Viral Kasus Dokter Meninggal karena Diperkosa, Bagaimana Tingkat Keamanan Perempuan di India?

Firzaputri Maulida Maharani | Beautynesia
Jumat, 23 Aug 2024 17:00 WIB
Bagaimana Indeks Keamanan Perempuan di India?
Ilustrasi/Foto: Freepik/doidam10

India sedang menjadi sorotan dunia akhir-akhir ini karena sebuah kasus pemerkosaan dan pembunuhan yang menimpa seorang dokter residen, Moumita Debnath, ketika ia sedang beristirahat kerja. 

Menurut hasil otopsi, mendiang mengalami luka, patah tulang, dan trauma yang parah di sekujur tubuhnya. Mirisnya, diduga ditemukan sebanyak 150 ml air mani di tubuhnya, yang mengindikasikan bahwa ia diperkosa lebih dari satu orang. 

Kasus ini tentu memicu kemarahan berbagai pihak, utamanya sesama perempuan. Hampir separuh layanan dokter di India dinonaktifkan sebagai bentuk protes untuk menuntut keadilan bagi mendiang Moumita.

Hal ini juga menunjukkan bahwa India belum menjadi negara yang sepenuhnya aman bagi perempuan. Lantas, bagaimana situasi dan kondisi keamanan perempuan di India sebenarnya? Berikut laporannya sebagaimana dilansir dari Forum IAS!

Bagaimana Indeks Keamanan Perempuan di India?

Ilustrasi/Foto: Freepik/doidam10

Menurut laporan Women, Peace, and Security Index 2023, India menempati peringkat ke-128 dari 177 negara. Nilai indeks untuk India yakni sebesar 0,58, yang menempatkannya di kuintil keempat untuk keselamatan perempuan. 

Sedangkan, menurut National Family Health Survey (NFHS-5), sebanyak 30 persen perempuan di India berusia 15-49 tahun telah mengalami kekerasan fisik, seksual, maupun domestik. Hal ini didukung pula dengan jenis kekerasan yang dialami perempuan India menurut laporan National  Crime Records Bureau 2023, yakni KDRT (31,4 persen), penculikan (19,2 persen), pelecehan (18,7 persen), dan pemerkosaan (7,1 persen). 

Apa Alasan Rendahnya Keamanan Perempuan di India?

Ilustrasi/Foto: Freepik

  1. Budaya patriarki. Di India, pria benar-benar dianggap superior dan menormalisasi kekerasan terhadap perempuan. Saking terbiasanya, terdapat pola pikir yang mengakar, yaitu 'Ladka hai Galti ho jaati hai‘ atau yang bisa diartikan dengan 'Ia adalah pria, wajar melakukan kesalahan'.
  2. Objektifikasi perempuan. Konsep male gaze membuat perempuan semakin dipandang sebagai objek, seperti yang kerap terlihat pada film-film Bollywood.
  3. Stigma budaya tentang kasus kekerasan dan pelecehan seksual. Adanya stigma dari masyarakat membuat banyak perempuan takut melaporkan kasus pelecehan, karena hal itu dianggap sebagai hal yang memalukan. Jadi, seringkali kasus pelecehan diabaikan, misalnya kasus pelecehan pada anak.
  4. Ketergantungan ekonomi. Tingginya tingkat ketergantungan ekonomi pada anggota keluarga pria membuat perempuan tidak bisa mandiri secara finansial. Hal inilah yang menyebabkan perempuan sulit untuk lepas dari kekerasan domestik seperti KDRT.
  5. Kurangnya kesadaran dan edukasi. Sayangnya, masih banyak perempuan India yang tidak mengetahui apa saja perlindungan hukum yang dijamin untuk perempuan, seperti UU Kekerasan Domestik dan UU Kekerasan Seksual. 
  6. Kurangnya keamanan di ruang publik. Tempat-tempat umum sering kali masih tidak cukup aman karena kurangnya lampu jalan, kurangnya opsi transportasi umum yang aman, serta kurangnya CCTV membuat perempuan sangat rentan mengalami kekerasan. 

Sebenarnya, pemerintah India telah mengupayakan kebijakan dan pergerakan untuk menjamin perlindungan perempuan melalui pengesahan UU Kekerasan Anak, UU Objektifikasi Perempuan, UU Kekerasan Seksual, dan UU Kekerasan Domestik.

Namun sayangnya, masih terhadap hambatan di mana proses hukum berlarut-larut, kelonggaran dalam prosedur pemidanaan, UU yang tidak sepenuhnya dijalankan, serta  dana publik yang digunakan untuk menjamin perlindungan perempuan dan anak dianggap tidak efektif untuk dialokasikan.

Bagaimana menurutmu, Beauties?

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(naq/naq)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.