite atau orang Kristen dari St. John membuat hosti mereka dari tepung, anggur, dan minyak.

Namun, di Missouri dan Rhode Island, roti altar harus diproduksi sesuai dengan spesifikasi Gereja. Roti untuk merayakan Ekaristi harus dibuat hanya dari gandum, harus dipanggang, dan menurut tradisi kuno Gereja Latin, harus tidak beragi.

Cetakan Hosti

Cetakan hosti/Foto: Pexels/Felipebalduino

Cetakan yang digunakan untuk hosti adalah peralatan besi yang mirip dengan setrika wafel, yang terdiri dari dua pelat yang disatukan dengan bantuan dua pegangan bengkok yang berfungsi sebagai tuas. Pelat bawah cetakan hosti diukir dengan dua, empat, atau enam figur hosti.

Dari abad kesembilan hingga abad kesebelas, besi-besi cetakan hosti memang sangat tebal, kira-kira sebesar telapak tangan. Namun, menjelang akhir abad kesebelas, ukurannya dikurangi secara signifikan sehingga sekali mencetak dapat menghasilkan lebih banyak hosti. Sejumlah besi hosti mencantumkan tanggal pembuatan, inisial nama pengukir, dan lambang donor.

Gereja-gereja Timur umumnya membuat hosti menggunakan cetakan kayu. Untuk membuat hosti yang dipanggang dalam cetakan menjadi bulat, hosti dipotong dengan gunting, pelubang, atau jangka.

Gambar pada Hosti

Gambar pada hosti/Foto: Pexels/Gabriel Manjarres

Besi abad kelima belas di Bethine (Vienne) membuat hosti yang bergambar Anak Domba yang menang, wajah Kudus yang dikelilingi bunga lili, juga penyaliban dan kebangkitan. Pada abad keenam belas di Lamenay (Nievre), hosti dibuat dengan gambar Yesus Kristus duduk di tahta-Nya dan menyampaikan berkat-Nya, dengan latar belakang bintang-bintang.

Di Montjean (Maine-et-Loire), hosti dicap dengan gambar Kristus yang Tersalib dan Kristus yang Bangkit, dibingkai dengan indah dengan bunga lili dan mawar. Di Rouez (Sarthe) terdapat besi yang membentuk dua hosti; yang satu menggambarkan Kristus yang memanggul salib-Nya dan bertuliskan: QUI. VEULT. VENIRE. POST. ME. TOLLAT. CRUCEM. SUAM. ET. SEQUATUR. ME. Yang lain menggambarkan Penyaliban dan tertulis: FODERUNT. MANUS. MEAS. ET. PEDES. MEOS. DINUMERAVERUNT. OMNIA. OSSA. MEA.

Besi hosti abad ke-17 dan ke-18 telah diawetkan dalam jumlah besar, dan sangat mirip dengan yang sekarang digunakan. Yakni, dicap dengan Anak Domba yang berbaring di buku, Kristus di Salib, atau huruf I H S yang memancarkan sinar dan dikelilingi buah anggur dan duri.

Besi hosti yang telah lolos dari kehancuran di antaranya adalah besi hosti milik Beddes, Azy, Chassy, ​​dan Vailly (Cher), keempatnya berasal dari abad ketiga belas, besi hosti milik Palluau (Indre) dan milik Crouzilles dan Savigny (Indre-et-Loire), dan sebagainya.

Tradisi Membuat Hosti

Tradisi membuat hosti/Foto: Unsplash/Diocese of Spokane

Mengutip dari Catholic Digest, dulu para suster atau biara, warga sekitar, dan anggota perkumpulan altar gereja selama bertahun-tahun sering membuat hosti untuk acara-acara religius yang mengharukan dan penuh doa. Tradisi ini sudah lama ada namun mulai runtuh setelah Perang Dunia II. Sebab, banyak biara yang menyadari bahwa mereka tidak dapat memenuhi permintaan.

Pada sekitar tahun 1874, Suster membuat hosti dengan cara menekan adonan ke cetakan besi cor dan dipanggang di atas api. Atau, memasak dengan dua cetakan besi (seperti cetakan wafel) yang dipanaskan.

Namun, kemudian metode memasak mulai berubah seiring komunitas terus berkembang. Pada tahun 1910, para Suster memproduksi roti altar dengan jumlah banyak hingga jutaan hosti per minggu untuk dijual ke paroki-paroki dari Meksiko, Amerika Serikat, Kanada, Haiti, Irlandia, Rusia, Jepang, Selandia Baru, hingga Australia.

Cara Mengonsumsi Hosti

Cara mengonsumsi hosti/Foto: Pexels/Gabriel Manjarres

Biasanya, hosti dikonsumsi dengan anggur. Caranya adalah dengan mencelup hosti ke dalam anggur yang telah dikonsekrasi atau yang disebut juga dengan "intinction".

Petunjuk Umum Misale Romawi edisi terkini menyatakan bahwa darah Tuhan dapat diterima dengan baik melalui meminum darah Kristus langsung dari piala. Pencelupan ini hanya boleh dilakukan oleh pelayan Ekaristi alias imam atau prodiakon. Demikianlah yang penjelasan yang dikutip dari Catholic Answers.

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(ria/ria)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE