Ini Curhatan Para Model Plus Size Saat Mengalami Body Shaming di Industri Fashion

Rayoga Firdaus | Beautynesia
Jumat, 06 Aug 2021 19:00 WIB
Ini Curhatan Para Model Plus Size Saat Mengalami Body Shaming di Industri Fashion
Foto: Vogue/Luis Alberto Rodriguez

Industri fashion masih berbenah untuk lebih inklusif khususnya dalam hal bentuk tubuh dengan mulai banyak merekrut model plus size dan desainer menambah varian ukuran. Perubahan positif tersebut turut dipengaruhi oleh advokasi sejumlah model plus size seperti diantaranya Ashley Graham, Paloma Elsesser dan Candice Huffine yang kini banyak tampil di halaman depan majalah fashion dan berjalan di fashion show desainer kenamaan.
Namun kesuksesan mereka yang raih kini tidak terlepas dari pengalaman pahit dengan mendapat body shaming serta stigma akan tubuh mereka selama berkarier di industri fashion. Berikut curahan hati para model plus size ketika mendapat body shaming dan bagaimana mereka bisa bangkit untuk melawannya.

Ashley Graham

Pinterest/Popsugar

Foto: Pinterest/Popsugar

Supermodel Ashley Graham mencuri perhatian publik dengan menjadi model plus size pertama yang tampil di majalah Sports Illustrated pada tahun 2016 dan Vogue edisi Amerika dan Inggris. Meski begitu Ashley masih saja mendapati dirinya cibiran tentang bentuk tubuhnya. Seperti ketika pada tahun 2016, Ashley bercerita bahwa ia sering mendapat komentar negatif kala mengungah foto sedang berolahrga seperti ‘Kamu tidak akan pernah kurus’ hingga ‘Kamu membutuhkan lemakmu untuk tetap menjadi model’. “Saya berolahraga bukan untuk menjadi kurus tapi untuk sehat dan karena mencintai badan saya,” tambahnya. 

Ia juga berpesan bahwa body shaming bukan hanya tentang menyuruh para perempuan plus size untuk menutupi tubuhnya tapi juga ketika kita memberi konotasi negatif kepada mereka yang tampil terlalu kurus. “Identitas saya bukanlah diukur dari ukuran badan saya. Dan daripada membuang waktu dan energi akan hal negatif pada orang lain, lebih baik kita peduli akan tubuh kita sendiri” tulisnya dalam sebuah esai untuk Lenny Letter. 

 

Paloma Elsesser

Paloma Elsesser

Foto: Vogue/Annie Leibovitz

Model Paloma Elsesser berbagi kisahnya pada New York Times pada tahun 2017 ia sering mengalami penolakan oleh casting model dengan alasan ia lebih terlihat berpenampilan seperti perempuan biasa bukan selayaknya model atau tidak ada baju yang pas. Insiden body shaming yang menjadi kontroversi di media adalah ketika ia berkolaborasi dengan brand Revolve, namun tanpa sepengetahuan dirinya Revolve merilis sebuah sweatshirt bertuliskan “Being Fat is not Beautiful it's An Excuse” as said to @Palomija. Ironisnya Revolve bahkan tidak menyediakan ukuran besar. Selanjutnya Revolve pun merilis permintaan maaf dan akan membatalkan produksi baju tersebut. 

Terkait body positivity di industri fashion, “Tubuh saya bukanlah sesuatu yang radikal tapi merupakan sebuah kejujuran. Dan mungkin tidak akan banyak membuat perbedaan dalam sebuah editorial fashion, namun akan memberi pendekatan lain karena seiring berjalannya waktu kita menyadari bahwa semua orang dengan berbagai bentuk tubuh menyukai pakaian dan ingin melihat diri mereka sendiri,” ujarnya seperti dikutip dari situs I-D.

 

Candice Huffine

Candice Huffine

Foto: Vogue/Angelo Penetta

Dalam sebuah wawancara bersama model plus size lainnya yakni Precious Lee untuk majalah Harper’s Bazaar, Candice Huffine bercerita ketika akan berpartisipasi pada sebuah fashion show dan menjalani sesi fitting, seorang stylist berkata pada dirinya untuk tidak memakan karbohidrat sampai empat hari kedepan sampai show berlangsung. Dalam sebuah kesempatan berbeda ia juga membagikan pengalaman lainnya, “Saya sedang berbelanja di sebuah department store di New York dan mereka memajang ukuran plus size berdekatan dengan tumpukan kasur,”. 

Candice yang belakangan aktif berolahraga lari maraton juga menekankan bahwa publik mesti mengubah persepsi bahwa tujuan berolahraga itu membuat tubuh menjadi langsing tapi harusnya agar tubuh sehat. "Jangan biarkan ukuran baju menghancurkan hidup kita. Kita telah lama terobsesi dengan ukuran baju padahal tidak ada alasan dan keharusan untuk memikirkannya,”.

 

Precious Lee

Precious Lee

Foto: Vogue/Luis Alberto Rodriguez

Baru saja tampil di cover majalah Vogue September 2021 dan sebelumnya menjadi bintang iklan Versace, Precious Lee pada New York Times pada tahun 2017, ia hampir selalu seorang diri sebagai seorang perempuan berukuran plus size dan dari keturunan ras kulit hitam. “ Dalam sebuah sesi casting, seorang pernah berkata bahwa saya begitu cantik untuk keturunan ras kulit hitam. Saya pun menjawab saya tidak pernah bertemu dengan seorang keturunan ras kulit hitam yang tidak cantik. Saya pun tidak mendapatkan pekerjaan tersebut,”. 

Bagi Precious perlu upaya kolektif dari berbagai lapisan di industri fashion untuk menyebarluaskan kesadaran akan pentingnya body positivity. “Saya sering mendapat pertanyaan mengenai inklusif dan keberagaman namun saya rasa sudah saatnya pertanyaan tersebut ditujukan kepada pihak lain yang terlibat di industri fashion seperti casting director, show producers dan sebagainya akan peran mereka”

Mendengar curahan hati para model plus size ini semoga bisa menjadi pembelajaran bahwa sudah saatnya kita tidak lagi menilai kualitas seseorang dari penampilan fisik semata. 

 

(raf/raf)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE