Social Loafing Bisa Kacaukan Hasil Kerja Tim Kamu, Kenali Penyebabnya dari Sisi Psikologi
Beauties, menjengkelkan bukan rasanya saat kerja kelompok ada temanmu yang asik main media sosial dan belanja online, tanpa berkontribusi apa pun. Atau, mungkin Beauties juga pernah ada di posisi seperti ini, "Buat apa aku yang kasih ide? Kan ada teman-temanku yang lain."
Pemikiran seperti itu dikenal dengan nama social loafing. Beauties, daripada larut dalam cara berpikir yang keliru, kenali yuk alasan psikologis di balik social loafing, dari penelitian American Psychological Association (APA) dan kajian psikologi sosial yang dirangkum dari buku Social Psychology.
1. Social Loafing sebagai Bentuk Kemalasan Sosial
![]() Social loafing sebagai bentuk kemalasan. foto freepik.com: rosshelenphoto |
Dalam penelitian psikologi sosial yang dilakukan oleh Karau dan Williams, social loafing dianggap sebagai kondisi seseorang menurunkan usaha atau kinerjanya saat berada di dalam situasi kerja kelompok. Lain halnya dengan kerja individu. Kalau kamu nggak mengerjakan tanggung jawabmu, maka kamu harus menanggung risikonya sendiri.
2. Rendahnya Self Efficacy
![]() Rendahnya Self efficacy. foto freepik.com: freepik |
Dikutip dari penelitian APA, self efficacy membahas tentang keyakinan bahwa seseorang mampu meraih hal yang ingin dicapainya. Kalau kamu percaya diri dengan ide-ide yang kamu punya, maka kamu lebih terdorong untuk aktif berpendapat.
Lain halnya kalau kamu menganggap idemu itu buruk dan nggak berguna. Rasa tidak yakinmu itu menunjukan self efficacy yang rendah dan membuatmu mundur untuk berpendapat ketika dihadapkan dengan diskusi dan tugas kelompok yang sulit.
Social loafing sebagai bentuk kemalasan sosial
Social loafing sebagai bentuk kemalasan sosial. foto freepik.com: drazen zigic
3. Tak Ada Rasa Memiliki di Dalam Tim
![]() Rasa memiliki dalam kelompok. foto freepik.com: freepik |
Kalau kamu punya rasa memiliki di dalam tim kerja kamu, Beauties pastinya akan berusaha berpendapat dan berkontribusi sesuai bidang kemampuanmu.
Price, Harrison, dan Gavin juga berpendapat, makin tinggi rasa memilikimu di dalam kelompok, maka kamu akan semakin terlibat aktif dalam tim tersebut. Tapi kalau kamu nggak punya rasa memiliki di dalam tim, kamu justru santai dan asik bermain ponsel sambil belanja online atau bermain game, di saat teman-temanmu serius memikirkan proyek yang harus segera dikumpulkan.
4. Banyaknya Anggota Kelompok
![]() Jumlah anggota kelompok. foto freepik.com: fpphotobank |
Englehart menemukan fakta, makin banyak anggota di dalam sebuah kelompok, justru ini kurang efektif dan sering membuka peluang bagi kebanyakan orang berpikir, "Kenapa harus aku yang menyumbang ide?"
Hal ini bisa lebih buruk lagi kalau ketua kelompok juga nggak punya keterampilan untuk mengelola tugas masing-masing anggota timnya. Akhirnya setiap orang memiliki peran yang nggak jelas dalam pembagian tugas dan ada orang yang harus menanggung begitu banyak pekerjaan dalam satu waktu.Â
5. Kepribadian NeuroticismÂ
![]() Kepribadian neurotic. foto freepik.com: freepik |
Dari teori kepribadian OCEAN, tipe Neuroticism (N), dikenal sebagai tipe kepribadian pencemas. Beauties, bisa jadi di dalam kelompokmu ada anggota yang mudah cemas dan takut dikritik. Akibatnya, mereka lebih banyak diam dan enggan berpendapat.
Berbeda dengan orang tipe extraversion (E) yang cenderung ingin aktif dan bosan kalau hanya diam di dalam tim. Dalam hal ini, tipe agreeableness atau tipe A dibantu dengan tipe E sangat disarankan untuk bisa menyemangati tipe N untuk berani mengutarakan ide-idenya.
Beauties, berikut beberapa penyebab umum yang biasanya membuat seseorang meminimalisir usahanya dalam sebuah tim. Sebelum beranjak ke tips mengatasi social loafing, Beauties wajib cermati dulu 5 penyebab tadi, ya!
---
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!




