Banyak cara untuk meningkatkan kesehatan tubuh manusia. Salah satunya ialah menjaga kebersihan tubuh, mulai dari ujung rambut hingga kaki. Cuci tangan, membersihkan telinga, mandi, keramas, potong kuku, adalah beberapa contoh dari membersihkan tubuh yang sebagian besar orang setujui.
Namun, di balik upaya kebersihan tersebut, rupanya nggak semua hal harus dilakukan dengan dalih kebersihan tubuh. Sebaliknya, beberapa ahli mengungkapkan terdapat mitos di balik aktivitas mandi, membersihkan telinga, dan cuci tangan.
Dikutip dari Everyday Health, Darren P. Mareiniss, MD, asisten profesor pengobatan darurat di Sidney Kimmel Medical College di Thomas Jefferson University di Philadelphia, mandi setiap hari dapat mengeringkan kulit dan sabun antibakteri dapat membunuh bakteri baik pada kulit.
Lebih lanjut, menurut dr. Mareiniss nggak mandi dengan benar mungkin dapat menyebabkan bau badan dan infeksi jamur dan bakteri, tetapi bukan berarti harus mandi tiap hari kecuali kamu kotor atau bau. Gagasan ini bukan satu-satunya mitos kebersihan, ada beberapa lainnya. Dihimpun dari Everyday Health, berikut penjelasannya.
Membersihkan Telinga
Mungkin kamu tidak asing dengan upaya pembersihan telinga dengan cotton bud. Benda yang ditemukan pada 1923 ini mungkin awalnya penemuan brilian, tetapi seiring berkembangnya ilmu pengetahuan, cotton bud hanya menambah masalah baru bagi kesehatan telinga dan cenderung tidak aman.
Hal tersebut dikatakan oleh Douglas M. Hildrew, MD, seorang ahli otologi dan direktur medis program pendengaran dan keseimbangan di Yale Medicine. Ia menegaskan bahwa gagasan menggunakan cotton bud untuk membersihkannya adalah salah dan berpotensi tidak aman.
"Kombinasi kulit tipis yang terletak tepat di atas tulang keras membuat kulit cukup rentan robek jika ditusuk dengan cotton bud, penjepit kertas, atau jepit rambut. Robekan kecil di kulit dapat menyebabkan pendarahan dan infeksi yang menyakitkan, "jelas dr. Hildrew.
"Saluran telinga dirancang untuk menjadi struktur yang membersihkan diri. Sementara telinga terus-menerus membuat lilin dan melepaskan sel-sel kulit mati, telinga juga dirancang dengan pola migrasi alami yang mendorong penumpukan berlebih keluar dari saluran telinga," jelas dr. Hildrew.
Dalam hal ini, rupanya kotoran telinga memiliki fungsi bagi telinga itu sendiri, yaitu berfungsi sebagai pelembab untuk saluran telinga.
Douching Vagina
Seperti halnya dengan telinga, vagina juga punya kemampuan dalam membersihkan dirinya sendiri, lho. Keren, kan? Namun, di luar sana ada saja pihak yang membuat seolah-olah vagina organ yang manja dan berupaya untuk membuatnya selalu bersih.
Douching vagina adalah salah satunya. Dikutip dari Everyday Health, douching sudah ada sejak abad ke-19. "Faktanya, douching sering merusak flora vagina (bakteri normal yang ada) dan mengubah pH alami di vagina," kata dr. Mareiniss.
Sebaliknya, douching malah membuka peluang risiko bakterial vaginosis (BV), infeksi vagina, penyakit radang panggul, dan kehamilan ektopik. Perlu digarisbawahi, douching vagina selama kehamilan dapat menyebabkan persalinan prematur, lho, Beauties.
Cuci Tangan Pakai Air Panas
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), air mendidih memang efektif membunuh bakteri berbahaya. Hal ini membuat sebagian orang berpikir bahwa air panas bisa membunuh bakteri pada tangan yang kotor.
Padahal, di samping suhu, faktor terpenting dalam mencuci tangan adalah membasahi tangan, menggosok sabun ke tangan, lalu bilas dengan air untuk menghilangkan semua sabun dan kotorannya. Mareiniss menambahkan, cuci tangan setidaknya selama 20 detik.
Peraturan "belum lima detik" pada Makanan
Beauties, pernahkah kamu mendengar bahwa makanan yang jatuh kurang dari lima detik masih boleh diambil dan dimakan? Ya, aturan populer itu rupanya telah ada sejak 1200 pada masa kekaisaran Mongol, Jengis Khan.
Lagi lagi, seiring berkembangnya dunia kesehatan, rupanya peraturan itu adalah ide buruk dan berbahaya. Menurut Thomas Murray, MD, PhD, spesialis penyakit menular pediatrik dan profesor pediatri di Yale Medicine, bakteri dapat menempel pada makanan yang jatuh, bahkan pada detik pertama.
"Semakin lama makanan terjatuh, secara logis semakin banyak bakteri yang menempel," kata dr. Murray. Hal ini akan semakin berdampak ketika makanan jatuh di permukaan yang tidak sering dibersihkan, seperti lantai.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!