Siapa yang tidak suka liburan? Liburan adalah pelarian dari kejenuhan atas aktivitas sehari-hari. Namun beberapa fakta yang ada ternyata sebagian orang membawa keresahan tersendiri ketika liburan, seperti depresi akan sesuatu hal dan tidak menikmati liburan.
Salah satu ciri orang yang depresi ketika liburan adalah mereka merasa bersalah membelanjakan uang mereka, hingga terlalu memaksakan diri untuk liburan sehingga dianggap menjadi suatu beban tersendiri. Tak hanya saat liburan, orang yang depresi juga akan merasa tertekan usai menjalani liburan karena harus kembali menghadapi tekanan pada kehidupan sehari-hari.
Sejatinya, liburan adalah hal yang penting. Hal ini didukung dengan penelitian yang menjelaskan bahwa liburan akan sangat mempengaruhi kesehatan seseorang.
"Akan mempengaruhi kesehatan fisik dan mental jika kamu tidak mengambil waktu liburan," kata John de Graaf, Direktur Eksekutif Take Back Your Time, dilansir dari Web MD.
Satu studi tahun 2005 dari Marshfield Clinic di Wisconsin menemukan bahwa perempuan yang tidak berlibur secara teratur dua sampai tiga kali lebih mungkin mengalami depresi dibandingkan dengan perempuan yang berlibur secara teratur.
Studi lain menganalisis survei yang diselesaikan oleh perempuan yang terdaftar dalam Framingham Heart Study selama 20 tahun. Para peneliti menemukan risiko serangan jantung dan kematian delapan kali lebih tinggi di antara perempuan yang jarang berlibur dalam waktu setiap enam tahun atau kurang, dibandingkan dengan perempuan yang berlibur setidaknya sekali setiap dua hingga lima tahun.
"Liburan bukanlah hal yang sepele. Liburan membiarkan kita mengendalikan hal-hal yang secara intrinsik menyenangkan saat kita melakukannya," jelas Frank Farley, PhD., seorang psikolog klinis terkemuka sekaligus profesor di Temple University.
Liburan Membantu Meredakan Depresi Menurut Psikolog
liburan membantu meredakan depresi/foto: pexels/te lensfix |
Liburan memberi kita kesempatan untuk mengisi ulang 'baterai' kita. Tak hanya itu saja, liburan adalah waktu yang sangat penting untuk menjalin ikatan dengan pasangan, anak-anak, teman, dan orang tua, menurut Nadine Kaslow, PhD., seorang psikolog klinis dan profesor di Falkultas Kedokteran Emory University.
Menurut Howard Tinsley, PhD., seorang profesor psikologi emeritus di Southern Illiois University, liburan juga dapat memberikan kita rasa kendali atas hidup kita.
"Ini adalah elemen penting yang diperlukan untuk kebahagiaan, perasaan terkendali, kebebasan memilih," ujar Tinsley.
ilustrasi depresi/foto: pexels/ liza summer |
Braid Brightman, PhD., seorang psikolog dan konsultan organisasi yang berbasis di Massachusetts mengatakan bahwa ketika kita sedang berlibur, ada dorongan dalam dua neurotransmiter otak yaitu dopamin dan serotonin yang terlibat dalam suasana hati dan depresi.
"Orang-orang yang mengalami depresi memiliki tingkat neurotransmiter yang rendah, dan lingkungan kerja dapat memperburuknya. Kami menyebutnya ketegangan kerja yaitu beban kerja yang tinggi dan kontrol yang rendah." kata Brightman
"Itu sebabnya depresi akan mereda ketika kita memiliki rasa kontrol. Saat kamu pergi berlibur, kamu mengambil keputusan, jadi tingkat neurotransmitter akan meningkat. Kamu juga melakukan aktivitas yang menyenangkan sehingga akan meningkatkannya juga," lanjut Brightman.