Ternyata Tidak Semua Seafood Tergolong Makanan Sehat, Ini Penjelasannya!
Seafood merupakan jenis makanan yang identik dengan kandungan asam lemak omega-3 yang tinggi. Mengutip Healthline, seafood mengandung asam lemak omega-3 EPA (Eicosapentaenoic Acid) dan DHA (Docosahexaenoic Acid).
EPA dan DHA memegang peran penting dalam kesehatan fungsi sel saraf dan regulasi peradangan. Dalam sebuah penelitian yang dipaparkan Healthline, dijelaskan bahwa diet tinggi seafood secara signifikan berpengaruh terhadap kesehatan sistem saraf dan kardiovaskuler. Hal tersebut terjadi lantaran adanya kandungan EPA dan DHA pada makanan laut.
Meski demikian, tidak semua makanan laut memberikan nutrisi yang baik untuk tubuh. Bahkan, beberapa ahli menyetujui bahwa seafood tidak sepenuhnya menjadi makanan sehat.
Terdapat beberapa alasan mengapa seafood bukan makanan yang sepenuhnya sehat. Efek samping yang diberikan pun tidak main-main.
1. Beberapa seafood mengandung tinggi merkuri
Ilustrasi ikan salmon yang mengandung rendah merkuri/foto: pexels.com/leonardo luz
Seafood yang diklaim mengandung merkuri tinggi adalah hiu, ikan tuna, ikan todak, ikan ubin, dan ikan raja makarel. Diketahui kadar merkuri dalam seafood bergantung pada faktor umur, ukuran, serta dimana ikan tersebut hidup.
Terlalu banyak mengonsumsi makanan dengan kadar merkuri tinggi dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan otak bagi ibu hamil dan janinnya. Selain itu, juga mampu meningkatkan risiko tekanan darah tinggi, serangan jantung, hingga menyerang kekebalan tubuh.
Lantas, ikan apa saja yang mengandung rendah merkuri? Jawabannya seperti ikan trout, kod, herring, salmon, sarden, tiram, dan kerang. Melansir berbagai sumber, seafood yang mengandung rendah merkuri biasanya merupakan hewan yang berada di rantai makanan tingkatan bawah.
2. Memicu alergi ekstrim
Ilustrasi makanan laut yang mampu memicu alergi/foto: pexels.com/leslie del moral
Banyak orang yang gemar mengonsumsi makanan laut. Namun, ada beberapa orang yang justru sensitif dan merasa terancam terhadap makanan laut. Pasalnya, ada beberapa aneka makanan laut yang mampu memicu alergi.
Gejala yang ditimbulkan akibat alergi seafood bisa berupa gatal-gatal, bentol, hingga ruam merah. Selain itu, bisa muncul gejala gangguan pernapasan seperti sesak napas, muntah, dan diare setelah mengonsumsi makanan yang mengandung alergen.
Jika alerginya semakin parah, dapat mengakibatkan terjadinya syok anafilaksis yang mampu membuat tekanan darah menurun drastis.
3. Seafood yang tidak dibersihkan dan diolah dengan benar akan memicu adanya bakteri Salmonella
Ilustrasi orang yang sedang mengolah seafood/foto: pexels.com/huy phan
Memasak makanan laut bisa dikatakan susah-susah gampang, kok begitu? Sebab, kita harus mengolahnya dengan hati-hati dan teliti. Pernah mendengar kasus keracunan makanan, diare, dan muntah-muntah setelah mengonsumsi seafood? Salah satu faktor penyebabnya adalah adanya bakteri Salmonella.
Beberapa jenis makanan laut memiliki peluang tinggi terpapar bakteri Salmonella. Cara bakteri Salmonella masuk ke dalam seafood, bisa saat kondisi seafood masih segar maupun setelah dibersihkan. Makanya, sebelum diolah pastikan seafood sudah bersih sempurna dan dimasak hingga matang merata.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!Â