Studi: Ibu Hamil yang Terpapar Polusi Udara Berisiko Melahirkan Bayi yang Lebih Kecil dan Rentan Asma

Nadya Quamila | Beautynesia
Kamis, 14 Sep 2023 07:30 WIB
Hubungan Berat Badan Bayi dengan Kesehatan Paru-paru
Studi: Ibu Hamil yang Terpapar Polusi Udara Berisiko Melahirkan Bayi yang Lebih Kecil dan Rentan Asma/Foto: Freepik.com/lifeforstock

Kondisi polusi udara di Jabodetabek belakangan ini masih menjadi kekhawatiran tersendiri bagi masyarakat. Bukan tanpa alasan, buruknya kualitas udara ini berbahaya bagi kesehatan. Kasus infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) dan serangan asma dilaporkan meningkat seiring dengan tren polusi tinggi.

Tak hanya menyerang saluran pernapasan, sebuah studi baru-baru ini mengungkapkan bahwa ibu hamil yang terpapar polusi udara berisiko melahirkan bayi yang lebih kecil atau berat badan di bawah rata-rata normal.

Menurut penelitian yang dipresentasikan di European Respiratory Society International Congress di Milan, Italia, ibu hamil yang terpapar polusi udara berisiko melahirkan bayi yang lebih kecil. Sebaliknya, ibu hamil yang tinggal di daerah yang lebih hijau dengan kondisi udara yang baik, bisa melahirkan bayi dengan berat badan normal atau lebih besar.

Hubungan Berat Badan Bayi dengan Kesehatan Paru-paru

Gejala dan pencegahan enterovirus-echovirus 11, virus mematikan yang banyak menyerang bayi/ Foto: Freepik.com/lifeforstock

Studi: Ibu Hamil yang Terpapar Polusi Udara Berisiko Melahirkan Bayi yang Lebih Kecil dan Rentan Asma/Foto: Freepik.com/lifeforstock

Dilansir dari Science Daily, ada hubungan yang kuat antara berat badan bayi yang baru lahir dengan kesehatan paru-paru. Bayi yang lahir dengan berat badan di bawah rata-rata normal menghadapi risiko asma yang lebih tinggi dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) yang lebih tinggi seiring bertambahnya usia.

Oleh karena itu, peneliti menekankan pentingnya mengurangi polusi udara dan menjadikan kota-kota lebih hijau untuk membantu melindungi bayi dan paru-paru mereka yang sedang berkembang dari potensi bahaya.

Penelitian ini didasarkan pada data dari penelitian Respiratory Health in Northern Europe (RHINE) dan dipresentasikan oleh Robin Mzati Sinsamala, seorang peneliti di Departemen Kesehatan Masyarakat Global dan Perawatan Primer di Universitas Bergen (UiB), Norwegia.

Penelitian ini mencakup 4.286 anak-anak dan ibu mereka yang tinggal di lima negara Eropa, yaitu Denmark, Norwegia, Swedia, Islandia dan Estonia. 

Para peneliti mengukur kehijauan daerah tempat tinggal para ibu hamil dengan mengukur kepadatan vegetasi pada citra satelit. Vegetasi ini meliputi hutan dan lahan pertanian serta taman-taman di perkotaan.

Para peneliti juga menggunakan data lima polutan, yaitu nitrogen dioksida (NO2), ozon, karbon hitam (BC), dan dua jenis materi partikulat (PM2.5 dan PM10). Tingkat rata-rata polusi udara berada dalam standar Uni Eropa.

Para peneliti membandingkan informasi ini dengan berat lahir bayi, dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang diketahui mempengaruhi berat lahir, seperti usia ibu, apakah ibu tersebut merokok atau memiliki kondisi kesehatan lainnya.

Hasil Penelitian

Ilustrasi hamil

Studi: Ibu Hamil yang Terpapar Polusi Udara Berisiko Melahirkan Bayi yang Lebih Kecil dan Rentan Asma/Foto: Getty Images/damircudic

Peneliti menemukan bahwa tingkat polusi udara yang lebih tinggi berhubungan dengan berat badan bayi yang lebih rendah, dengan PM2.5, PM10,NO2 dan BC berhubungan dengan rata-rata penurunan berat lahir masing-masing sebesar 56 gram, 46 gram, 48 gram, dan 48 gram.

Ketika para peneliti memperhitungkan kehijauan, dampak polusi udara terhadap berat badan lahir berkurang. Ibu hamil yang tinggal di daerah yang lebih hijau dan kondisi udara yang lebih baik mempunyai bayi dengan berat lahir sedikit lebih tinggi (rata-rata 27 gram lebih berat) dibandingkan ibu yang tinggal di daerah yang kurang hijau.

"Waktu pertumbuhan bayi di dalam rahim sangat penting untuk perkembangan paru-paru. Kita tahu bahwa bayi dengan berat badan lahir rendah rentan terhadap infeksi dada, dan hal ini dapat menyebabkan masalah seperti asma dan COPD di kemudian hari," ungkap Simsala.

Kesimpulan penelitian ini adalah bahwa ibu hamil yang terpapar polusi udara, bahkan pada tingkat yang relatif rendah, akan melahirkan bayi yang lebih kecil. Para peneliti menyarankan bahwa tinggal di kawasan yang lebih hijau dapat membantu mengatasi dampak ini.

"Bisa jadi kawasan hijau cenderung memiliki arus lalu lintas yang lebih rendah, atau bahwa tanaman membantu membersihkan polusi udara, atau area hijau dapat memudahkan ibu hamil untuk aktif secara fisik," ungkap penelitian tersebut.

Salah satu tujuan dari penelitian ini adalah ingin memberikan bukti mengenai dampak buruk polusi udara terhadap kesehatan, terutama pada bayi dan anak kecil yang termasuk golongan rentan. 

"Ibu hamil ingin melindungi bayinya dari potensi bahaya. Namun, sebagai individu, mungkin sulit untuk mengurangi paparan kita terhadap polusi udara atau menjadikan lingkungan kita lebih hijau," ungkapnya.

“Sebagai dokter dan peneliti yang peduli terhadap kesehatan anak-anak, kita perlu memberikan tekanan pada pemerintah dan pembuat kebijakan untuk menurunkan tingkat polusi di udara yang kita hirup. Studi ini juga menunjukkan bahwa kita dapat membantu mengurangi beberapa dampak polusi dengan membuat lingkungan kita lebih hijau," tutupnya.

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(naq/naq)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE