Kenalan dengan Empathy Burnout: Ketika Energi Terkuras Karena Selalu Membantu Orang Lain
Beauties, apakah kamu termasuk tipe orang yang mudah tersentuh? Kamu nggak bisa melihat orang lain merasa kesulitan. Kamu selalu siap siaga untuk membantu anggota keluarga, teman, bahkan orang asing. Ketika kamu sedang melihat sosial media dan melihat orang lain kesulitan, kamu merasa simpati yang mendorongmu untuk berempati dalam bentuk aksi.
Tapi, adakalanya kamu merasa kewalahan atau kesal. Eits, bukan berarti kamu orang jahat, ya! Ternyata ada batasan seberapa besar empati yang dapat dirasakan dan diperluas seseorang terhadap orang lain.
Mungkin saja kamu sedang mengalami yang namanya empathy burnout. Yuk, kenalan lebih jauh dengan istilah ini!
Apa Itu Empati dan Empathy Burnout?
![]() Apa Itu Empathy Burnout/Foto: pexels.com/Budgeron Bach |
Empati mirip dengan simpati, tetapi dengan komponen emosional dan rasa pengertian yang lebih dalam.
Menurut Psychology Today, empati adalah respons yang berfokus pada orang lain. Empati dimulai dengan pengalaman awal kita tentang perasaan terhadap seseorang yang sedang mengalami kesulitan, tetapi kemudian perasaan tersebut berubah menjadi pemikiran seperti "apa yang bisa aku lakukan untuk orang tersebut?".
Empati pada dasarnya adalah simpati dengan rencana tindakan dan bisa memotivasi untuk mencoba membuat segalanya lebih baik bagi orang lain. Lalu apa itu empathy burnout? Kelelahan empati atau empathy burnout ini adalah kondisi ketika seseorang secara teratur menghabiskan banyak energinya baik secara emosional, fisik, mental untuk merawat orang lain sampai-sampai mereka sendiri merasa lelah.
Apa yang Terjadi Ketika Mengalami Empathy Burnout?
![]() Ilustrasi sedih/Foto: pexels.com/Andrea Piacquadio |
Dengan berempati, kamu benar-benar merasakan kesulitan orang lain. Dan jika kamu terus-menerus memilih berempati dan menanggung rasa sakit orang lain secara berlebihan, itu bisa berdampak buruk bagi diri sendiri, baik secara fisik maupun mental. Empathy burnout dapat membuat orang yang bermaksud baik merasa sedih, tertekan, menyalahkan diri sendiir dan bahkan tidak mau atau tidak mampu memberikan kasih sayang atau bantuan lagi.
Cara Mengatasi Empathy Burnout
![]() Ilustrasi Self talk/Foto: pexels.com/Pavel Danilyuk |
Dikutip dari Well and Good, kesehatan mencakup delapan dimensi yang berbeda yaitu fisik, intelektual, emosional, sosial, spiritual, kejuruan atau pekerjaan, keuangan, dan lingkungan. Ketika kamu merasa lelah pada satu atau semua aspek itu hal yang wajar dan biasa terjadi.
Kamu disarankan untuk menetapkan batasan untuk melindungi aspek-aspek tersebut dan kesejahteraan secara keseluruhan. Itu sebabnya banyak terapis atau psikolog yang mendorong seseorang yang terkena empathy burnout dengan mengambil waktu untuk beristirahat dan mengisi ulang energi.
Dengan memeriksa dan jujur akan kapasitas diri sendiri dan mengingat kenyataan bahwa setiap manusia perlu istirahat untuk mengisi ulang energi pada waktu-waktu tertentu, kamu akan lebih mampu menunjukkan kepada orang lain bahwa kamu peduli namun tetap sadar akan kapasitas diri.
Kamu juga bisa melakukan check-in mandiri pada kebutuhan diri dan tanyakan pada diri sendiri, "Bagaimana kabarku? Apa yang aku butuhkan? Apakah aku perlu istirahat? Atau apakah aku merasa memiliki kapasitas untuk membantu seseorang saat ini?".
Ketika kamu sudah bisa mempertahankan batas-batas emosional yang jelas, kamu bisa merasakan empati kembali dan membantu orang lain tanpa harus mengalami empathy burnout.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia B-Nation! Caranya DAFTAR DI SINI!


