Setelah Tewaskan Jurnalisnya, Kini Pasukan Israel Serbu dan Paksa Kantor Berita Al Jazeera Tutup!

Rini Apriliani | Beautynesia
Senin, 23 Sep 2024 15:30 WIB
Setelah Tewaskan Jurnalisnya, Kini Pasukan Israel Serbu dan Paksa Kantor Berita Al Jazeera Tutup!
Israel serbu dan meminta hentikan aktivitas kantor berita Al Jazeera/Foto: via REUTERS/Al Jazeera

Kebebasan pers di Palestina kian terikat. Sepanjang serangan sejak Oktober 2023 lalu, telah menewaskan ratusan jurnalis yang bertugas, termasuk empat jurnalis dari Al Jazeera, yakni Ismail al-Ghou, Ramy El Rify, Samer Abu Daqqa, dan Hamza Al Dahdooh.

Terbaru, pasukan Israel yang bersenjata lengkap dan bertopeng memasuki paksa kantor Al Jazeera di Ramallah, Tepi Barat, Palestina, Minggu (22/9) dini hari.

Mereka memberikan surat perintah untuk menutup aktivitas selama 45 hari. Dalam surat tersebut, Kepala kantor Al Jazeera, Walid Al-Omari mengatakan anggota staf hanya punya waktu sepuluh menit untuk mengambil barang-barang pribadi, kamera, serta mengosongkan kantor.

Mengutip AP News, Israel memaksa penutupan kantor berita tersebut karena Al Jazeera dituduh melakukan hasutan dan mendukung terorisme. 

"Digunakan untuk memicu teror, mendukung kegiatan teroris dan bahwa siaran saluran tersebut membahayakan ... keamanan dan ketertiban umum."

Gunakan Bahan Peledak saat Menyerbu Kantor Al Jazeera

Israeli soldiers patrol an area near the northern kibbutz of Kfar Blum close to the border with Lebanon after Hezbollah said its fighters carried out an aerial attack with two drones against an Israeli air defense system site in the border region on January 25, 2024, amid continuing battles between Israel and Palestinian Hamas militants in the Gaza Strip. (File photo: AFP)

Ilustrasi tentara Israel/Foto: dok. AFP

Jivara Budeiri dari Al Jazeera mengatakan pasukan Israel menggunakan gas air mata di sekitar kantor Al Jazeera dan Lapangan Al-Manara di jantung kota Tepi Barat yang diduduki. 

Sementara itu, seorang penjaga keamanan yang sedang bertugas mengatakan kepada CNN, saat kejadian tentara Israel menggunakan bahan peledak untuk menerobos pintu masuk gedung. Tak hanya satu bom, mereka bahkan meledakkan dua bom sekaligus.

"Mata saya berat, dan saya hampir tertidur ketika tiba-tiba saya melihat mereka mendobrak pintu utama," kata Abu Amer.

"Saya berdiri untuk melihat apa yang mereka lakukan. Mereka melemparkan bom pertama dan kemudian bom kedua," pungkasnya. 

Budeiri menambahkan, para tentara datang menyita kamera mereka. Ia khawatir, militer mungkin mencoba menghancurkan arsip Al Jazeera yang disimpan di dalam kantor.

'Untuk Menghapus Kebenaran'

Perangkat pengintai Israel: Puluhan jurnalis Al Jazeera diduga diretas

Foto: BBC Magazine

Diketahui, kantor Al Jazeera di Ramallah telah beroperasi selama beberapa dekade.

Nida Ibrahim dari Al Jazeera mengatakan penyerbuan yang terjadi itu bukanlah hal mengejutkan, setelah pada Mei lalu, Israel memaksa menutup kantor berita Al Jazeera di wilayah Israel. Namun, ia tidak menduga jika itu akan terjadi hari ini. 

"Kami mendengar pejabat Israel mengancam akan menutup biro tersebut. Kami mendengar pemerintah membahas hal ini, meminta penguasa militer di Tepi Barat yang diduduki untuk menutup dan menutup saluran tersebut. Namun, kami tidak menduga hal itu akan terjadi hari ini," kata Ibrahim.

Setelah terjadinya hal ini, Omari pun mengemukakan kekhawatirannya pada kantor yang menjadi tempatnya bertugas. Pasalnya, cara ini selalu digunakan untuk menghapus kebenaran. 

"Menarget jurnalis dengan cara ini selalu bertujuan untuk menghapus kebenaran dan mencegah orang mendengar kebenaran," katanya.

Kantor Media Pemerintah di Gaza menyebut tindakan Israel tersebut sebagai 'skandal yang memekakkan telinga'.

"Kami menyerukan kepada semua organisasi media dan kelompok yang menangani hak asasi manusia di dunia untuk mengutuk kejahatan keji ini … yang merupakan pelanggaran terang-terangan terhadap kebebasan pers dan media," katanya. 

Lebih lanjut, Sekteraris Jenderal Inisiatif Nasional Palestina Mostafa Barghouti mengatakan Israel tidak memiliki hak secara hukum untuk menutup kantor mana pun di Ramallah, yang termasuk dalam Area A di bawah administrasi keamanan dan sipil Otoritas Palestina (PA). Ia menambahkan bahwa izin operasi Al Jazeera dikeluarkan oleh PA. Melansir Al Jazeera. 

Lalu, Serikat Jurnalis Palestina pun mengecam serangan dan perintah penutupan Israel.

"Keputusan militer yang sewenang-wenang ini merupakan agresi baru terhadap pekerjaan jurnalistik dan lembaga media," katanya.

Terjadi Kerusakan Parah Akibat Serangan Israel

Potret kerusakan di kantor Al Jazeera

Potret kerusakan di kantor Al Jazeera/Foto: CNN

Melansir CNN, tak hanya kamera yang dirampas, kejadian ini pun menimbulkan kerusakan parah pada bangunan kantor Al Jazeera. 

Di lokasi kejadian, CNN menemukan kerusakan parah pada bagian luar dan dalam gedung 'City Center' yang juga menampung beberapa toko dan kantor lainnya. Beberapa anak tangga menuju gedung rusak dan ubinnya hilang sementara pintu utama sepenuhnya hilang.

Pintu masuk ke ruang kerja Al Jazeera telah ditutup sepenuhnya dengan pintu besi yang menurut petugas keamanan kepada CNN dipasang oleh militer Israel. 

Terkait tuduhan Israel pada Al Jazeera yang mengatakan kantor tersebut digunakan untuk mendukung kegiatan terorisme hingga membahayakan umum, kantor berita asal Qatar ini dengan tegas menolak tuduhan tidak mendasar tersebut. 

"Penggerebekan kantor dan penyitaan peralatan kami bukan hanya serangan terhadap Al Jazeera, tetapi juga penghinaan terhadap kebebasan pers dan prinsip-prinsip jurnalisme," kata penyiar itu dalam sebuah pernyataan.

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(ria/ria)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE