Fenomena Marak Konten Berbau Vulgar Berkedok Edukasi Seks, Ini Bahaya Seks Bebas Bagi Kesehatan

Camellia Quinita Ramadhani | Beautynesia
Rabu, 29 Jun 2022 09:00 WIB
Ilustrasi Edukasi Seks/Foto: Pixabay/Markus Winkler

Pendidikan seks menjadi salah satu materi yang darurat untuk diajarkan di Indonesia, terutama pada anak muda. Pasalnya, keawaman anak muda terhadap seks justru bisa memunculkan kekeliruan persepsi. Tanpa pengetahuan mumpuni, rasa penasaran anak muda rawan memunculkan tindakan yang tidak bijak dan merugikan mereka sendiri. Kerugian ini meliputi kehamilan di luar nikah, terjangkit penyakit menular seksual, hingga terjangkit HIV/AIDS.

Hal ini membuat para pegiat di media mainstream maupun online mulai membiasakan publik untuk lebih terbuka pada diskusi seputar seksualitas. Namun, ternyata semangat untuk mengajarkan keterbukaan pada isu-isu seksualitas belum diterapkan dengan bijak dan belum memiliki panduan yang jelas. Kesalahan memahami esensi pendidikan seks justru melahirkan konten yang jauh menyimpang dari tujuan utamanya untuk menjadikan anak muda lebih berhati-hati terhadap seks bebas.

Fenomena Sharing Pengalaman Seksual Berkedok Edukasi Seks


Ilustrasi Edukasi Seks/Foto: Pixabay/Markus Winkler

Belum lama ini, jagad maya digemparkan oleh viralnya sebuah konten yang diangkat oleh VOOX bertajuk 'GirlsClass'. Dilansir dari laman detikNews, acara tersebut memuat diskusi para perempuan mengenai seksualitas yang diklaim sebagai bentuk edukasi seks. Namun, masyarakat mengecam VOOX karena tema yang dibawakan terlalu dianggap vulgar. Isu-isu yang diangkat dianggap tidak memiliki unsur edukasi karena hanya menceritakan pengalaman pribadi narasumber tentang masturbasi, one night stand (ONS) hingga friends with benefits (FWB).

Turut menanggapi fenomena konten berkedok edukasi seks, pakar seks dr Boyke Dian Nugraha, SpOG, MARS mengatakan bahwa cerita tentang fantasi seksual bukanlah edukasi seks. Dilansir dari laman detikHealth, dr Boyke menegaskan bahwa membagikan pengalaman seks justru memunculkan dorongan pada seks yang tidak aman. Selain itu, seks bebas memiliki risiko-risiko yang membahayakan.

Terpisah, Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), dr Hasto Wardoyo, SpOG, mengakui masih marak miskonsepsi yang menganggap pendidikan seks harus berisi panduan cara berhubungan seksual. Salah satu materi paling genting yang seharusnya dibicarakan dalam pendidikan seks adalah risiko-risiko hubungan seksual yang bisa berdampak buruk bagi kesehatan.

Misalnya penyuluhan tentang pencegahan kanker rahim dengan menghindari melakukan hubungan seksual di usia dini. Menurut dr Hasto, konten edukasi seks tidak seharusnya mengandung muatan fantasi yang merangsang emosional seksual.

Anak Muda Rawan Dijadikan Target Promosi Prostitusi Terselubung


Ilustrasi Prostitusi/Foto: Pixabay/Gerd Altmann

Di samping keawaman masyarakat Indonesia tentang batasan edukasi seks, semakin banyak oknum yang dengan sengaja memanfaatkan keluguan masyarakat tentang seks sebagai ladang promosi prostitusi terselubung. Salah satunya baru-baru ini dapat dilihat dari beredarnya poster viral yang mempromosikan acara 'Bungkus Night'.

Acara 'Bungkus Night' diselenggarakan di sebuah spa di Jakarta. Namun demikian, tempat yang terdaftar sebagai spa tersebut ternyata hanya kedok belaka. Dilansir dari laman detikNews, diksi ‘bungkus’ dalam poster 'Bungkus Night' di sini mengindikasikan hubungan intim. Poster 'Bungkus Night' menampilkan tawaran untuk berhubungan intim dengan harga sebesar Rp250 ribu.

Masih banyak oknum lain yang memakai berbagai kedok untuk dapat mempromosikan prostitusi. Untuk itu, anak muda  harus terus diarahkan dan dibentengi dengan pengetahuan mumpuni seputar pendidikan seks yang benar.

Lantas, apa saja, sih, bahaya seks bebas bagi kesehatan? Simak ulasannya di halaman berikutnya, ya!

(naq/naq)