Uniknya 8 Tradisi Lokal Perayaan Natal di Tanah Air, Ada Wayang Kulit hingga Bakar Batu!

Nisrina Salsabila | Beautynesia
Minggu, 24 Dec 2023 08:00 WIB
Uniknya 8 Tradisi Lokal Perayaan Natal di Tanah Air, Ada Wayang Kulit hingga Bakar Batu!
Deretan tradisi perayaan Natal di Indonesia/Foto: Freepik.com/dragonimages

Sebentar lagi, umat Kristen di penjuru dunia akan menyambut Hari Raya Natal yang jatuh setiap tanggal 25 Desember. Hari besar untuk memperingati kelahiran Yesus Kristus ini biasanya berlangsung secara meriah dan menjadi momen kebersamaan bersama keluarga.

Kristen menjadi agama terbesar kedua di Tanah Air. Jadi, pastilah setiap daerah di Indonesia memiliki tradisi perayaan Natal yang berbeda-beda dan unik. Tradisi tersebut telah dilakukan secara turun-temurun sejak zaman nenek moyang, sehingga menyimpan penuh makna mendalam.

Berikut 8 aneka ragam tradisi Natal di Indonesia yang menarik untuk diketahui. Simak!

1. Marbinda di Sumatera Utara

Tradisi sembelih hewan marbinda di Sumatera Utara/Foto: Unsplash.com/ Kenneth Schipper Vera

Masyarakat Batak Toba di Sumatera Utara punya tradisi turun menurun bernama marbinda untuk menyambut Hari Raya Natal. Marbinda adalah tradisi menyembelih hewan semacam babi dan kerbau yang biasanya digelar pada 24 Desember.

Dikutip dari detikSumut, biaya marbinda untuk membeli hewan sembelihan diperoleh dari urunan warga selama satu tahun. Setelah disembelih, daging akan dibagikan kepada warga secara merata. Bagi masyarakat Batak Toba, tradisi marbinda mengajarkan nilai kebersamaan, senasib sepenanggungan, dan keadilan.

2. Rabo-Rabo di Jakarta

Rabo-rabo di Jakarta/Foto: Randy/detikTravel

Lain halnya Ibu Kota Jakarta, tradisi Natal dan tahun baru yang unik di sini dikenal dengan nama rabo-rabo. Tradisi khas ini ditemukan di Kampung Tugu, Kawasan Cilincing, Jakarta Utara.

Kawasan ini merupakan tempat tinggal bagi orang Indonesia keturunan Portugis. Kata rabo sendiri dalam bahasa Portugis artinya ekor. Jadi, rabo-rabo diibaratkan keluarga yang disinggahi wajib masuk dalam rombongan seperti mengekor untuk mendatangi rumah-rumah berikutnya.

Selama rabo-rabo, warga bersilaturahmi mengunjungi rumah sanak saudara sekampung, sambil diiringi musik tradisional keroncong Tugu. Biasanya, rabo-rabo dilakukan setelah warga melakukan misa dan menyekar kuburan di sekitar gereja.

Puncak perayaan rabo-rabo ditandai dengan tradisi mandi-mandi, yaitu mencoreng wajah satu sama lain menggunakan bedak putih. Menurut kepercayaan, kegiatan tersebut melambangkan penebusan dosa dan permintaan maaf untuk menyambut Tahun Baru dalam keadaan bersih.

3. Wayang Wahyu di Yogyakarta

Wayang wahyu di Yogyakarta/Foto: Eko Susanto/detikFlash

Tak kalah unik dengan daerah lainnya, perayaan Natal di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dimeriahkan dengan pentas kesenian wayang wahyu. Wayang wahyu ialah pertunjukan wayang kulit yang bertema kelahiran Yesus Kristus. Bukan sekadar pertunjukan kesenian wayang biasa, wayang wahyu juga menjadi sarana akulturasi budaya dan sarana untuk menyampaikan firman Tuhan.

Keistimewaan lainnya adalah hadirnya nuansa lokal saat ibadah Natal. Para pemuka agama akan mengenakan kostum khas Yogyakarta, seperti blangkon dan beskap, kemudian mereka memimpin ibadah dalam bahasa Jawa.

4. Ngejot dan Penjor di Bali

Penjor di Bali/Foto: Freepik.com/chokniti

Bali dikenal sebagai daerah dengan toleransi agama yang sangat tinggi. Meski penduduk Pulau Dewata mayoritas pemeluk Hindu, namun daerah ini memiliki sejumlah tradisi unik di momen Natal, termasuk ngejot dan penjor.

Ngejot adalah tradisi Natal yang dilakukan dengan saling mengantarkan bingkisan makanan khas Bali kepada keluarga dan tetangga, seperti lawar urap dan sate babi. Sementara itu, penjor adalah hiasan ornamen khas Bali berupa batang bambu tinggi melengkung yang dihiasi janur. 

Tradisi penjor, yang bermakna kesejahteraan dan kemakmuran, terinspirasi dari perayaan Galungungan yang dilakukan umat Hindu. Menjelang Natal, ornamen penjor beserta gebogan bunga biasanya dipasang di sekitar rumah dan gereja. Selain itu, pemeluk agama Kristen di Bali biasanya merayakan hari Natal dengan mengenakan pakaian adat Bali.

Daerah tertentu di Bali juga punya ritual menjelang Hari Raya yang berbeda. Dikutip dari detikBali, umat Katolik di daerah Palasari memiliki kebiasaan menyekar ke kuburan menggunakan canang dan dupa seperti umat Hindu Bali. Dupa bahkan ikut dipakai dalam upacara Natal mereka di gereja.

5. Meriam Bambu di Flores

Meriam bambu di Flores/Foto: Rachmat Ariadi/detikSulsel

Selanjutnya, ada adat istiadat meriam bambu yang dilakukan masyarakat Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT). Pada mulanya, suara menggelegar dari meriam bambu ditujukan untuk mengumumkan kabar duka, lantaran keterbatasan transportasi antar desa.

Namun, seiring berjalannya waktu, meriam bambu digunakan untuk mengekspresikan kegembiraan atas kelahiran Tuhan Yesus. Saat malam Natal tiba, masyarakat Flores akan menyalakan meriam bambu di setiap sudut kota hingga tahun baru.

6. Kunci Taon di Manado

Kunci taon di Manado/Foto: Freepik.com/EyeEm

Orang-orang Suku Minahasa di Manado, Sulawesi Utara, mayoritas beragama Kristen. Di sini, umumnya perayaan Natal telah berlangsung sejak 1 Desember sampai Hari Raya Natal tiba.

Untuk menutup rangkaian kemeriahan Natal yang berakhir pada minggu pertama Januari, dilakukanlah tradisi kunci taon. Biasanya, kegiatan ini dilakukan menjelang tahun baru.

Merujuk CNN Indonesia, sebelum melaksanakan tradisi kunci taon, masyarakat terlebih dahulu mengunjungi dan membersihkan makam para kerabat, lalu makan bersama di sana. Kemudian, barulah warga akan melakukan pawai keliling kota sambil mengenakan kostum bertema Natal.

7. Bunyi Sirine dan Lonceng di Ambon

Bunyi lonceng di Ambon/Foto: Freepik.com/lachetas

Ciri khas perayaan Natal di Ambon yang paling populer adalah sirine kapal dan lonceng gereja. Keduanya dibunyikan secara bersamaan ketika Natal tiba. Selain itu, warga Kota Naku, Leitimur Selatan, juga mengadakan tradisi khusus lain berupa upacara adat penyucian sebagai pengampunan dosa.

Ritual adat ini dilakukan secara berkumpul di rumah komunitas warga. Setelah itu, mereka akan menyanyikan lagu-lagu dalam bahasa daerah dan menari dengan iringan alat musik tradisional tifa. Para perempuan pun akan membawa sirih, pinang, dan minuman tradisional bernama sopi. 

8. Barapen di Papua

Barapen di Papua/Foto: Istimewa/detikFood

Tradisi barapen khas Papua selalu dilakukan dari tahun ke tahun sebagai ekspresi kegembiraan, rasa syukur, dan kebersamaan menyambut kelahiran Yesus Kristus. Ritual ini melibatkan pembakaran batu yang digunakan untuk memanggang babi sebagai hidangan makan bersama.

Sebagai persiapan upacara, penduduk laki-laki setempat akan membuat lubang untuk meletakkan batu panas. Lubang tersebut lalu dimasukkan daun pisang untuk memasak daging babi, terakhir ditutup dengan daun tebal dan batu sampai tiga tingkat. Sementara itu, kaum perempuan akan menyiapkan sayuran pelengkap seperti ubi jalar, kangkung, pakis, singkong, bayam, dan pepaya.

****
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(ria/ria)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE