Pandangan masyarakat terhadap pria, di antaranya harus memiliki sifat agresif, kuat, dominan, tidak boleh menangis, harus menguasai segala hal dan lain sebagainya, ternyata tidak selamanya diterima oleh semua pria lho, Beauties.
Bagaimana tidak? Setiap manusia yang tercipta dengan sifat, pola pikir, juga perilaku yang berbeda, seolah harus mengikuti stereotip sama yang diciptakan oleh masyarakat.
Untuk mengenal sifat maskulin yang berlebihan ini, kita bisa menyebutnya sebagai toxic masculinity atau maskulinitas beracun. Secara sadar atau tidak, toxic masculinity pun nyatanya berdampak pada kesehatan mental para korban yang dianggap tidak memenuhi standar seorang pria.
Dilansir dari Medical News Today, American Psychological Association mencatat beberapa bahaya yang akan timbul ketika seseorang mencoba mematuhi sifat-sifat maskulin yang berlebihan ini.
Pria dan anak laki-laki yang dipaksa untuk menerapkan sifat-sifat ini sering mengalami efek buruk dan mungkin menghadapi masalah, seperti:
Depresi
Mengalami depresi karena maskulinitas beracun/pexel.com/mart production |
Para pria yang tidak bisa menerima dan menerapkan sifat-sifat maskulin berlebihan yang ada di masyarakat dapat mengalami depresi karena merasa terbebani.
Di samping itu, mereka juga akan merasa sendirian karena berpikir setiap pria kecuali dirinya, mampu dan bisa menerapkan sifat-sifat maskulin yang berlebihan ini.
Mengalami Body Image Issue
Mengalami body image issue/pexel.com/inzmam khan |
Sudah menjadi budaya yang mendarah daging pada masyarakat, jika seorang pria yang tidak bisa menerapkan sifat-sifat maskulin berlebih yang ada di masyarakat akan mengalami body image issue atau masalah citra dengan tubuh mereka.
Di Indonesia sendiri kamu mungkin sering melihat seorang pria yang disebut sebagai ‘banci’ jika tidak melakukan hal yang dianggap maskulin. Sehingga para korban bisa jadi tidak percaya diri dengan kemampuan yang ia miliki.