Toxic Masculinity Juga 'Menyiksa' Para Pria! Inilah 5 Risiko yang Mengintai Kesehatan Mental Mereka
Pandangan masyarakat terhadap pria, di antaranya harus memiliki sifat agresif, kuat, dominan, tidak boleh menangis, harus menguasai segala hal dan lain sebagainya, ternyata tidak selamanya diterima oleh semua pria lho, Beauties.
Bagaimana tidak? Setiap manusia yang tercipta dengan sifat, pola pikir, juga perilaku yang berbeda, seolah harus mengikuti stereotip sama yang diciptakan oleh masyarakat.
Untuk mengenal sifat maskulin yang berlebihan ini, kita bisa menyebutnya sebagai toxic masculinity atau maskulinitas beracun. Secara sadar atau tidak, toxic masculinity pun nyatanya berdampak pada kesehatan mental para korban yang dianggap tidak memenuhi standar seorang pria.
Dilansir dari Medical News Today, American Psychological Association mencatat beberapa bahaya yang akan timbul ketika seseorang mencoba mematuhi sifat-sifat maskulin yang berlebihan ini.
Pria dan anak laki-laki yang dipaksa untuk menerapkan sifat-sifat ini sering mengalami efek buruk dan mungkin menghadapi masalah, seperti:
Depresi
![]() Mengalami depresi karena maskulinitas beracun/pexel.com/mart production |
Para pria yang tidak bisa menerima dan menerapkan sifat-sifat maskulin berlebihan yang ada di masyarakat dapat mengalami depresi karena merasa terbebani.
Di samping itu, mereka juga akan merasa sendirian karena berpikir setiap pria kecuali dirinya, mampu dan bisa menerapkan sifat-sifat maskulin yang berlebihan ini.
Mengalami Body Image Issue
![]() Mengalami body image issue/pexel.com/inzmam khan |
Sudah menjadi budaya yang mendarah daging pada masyarakat, jika seorang pria yang tidak bisa menerapkan sifat-sifat maskulin berlebih yang ada di masyarakat akan mengalami body image issue atau masalah citra dengan tubuh mereka.
Di Indonesia sendiri kamu mungkin sering melihat seorang pria yang disebut sebagai ‘banci’ jika tidak melakukan hal yang dianggap maskulin. Sehingga para korban bisa jadi tidak percaya diri dengan kemampuan yang ia miliki.
Risiko Berikutnya:
Toxic Masculinity Jadi Alasan Kenapa Mental Health Jarang Dibahas di Kalangan Pria/pexel.com/eman genatilan
Fungsi Sosial yang Buruk
Karena merasa terbebani, selalu diremehkan dan enggan membuka diri, para korban akan mengalami fungsi sosial yang buruk. Mereka akan rendah empati terhadap orang lain atau bahkan jadi terpaksa melakukan kekerasan seksual.
Penyalahgunaan Zat
![]() Penyalahgunaan zat berbahaya/pexel.com/pixabay |
Beauties, mereka yang sudah mulai menyalahgunakan pemakaian obat-obatan bisa jadi tindak lanjut dari depresi yang mereka alami. Karena merasa putus asa dan tertekan, mereka mencoba untuk mencari pelarian, salah satunya dengan menyalahgunakan obat-obatan.
Tertekan Akibat Sigma Toxic Masculinity
![]() Stres dan tertekan karena toxic masculinity/pexel.com/Andrew Neel |
Karena stigma toxic masculinity yang terus menerus diterima, para korban akan stres dan merasa tertekan dengan perilaku yang enggan mereka lakukan. Selain itu, karena adanya rasa takut secara emosional atau berbicara secara terbuka tentang perasaan, terkait dengan sifat-sifat maskulin berlebih ini dianggap terlalu berisiko.
Dari sinilah para pria yang mengalami masalah kesehatan mental dan enggan untuk mencari perawatan profesional atau bahkan berbicara tentang perjuangan mereka saat melawan stigma tentang toxic masculinity dengan teman atau keluarga.
Oleh karenanya, jika kamu menghadapi teman pria yang mengalami toxic masculinity akan lebih baik untuk merangkul dan mendengarkan keluh kesah yang mereka keluarkan. Karena kamu mungkin bisa jadi penyelamat dari ancaman kesehatan mental orang-orang di sekitarmu.



