Maureen Hitipeuw: Sampai Kapan Nyawa Perempuan Dianggap Tidak Penting?
Hari ini (10/12) merupakan hari terakhir peringatan 16 Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (16HAKTP) di Indonesia. Dirayakan sejak 25 November, 16HAKTP bukan hanya sebuah gerakan dan kampanye. Lebih dari itu, 16HAKTP adalah perjuangan panjang menuju keadilan yang sebenar-benarnya.
Sebagai media massa online yang mendukung sesama perempuan lewat tulisan, Beautynesia hadir dengan kampanye serupa bertajuk #BoldMyLips. Melalui kampanye ini, Beautynesia mengajak beberapa perempuan untuk bersuara mengenai kekerasan terhadap perempuan.
Kali ini, ada Maureen Hitipeuw, pendiri komunitas Single Moms Indonesia, wadah untuk para ibu tunggal di Indonesia, untuk bersuara mengenai hal ini. Melihat maraknya kasus kekerasan terhadap perempuan, Maureen merasa prihatin dan tidak bisa dibiarkan.
Ilustrasi kekerasan pada perempuan. (Foto: freepik.com/freepik) |
"Menurut data, semenjak pandemi, angka kekerasan terhadap perempuan meningkat. Seharusnya hal ini menjadi issue penting yang perlu jadi perhatian semua pihak terkait. Bayangkan jika perempuan yang mengalami kekerasan tidak mendapat bantuan yang proper? Mau sampai kapan nyawa perempuan dianggap tidak penting?," kata Maureen saat dihubungi melalui surat elektronik.
Maureen bisa berkata demikian bukan tanpa alasan, dirinya sendiri pernah berada di posisi tersebut. Pada pernikahan terdahulu, ia pernah mengalami kekerasan mental dari mantan suaminya, yang berdampak pada keinginan bunuh diri dan butuh waktu healing yang panjang.
"Rasanya saya kehilangan kewarasan saat dimanipulasi secara verbal dan semua omongan mantan suami pada saat itu diputar-putar jadi seolah-olah saya yang mengada-ada, saya melakukan terapi dengan tenaga profesional yang berhasil membantu saya melihat bahwa saya nggak gila, bahwa manipulasi secara verbal itu bukan kesalahan saya," kenang perempuan yang juga seorang Certified Community Manager.
Kepada Para Penyintas
Sebagai penyintas kekerasan terdahap perempuan, Maureen mewanti-wanti para perempuan di luar sana agar tidak berani agar tidak terjebak dalam hubungan beracun. "Speak up! Cari lah support dari orang-orang yang bisa mendukung dan percaya pada kamu. Kamu tidak sendiri! Jangan takut untuk memilih diri sendiri," kata ibu satu anak ini.
Lebih lanjut, Maureen mengatakan pada perempuan yang berada dalam rumah tangga beracun untuk tidak bertahan demi anak. "Jangan bertahan hanya demi anak-anak karena justru dampak psikologisnya akan jauh lebih traumatis, apalagi kalau mereka melihat ibunya dipukul, kena emotional abuse," saran Maureen.
Menurutnya, proses keluar dari kekerasan ini tidak mudah, tapi Maureen percaya bahwa perempuan adalah manusia kuat dan pasti bisa melewati fase ini. "Saya banyak kenal penyintas KDRT dari SMI yang sekarang hidupnya jauh lebih baik bahkan menjadi inspirasi bagi perempuan lain. You are NEVER alone!" tandasnya.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!
Ilustrasi kekerasan pada perempuan. (Foto: freepik.com/freepik)