Heboh Selebgram Singgung Beauty Standard, Ini 3 Alasan Kenapa Nggak Selamanya Perempuan Mau Dukung Perempuan Lain
Beberapa hari ini sedang heboh kasus seorang selebgram yang menyinggung beauty standard. Ia mengomentari perubahan value Victoria's Secret yang kini semakin inklusif untuk mengangkat sosok perempuan hebat dengan beragam bentuk tubuh. Bagi selebgram tersebut, beauty standard tidak boleh diubah. Menurutnya, beauty standard yang "benar" adalah haruslah tetap mengangkat sosok perempuan yang bertubuh langsing dan berkulit putih. Padahal, pemahaman ini sudah tidak relate lagi dengan realita kehidupan saat ini dimana setiap perempuan bisa tampil cantik, tidak peduli seperti apa bentuk tubuh atau warna kulitnya.
Campaign “women support women” untuk mendorong setiap perempuan agar menjadi perempuan hebat sepertinya hanya angin lalu, beberapa perempuan malah seolah berkompetisi bahwa dirinya lah yang lebih baik, dan menjatuhkan perempuan lainnya. Lalu kenapa sih terkadang perempuan malah saling menjatuhkan?
Low Self-Esteem
![]() self-esteem yang rendah / freepik.com/pressfoto |
Dalam ilmu psikologi, self-esteem atau harga diri adalah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan nilai personal seorang individu, terhadap dirinya sendiri. Orang yang memiliki self-esteem yang baik akan menghargai dirinya sendiri serta pencapaiannya, sedangkan orang yang memiliki low self-esteem akan merasa gak bahagia dan gak puas dengan dirinya. Sehingga, saat ada perempuan sukses yang dirasa lebih berdaya dan mempunyai pencapaian yang terlihat lebih baik, dia cenderung merendahkan perempuan tersebut untuk menutupi low self-esteemnya sendiri.
Kecerdasan Emosional yang Rendah
![]() judgmental / freepik.com/lookstudio |
Orang dengan EQ rendah sering kesulitan untuk memahami dan mengendalikan emosi mereka terutama saat melihat keadaan orang lain. Mereka mungkin menyerang secara reaktif tanpa memahami apa yang sebenarnya mereka rasakan atau mengapa mereka begitu kesal. Contohnya, saat melihat kasus pelecehan atau kekerasan seksual terhadap perempuan, karena kurangnya rasa empati, mereka malah menyalahkan dan menyudutkan si korban.
Saat seorang perempuan yang mempunyai masalah kulit berjerawat atau tubuh gemuk, kadang tanpa sadar atau bahkan secara sadar dilakukan, justru malah perempuan yang lebih sering menjatuhkan sesamanya. Padahal, sebagai seorang perempuan seharusnya kita bisa lebih merasakan dan mengerti apa yang dirasakan perempuan lain.
Queen Bee Syndrome
![]() queen bee syndrome / freepik.com/lookstudio |
Kamu pernah dengar gak istilah queen bee syndrome? Sindrom ratu lebah ini hadir di lingkup pekerjaan atau perkantoran, pertama kali didefinisikan oleh G.L. Staines, T.E. Jayaratne, dan C. Tavris pada tahun 1973. Perempuan yang terkena Queen Bee Syndrome enggan memberikan arahan pada pekerja junior terlebih lagi jika juniornya sesama perempuan. Kehadiran perempuan dalam sebuah komunitas pekerjaan bukan dianggap sebagai teman, melainkan sebagai saingan.


