Zara dan H&M Kembali Ikuti Perjanjian Perlindungan Pekerja Garmen di Bangladesh! Bagaimana dengan yang Lain?
Dua label high street kenamaan Zara dan H&M kembali melanjutkan komitmennya untuk melindungi para pekerja garmen di Bangladesh. Keduanya menandatangani kesepakatan untuk melindungi para pekerja garmen dan tekstil dalam hal keamanan dan kesehatan, atau yang dikenal dengan Bangladesh Accord seperti dilansir oleh British Vogue.
Dalam pelaksanaannya, Bangladesh Accord akan menjamin sekaligus mengawasi setiap pabrik dan pekerja. Dari mulai fasilitas gedung, pelatihan keselamatan serta penanganan aduan dari pekerja terkait keselamatan dan perlindungan mereka.
Bangladesh Accord sendiri merupakan sebuah kontrak legal yang mesti diperbarui di mana berlaku selama 26 bulan. Kini setelah memasuki masa akhir pada 31 Agustus 2021, label-label tersebut kembali memperpanjang kontrak mereka dengan Bangladesh Accord dan mulai berlaku per 1 September 2021. Sejauh ini belum ada pengumuman resmi mengenai partisipasi merek lain terkait perjanjian baru ini selain Zara dan H&M. Namun pada perjanjian terdahulu setidaknya 190 lebih brand bergabung.
Insiden Rana Plaza dan Kesadaran Industri Fashion
Insiden Rana Plaza pada tahun 2013/ Foto: Courtesy of Clean Clothes Campaign |
Bangladesh Accord sendiri mulai diinisiasi pasca tragedi runtuhnya Rana Plaza di Dhaka, Bangladesh pada tahun 2013, yang merupakan pabrik garmen dari sejumlah label high street fashion kenamaan di mana menewaskan 1134 orang dan sekitar 2500 mengalami luka. Dalam catatan mengenai tragedi ini di laman Wikipedia, bangunan Rana Plaza dimiliki oleh pengusaha Sohel Rana. Dan bahkan dalam pembangunan dan izinnya ditemukan sejumlah pelanggaran di mana awalnya gedung tersebut diperuntukkan untuk kantor dan pusat perbelanjaan bukan pabrik. Serta pembangunan tiga lantai tambahan yang dianggap ilegal karena di luar dari perjanjian awal pembangunan.
Para pemilik label yang disinyalir memiliki kontrak kerjasama dengan pabrik tersebut pun diminta turut bertanggung jawab. The Guardian pada tahun 2013 melaporkan hanya beberapa merek yang mengakui keterkaitan dengan pabrik tersebut antara lain Benetton, Mango dan Primark.
Meski kontrak baru Bangladesh Accord kembali diperpanjang dan disambut positif oleh para aktivis, beberapa juga menyuarakan bahwa sudah saatnya cakupan isu yang dibahas dalam kontrak diperluas. "Ini saatnya untuk regulasi diperluas seperti kekerasan gender, pencurian upah, bukan hanya keselamatan fisik para pekerja. Hal tersebut merupakan sebuah langkah yang menakjubkan, namun untuk sekarang ini, mari kita lanjutkan dengan model seperti ini, karena sudah terbukti berhasil," terang Ayesha Barenblat selaku pendiri dan CEO dari badan amal non-profit Remake, seperti dikutip dari British Vogue.
Bangladesh Accord/ Foto: Courtesy of Clean Clothes Campaign |
Harus diakui bahwa belakangan isu keselamatan pekerja garmen seolah terpinggirkan dan mulai kembali dilupakan. Ramainya kampanye akan gerakan fashion yang 'ramah' juga harusnya turut melibatkan aksi ramah terhadap para pekerja garmen. Karena para pekerja garmen ini juga menjadi salah satu ujung tombak dari perputaran roda industri fashion ini.
Semoga kedepannya perjanjian ini menjadi bersifat permanen dan mengikat. Sehingga terciptanya iklim kerja yang lebih sehat bagi para pekerja di industri fashion.
Pilihan Redaksi |
Insiden Rana Plaza pada tahun 2013/ Foto: Courtesy of Clean Clothes Campaign
Bangladesh Accord/ Foto: Courtesy of Clean Clothes Campaign