Usai Sepakat Gencatan Senjata, Israel Tetap Serang Gaza dan Sebabkan 82 Orang Tewas
Warga Palestina terlihat berpelukan penuh haru saat Israel dan Hamas mengumumkan perjanjian gencatan senjata akan dimulai pada 19 Januari 2025. Namun, kegembiraan itu tidak berlangsung lama. Pasalnya, usai beberapa jam sejak pengumuman gencatan senjata, Israel kembali melancarkan serangan dan menewaskan setidaknya 82 warga di Gaza.
Menurut laporan Al Jazeera, pasukan Israel telah menewaskan sedikitnya 82 orang di Gaza, termasuk 30 orang dalam beberapa jam sejak Hamas dan Israel mengumumkan bahwa mereka telah mencapai kesepakatan gencatan senjata.
Satu serangan terhadap sebuah rumah di dekat Gedung Serikat Insinyur di Kota Gaza di utara Jalur Gaza menewaskan sedikitnya 18 orang, koresponden Al Jazeera Arabic melaporkan.
Pertahanan Sipil Palestina juga mengatakan telah menemukan jenazah 12 orang dari lingkungan Sheikh Radwan di Kota Gaza. Di Gaza bagian tengah, lima orang tewas dalam serangan pesawat nirawak Israel yang menargetkan sekelompok orang di daerah Karaj di kamp Bureij.
Jumlah korban tewas, yang dihitung sejak pagi hari pada Rabu (15/1), terus meningkat saat warga Palestina kembali berlindung di tenda-tenda mereka setelah merayakan berita kesepakatan gencatan senjata yang dicapai antara Israel dan Hamas.
Perayaan Berganti Menjadi Kesedihan
Ilustrasi/Foto: AFP via Getty Images/MOHAMMED ABED
Selama beberapa jam usai pengumuman kesepakatan gencatan senjata, warga Gaza mengubah area yang mereka tinggali menjadi panggung perayaan. Penderitaan dan kesedihan perlahan berubah menjadi sebuah pengharapan.
"Selama beberapa jam, orang-orang mengubah seluruh area ini menjadi panggung perayaan, sesuatu yang tidak biasa kita lihat di sini karena area ini dulunya merupakan panggung pemakaman bagi para korban perang dan tempat yang dipenuhi dengan penderitaan dan kesedihan," kata Hani Mahmoud dari Al Jazeera, melaporkan dari Deir el-Balah di Gaza bagian tengah.
Namun, gencatan senjata baru akan dimulai pada Minggu (19/1). Serangan yang dilancarkan Israel pasca pengumuman gencatan senjata kembali membuat warga Gaza khawatir akan hal yang lebih buruk akan terjadi sebelum pengeboman Israel berhenti.
"Kami memperkirakan akan terjadi lonjakan serangan oleh pesawat tanpa awak dan artileri berat, dan itulah yang menyebabkan orang-orang mengakhiri perayaan setelah dua jam," katanya.
Anas al-Sharif dari Al Jazeera, melaporkan dari Kota Gaza, mengatakan serangan Israel yang intens di sana telah "memadamkan" kegembiraan yang dirasakan orang-orang saat pengumuman awal gencatan senjata.
"Beberapa jam yang lalu ada suasana kegembiraan dan kelegaan di antara penduduk di sini ketika pengumuman gencatan senjata dibuat dari Doha, yang menyatakan bahwa gencatan senjata akan berlaku dalam beberapa hari mendatang," kata al-Sharif.
"Namun, segera setelah pengumuman tersebut, pesawat tempur Israel memadamkan kegembiraan rakyat itu, mereka menyerang rumah sakit, tempat penampungan, dan rumah-rumah dengan serangan udara langsung," lanjutnya.
Baik Israel maupun Hamas telah secara terbuka mengakui gencatan senjata dan kesepakatan pertukaran tawanan telah dicapai, meskipun Israel mengatakan beberapa rincian akhir masih harus dibahas sebelum kesepakatan tersebut disetujui.
Kesepakatan Gencatan Senjata Israel-Hamas
PM Israel Benjamin Netanyahu/Foto: REUTERS/Eduardo Munoz/File Photo Purchase Licensing Rights
Dilansir dari CNN, kesepakatan gencatan senjata Israel-Hamas saat ini disusun dalam tiga fase berbeda.
Fase pertama diharapkan akan dimulai pada Minggu (19/1) dan berlangsung selama enam minggu. Fase ini akan meliputi gencatan senjata, penarikan pasukan Israel, pertukaran sandera dan tahanan, dan masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza. Para sandera Amerika Serikat (AS) yang ditahan di Gaza akan dibebaskan pada fase pertama tersebut, kata Presiden AS Joe Biden.
Dilansir dari Al Arabiya News, perundingan untuk perjanjian tahap kedua akan dimulai pada hari keenam belas gencatan senjata. Fase ini akan mencakup pembebasan seluruh sandera yang tersisa dan penarikan penuh Israel dari Jalur Gaza. Sementara itu di fase ketiga, jika Israel dan Hamas berhasil mempertahankan stabilitas hingga fase ini, maka akan ada pemulihan total dan pembebasan tahanan yang tersisa.
Menurut laporan Associated Press (AP), Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa kesepakatan untuk memulangkan sandera yang ditawan di Jalur Gaza telah tercapai. Pengumuman itu disampaikan sehari setelah kantor Netanyahu mengatakan ada kendala di menit-menit terakhir dalam perundingan untuk membebaskan sandera sebagai imbalan atas gencatan senjata di Gaza dan pembebasan tahanan Palestina.
Netanyahu mengatakan ia akan menggelar rapat Kabinet Keamanan pada Jumat (17/1) dan kemudian rapat pemerintah untuk menyetujui perjanjian gencatan senjata. Sebelumnya, diberitakan bahwa dua anggota kabinet telah menyuarakan penentangan terhadap gencatan senjata. Menteri Keamanan Nasional sayap kanan Itamar Ben Gvir mengancam keluar dari pemerintahan jika menyetujui kesepakatan.
Pembebasan Sandera hingga Bantuan di Gaza
Ilustrasi/Foto: Anadolu via Getty Images/Anadolu Agency
Dilansir dari detikNews, Israel disebut akan membebaskan 30 tahanan Palestina sebagai ganti setiap sandera Israel, dan 50 tahanan Palestina lainnya untuk setiap tentara perempuan Israel yang ditahan di Gaza.
Sandera perempuan dan mereka yang berusia di bawah 19 tahun akan dibebaskan terlebih dahulu. Dengan demikian, 33 warga Israel akan dibebaskan dalam 42 hari pertama sejak perjanjian tersebut ditandatangani.
Menurut sumber Al Arabiya, jumlah warga Palestina yang ditahan Israel mencapai 1.650 orang. Lebih lanjut, warga yang mengungsi dari Gaza Utara dapat kembali mulai 22 Januari.
Israel juga akan mengizinkan warga Palestina yang terluka meninggalkan Jalur Gaza untuk dirawat, dan membuka penyeberangan Rafah dengan Mesir tujuh hari setelah dimulainya pelaksanaan tahap pertama.
Perjanjian gencatan senjata juga membahas mengenai bantuan di Gaza. Selama ini, pasukan Israel kerap menghadang bantuan untuk warga Gaza.
Enam ratus truk bantuan kemanusiaan disebut akan memasuki Gaza setiap hari selama enam minggu gencatan senjata. Sekjen PBB Antonio Guterres mengatakan gencatan senjata "sangat penting" untuk menghilangkan hambatan dalam pengiriman bantuan ketika ia menyambut baik kesepakatan tersebut. Sumber mengatakan penyeberangan Rafah diperkirakan akan dibuka mulai 16 Januari.
Serangan yang dilancarkan Israel di Palestina sejak 7 Oktober 2023 hingga saat ini telah menelan begitu banyak korban. Menurut laporan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), mayoritas korban di Palestina adalah perempuan dan anak-anak. Sementara itu lebih dari 1,9 juta warga Palestina terpaksa mengungsi dan kehilangan tempat tinggal mereka. Tak hanya itu, seluruh populasi Gaza berada dalam tingkat krisis kerawanan pangan akut dan ancaman wabah penyakit.
Menurut data dari Kementerian Kesehatan Gaza, jumlah korban tewas secara keseluruhan sejak 7 Oktober 2023 menjadi 45 ribu lebih. Sekitar 104 ribu orang lainnya terluka dalam serangan Israel.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!