4 Cara Mendeteksi Kanker Payudara Secara Klinis yang Lebih Detail

Gayuh Tri Pinjungwati | Beautynesia
Selasa, 21 Oct 2025 07:30 WIB
2. USG Payudara
USG Payudara/Foto: Pexels.com/ Anna Tarazevich

Kanker payudara adalah salah satu penyakit yang paling sering dialami oleh perempuan di seluruh dunia. Meskipun mendengarnya saja sudah menimbulkan rasa takut, memahami penyakit ini sebenarnya bisa menjadi langkah penting untuk melindungi diri sendiri. Karena semakin kita mengenalnya, semakin besar peluang untuk mendeteksi lebih dini dan mendapatkan pengobatan yang efektif.

Melansir dari Mayo Clinic, secara sederhana, kanker payudara terjadi ketika sel-sel di jaringan payudara tumbuh tidak terkendali. Sel-sel ini bisa membentuk benjolan atau tumor yang bisa menyebar ke bagian tubuh lainnya jika tidak segera ditangani.

Namun, penting diingat bahwa tidak semua benjolan di payudara berarti kanker, banyak juga yang bersifat jinak. Tapi, tetap saja, pemeriksaan medis sangat disarankan setiap kali ada perubahan yang terasa.

Beberapa faktor risiko kanker payudara antara lain adalah usia, riwayat keluarga, perubahan hormon, gaya hidup tidak sehat, serta paparan zat tertentu. Perempuan di atas usia 40 tahun biasanya memiliki risiko yang lebih tinggi, tetapi bukan berarti perempuan muda aman sepenuhnya. Oleh karena itulah, mulai mengenali kondisi tubuh sejak dini sangat penting.

Selain SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri), metode deteksi dini kanker payudara juga dapat dilakukan dengan cara SADANIS (Pemeriksaan Payudara Secara Klinis). Berikut ulasannya.

1. Mammogram

Mammogram/Foto: Pexels.com/ Anna Shvets

Mammogram adalah salah satu cara paling efektif untuk mendeteksi kanker payudara sejak dini, bahkan sebelum gejalanya terlihat atau terasa. Pemeriksaan ini lebih sering direkomendasikan untuk perempuan berusia di atas 40 tahun.

Secara sederhana, mammogram adalah pemeriksaan payudara menggunakan sinar-X dosis rendah untuk mendeteksi adanya kelainan pada jaringan payudara. Pemeriksaan ini mampu menemukan benjolan atau sel-sel abnormal yang terlalu kecil untuk dirasakan melalui perabaan tangan biasa. Itulah mengapa mammogram disebut sebagai “detektor dini” yang bisa menyelamatkan nyawa. Semakin cepat kanker payudara terdeteksi, semakin besar kemungkinan untuk sembuh total.

2. USG Payudara

USG Payudara/Foto: Pexels.com/ Anna Tarazevich

Berbeda dengan mammogram yang menggunakan sinar-X, USG payudara (ultrasonografi payudara) bekerja dengan menggunakan gelombang suara frekuensi tinggi untuk menghasilkan gambar jaringan di dalam payudara. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan oleh dokter spesialis radiologi dengan bantuan alat yang disebut transduser, yang digerakkan di permukaan kulit payudara setelah dioleskan gel khusus. Prosesnya tidak menimbulkan rasa sakit dan tidak menggunakan radiasi, sehingga aman untuk semua usia, termasuk bagi ibu hamil atau menyusui.

USG payudara sering direkomendasikan untuk beberapa kondisi tertentu. Misalnya, jika kamu merasakan benjolan di payudara yang tidak bisa dijelaskan melalui pemeriksaan fisik, atau jika hasil mammogram menunjukkan area yang mencurigakan dan perlu diperiksa lebih lanjut. Pemeriksaan ini juga bisa membantu dokter membedakan antara benjolan padat (tumor) dan kista berisi cairan, yang sering kali tampak serupa dari luar tetapi membutuhkan penanganan yang berbeda.

3. MRI payudara

MRI payudara/Foto: Pexels.com/ Belu Montero I Lr Presets → foturismo.store

MRI payudara (Magnetic Resonance Imaging), sebuah teknologi modern yang mampu melihat kondisi jaringan payudara dengan sangat detail. Pemeriksaan ini menjadi salah satu cara paling canggih untuk mendeteksi kelainan, bahkan yang tidak terlihat melalui mammogram atau USG.

MRI payudara bekerja menggunakan gelombang magnet dan radio, bukan sinar-X, sehingga aman dan tidak menimbulkan paparan radiasi. Pemeriksaan ini dilakukan dengan bantuan alat besar berbentuk tabung yang dikelilingi medan magnet.

Sebelum pemeriksaan, pasien biasanya akan disuntikkan zat kontras khusus, yang membantu memperjelas gambar jaringan payudara di hasil pemindaian. Dengan teknologi ini, dokter bisa melihat gambaran yang sangat detail hingga ke bagian terkecil dari jaringan, pembuluh darah, dan kemungkinan adanya pertumbuhan sel abnormal.

4. Biopsi

Biopsi/Foto: Pexels.com/ cottonbro studio

Setelah hasil pemeriksaan seperti mammogram, USG, atau MRI menunjukkan adanya area mencurigakan di payudara, dokter biasanya akan menyarankan biopsi untuk memastikan apakah sel tersebut bersifat jinak atau ganas. Dengan kata lain, biopsi bukan sekadar pemeriksaan tambahan, tapi merupakan kunci untuk mendapatkan kepastian dan arah pengobatan yang tepat.

Biopsi dilakukan dengan cara mengambil sedikit sampel jaringan dari area yang dicurigai, kemudian diperiksa di laboratorium di bawah mikroskop. Dari hasil analisis inilah dokter dapat mengetahui apakah jaringan tersebut mengandung sel kanker, jenisnya, serta seberapa agresif pertumbuhannya. Proses ini membantu mencegah salah diagnosis dan memastikan pasien mendapatkan perawatan yang paling sesuai dengan kondisinya.

Deteksi kanker payudara bukan hanya untuk usia lanjut, tapi juga relevan bagi kamu yang berusia muda. Kenali tubuhmu, jangan abaikan sinyal kecil, dan manfaatkan metode diagnosis modern yang tersedia. Kalaupun hasilnya menunjukkan sesuatu yang serius, semakin cepat ditangani, semakin besar peluang untuk keberhasilan pengobatan.

Kamu tidak sendiri, banyak perempuan telah melalui proses ini dengan harapan dan keberanian. Semoga artikel ini membantumu lebih waspada dan siap menjaga kesehatan payudaramu, Beauties.

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(naq/naq)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE