Tuai Pro-Kontra, Perusahaan di China Hadirkan Layanan "Pura-Pura Bekerja" untuk Para Pengangguran

Nadya Quamila | Beautynesia
Kamis, 30 Jan 2025 12:00 WIB
Pro-Kontra soal Tren Layanan Pura-Pura Bekerja
Foto: Pexels.com/Cottonbro Studio

Tidak memiliki pekerjaan, atau yang dikenal sebagai pengangguran, tentu bukanlah hal yang mudah. Hal ini bisa membuat seseorang menjadi stres hingga kehilangan rasa percaya diri. Tak jarang titel 'pengangguran' ini membuat mereka seakan ingin bersembunyi dari masyarakat.

Fenomena ini membuat perusahaan di China menawarkan layanan yang bisa dibilang cukup unik, yaitu layanan "pura-pura bekerja". Tujuan dari layanan ini adalah untuk membantu orang-orang menyembunyikan fakta bahwa mereka adalah seorang pengangguran. Layanan ini menyediakan fasilitas berupa ruang kantor dan makan siang seharga 30 yuan (sekitar Rp67 ribu) dalam sehari. 

Layanan Pura-Pura Bekerja di China untuk Pengangguran

Ilustrasi Seorang wanita sedang bekerja/Foto: freepik.com/drobotdean

Layanan Pura-Pura Bekerja di China untuk Pengangguran/Foto: freepik.com/drobotdean

Di provinsi Hebei, China utara, seorang netizen membagikan video ruang kantor, mengiklankannya sebagai "solusi rahasia" bagi orang-orang yang merasa malu karena menganggur.

"Dengan 29,9 yuan per hari, Anda dapat 'bekerja' di sini dari pukul 10 pagi hingga 5 sore, termasuk makan siang," bunyi narasi dalam video tersebut, dilansir dari South China Morning Post.

Pengguna internet anonim lainnya mempromosikan layanan serupa. Mematok tarif 50 yuan (sekitar Rp111 ribu), layanan yang diberikan adalah seseorang bisa berpura-pura menjadi bos dengan duduk di kursi kulit mewah. Mereka bisa mengambil foto dan mengirimkannya kepada keluarga agar percaya.

"Banyak perusahaan besar yang memberhentikan pekerja," tulis orang tersebut. "Saya punya kantor "cadangan" dan berpikir ini bisa memberi para pengangguran tempat untuk tinggal dan bersosialisasi."

Pro-Kontra soal Tren Layanan Pura-Pura Bekerja

Ilustrasi perempuan bekerja / Foto: Pexels.com / Cottonbro Studio

Foto: Pexels.com/Cottonbro Studio

Tren "pura-pura bekerja" telah menarik banyak perhatian di media sosial di China. Konten dengan topik ini telah ditonton lebih dari 100 juta kali. Namun, ada komentar pro-kontra terkait layanan ini.

Menurut seorang pengamat daring, tren ini bisa membantu meredakan tekanan psikologis yang dirasakan oleh para pengangguran. Seperti diketahui, ada banyak tekanan psikologis yang bisa melanda pengangguran dan memengaruhi kesehatan mental mereka, mulai dari stres finansial, tidak percaya diri, kecemasan akan masa depan, rasa malu atau minder, hingga kehilangan identitas.

Di sisi lain, ada sejumlah pihak yang mengkritik tren ini karena menghambat proses mencari pekerjaan baru. Selain itu, layanan ini juga seolah mendorong eskapisme, yaitu ketika seseorang secara rutin menggunakan suatu aktivitas atau perilaku untuk melarikan diri dari kenyataan hidup. Dikutip dari Very Well Mind, tindakan ini merupakan suatu cara untuk mengalihkan pikiran, menghindari rasa sakit, atau mencari pelarian dari ketidaknyamanan yang terjadi sebagai bagian normal dari kehidupan.

Tingkat Pengangguran di China

Ada banyak pengangguran di luar sana yang sangat membutuhkan pekerjaan.

Tingkat Pengangguran di China/Foto: freepik.com

Tingkat pengangguran dari kalangan anak muda di China mencapai rekor tertinggi sebesar 21,3 persen untuk kelompok usia 16-24 tahun pada Juni 2023. Pihak berwenang kemudian menangguhkan publikasi data selama beberapa bulan dan mengubah metode perhitungannya untuk mengecualikan pelajar. November lalu, pengangguran kaum muda turun menjadi 16,1 persen, menandai penurunan bulanan ketiga berturut-turut.

Laporan tentang individu yang menganggur yang menyembunyikan status pengangguran mereka dari keluarga telah muncul di seluruh China.

Jiawei, mantan karyawan perusahaan e-commerce dari Hangzhou di China timur, mengatakan bahwa setelah perusahaannya bangkrut, ia menghabiskan hari-harinya di kedai kopi untuk melamar pekerjaan dan mengirim CV.

“Pengangguran memang membuat stres, tetapi saya tidak ingin menularkan hal negatif itu kepada keluarga saya,” katanya kepada media Yunxi Technology.

Jiawei meninggalkan kedai kopi pada waktu sepulang kerja seperti biasanya, terkadang pulang larut malam, seolah-olah sedang bekerja lembur.

Sementara itu, Chen, seorang mantan pekerja semikonduktor berusia 29 tahun dari provinsi Hubei di China tengah, mengatakan kepada The Post bahwa setelah diberhentikan tahun lalu, dia memilih untuk tidak memberi tahu pacarnya.

Dengan uang pesangon selama dua bulan, Chen menghabiskan hari-harinya di perpustakaan untuk mempersiapkan diri menghadapi ujian pegawai negeri provinsi pada Maret.

Tanggapan Ahli soal Tren Pura-pura Bekerja di China

Kamu kelahiran Bulan September terbiasa bekerja secara detail.

Tanggapan Ahli soal Tren Pura-pura Bekerja di China/Foto:Freepik.com/Freepik

Para ahli mengatakan bahwa "berpura-pura bekerja" merupakan "fenomena yang terisolasi" di China.

"Masyarakat memberi banyak tekanan pada orang untuk berhasil, dan orang dewasa muda terkadang menetapkan ekspektasi pekerjaan mereka terlalu tinggi. Kejutan tiba-tiba karena kehilangan pekerjaan dapat menyebabkan depresi," kata Zhang Yong, seorang profesor pekerjaan sosial di Universitas Sains dan Teknologi Wuhan, di China bagian tengah kepada The Post.

Zhang menyarankan para pengangguran untuk mencari konseling profesional alih-alih menyembunyikan kesulitan mereka.

"Mereka perlu melihat situasi mereka dengan jujur, memahami pasar kerja, bersikap terbuka dengan keluarga mereka, dan membangun pola pikir yang lebih sehat tentang pilihan karier," tambahnya.

Bagaimana menurutmu soal fenomena ini, Beauties?

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(naq/naq)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE