Fast food atau junk food memang makanan instan dengan rasa yang lezat. Tidak sedikit dari kita yang gemar mengonsumsi jenis makanan ini. Baik anak-anak maupun orang dewasa menyukai makanan fast food yang mudah didapat dimanapun.
Meskipun sudah banyak dari kita yang tahu bahwa makanan ini tidak sehat, namun seringkali kita tetap mengonsumsinya. Tahukah kamu? Makanan ini memang tidak memberikan dampak secara langsung, namun dalam jangka panjang nanti yang dapat memicu berbagai masalah serius bagi tubuh kita lho terutama masalah kesehatan!
Lalu, apa saja dampak dan bahaya terlalu sering mengkonsumsi fast food? Dilansir dari Medical News Today, ini dia deretan bahaya terlalu sering mengonsumsi fast food. Simak yuk!
1. Sistem Pencernaan
Sistem Pencernaan/Foto: Freepik.com/Katemangostar |
Bahaya terlalu sering mengonsumsi fast food yang pertama yaitu dapat mengganggu sistem pencernaan.
Terdapat banyak makanan cepat saji yang sangat rendah seratnya. Dokter mengasosiasikan diet rendah serat dengan risiko yang lebih tinggi dari kondisi pencernaan seperti sembelit dan penyakit divertikular, serta pengurangan bakteri usus yang sehat.
2. Kesehatan Jiwa
Kesehatan Jiwa/Foto: Freepik.com/Cookie_studio |
Makan terlalu banyak makanan cepat saji juga dapat berdampak pada kesehatan mental seseorang dan membuat mereka lebih rentan terhadap depresi dan kecemasan.
Sebuah studi 2021 membandingkan data dari 322 pria dan 322 perempuan berusia 30 tahun atau lebih. Mereka menemukan hubungan antara makanan sehat seperti sayuran hijau, kacang-kacangan, dan ikan memiliki suasana hati yang positif, sedangkan makanan cepat saji justru sebaliknya.
3. Mengurangi Kemampuan Otot
Mengurangi Kemampuan Otot/Foto: Freepik.com/Benzoix |
Mengonsumsi makanan fast food juga dapat mengurangi kemampuan otot kamu. Dikutip dari Washington Post, beberapa hari makan junk food dapat mengubah metabolisme kamu.
Sebuah penelitian kecil terhadap 12 pria muda yang sehat menemukan bahwa makan junk food hanya selama lima hari mengurangi kemampuan otot mereka dalam mengubah glukosa menjadi energi, walaupun mereka selama penelitian tidak mengkonsumsi banyak kalori.