Alasan Mengapa Banyak Label Fashion Mewah Masih Ragu Berbisnis di Metaverse
Meski sedang ramai diperbincangkan dan sejumlah label diketahui sukses dengan produk non fungible token (NFT) di metaverse, grup perusahaan fashion terbesar LVMH nyatanya belum mau fokus di segmen ini.
Hal ini ditegaskan Bernard Arnault dalam sesi presentasi laporan keuangan (27/1), "Kami masih menunggu akan penerapan Metaverse dan NFT. Tidak diragukan bila keduanya akan memberi dampak positif -jika digarap dengan benar- pada perkembangan brands, namun bukan objektif kamu untuk menjual virtual sneakers seharga 10 Euro. Kami sama sekali tidak tertarik," ujarnya seperti dikutip dari Vogue Business.
Bernard Arnault/ Foto: LVMH |
Sebagai pemilik dari grup perusahaan barang mewah terbesar di mana menaungi sejumlah label kenamaan seperti diantaranya Louis Vuitton, Dior, Fendi dan Tiffany & Co., keengganan Arnault untuk belum mau serius berbisnis setidaknya masih mewakili pergerakan industri barang mewah fashion di segmen metaverse. Sekalipun sejumlah label seperti Gucci, Burberry, Dolce & Gabbana dan Prada perlahan mulai menggarap produk NFT mereka.
Namun Arnault juga tak sendiri, dua label besar yakni Chanel dan Hermès juga belum menyatakan akan berekspansi ke Metaverse.
LVMH melalui label Louis Vuitton juga sebenarnya telah berkolaborasi dengan perusahaan game League of Legends dengan merilis NFT di dalamnya. Serta membentuk Aura Blockchain Consortium bersama sejumlah grup perusahaan lain seperti Prada Group dan Richemont guna mempersiapkan sistem yang lebih matang.
Lalu apa yang membuat salah satu pria terkaya di dunia ini dan para label mewah lain masih ragu dengan berbisnis di metaverse? Berikut analisisnya.
Identitas Produk dan Bisnis
Tas Louis Vuitton x Nigo/ Foto: Courtesy of Louis Vuitton |
Dalam sesi presentasinya, Arnault menjelaskan salah satu alasan ia mengapa ia belum mau berekspansi ke metaverse adalah sekarang ini belum sesuai dengan identitas produk dan model bisnis yang mereka jual dan jalani.
Ia menegaskan bahwa perusahaan terutama Louis Vuitton, "menjual 'desire' (hasrat) dan 'culture' (budaya) bukan hanya tentang jam tangan, tas dan gaun" seperti dikutip dari CNBC.
Kepuasan konsumen untuk bisa melihat dan merasakan langsung dari kualitas produk yang ia beli masih menjadi kontra mengenai metaverse, sebagai dunia masa depan.
Apalagi label-label mewah seperti Louis Vuitton dan Hermès memang bukan hanya menjual citra eksklusif dan desain tapi juga kualitas craftsmanship dari produk mereka.
Regulasi yang Belum Jelas
MetaBirkins/ Foto: MetaBirkins |
Baru-baru ini Hermès mengajukan tuntutan kepada Mason Rothschild karena ia menjual NFT yang dinamainya MetaBirkin. Hermès beralasan bahwa Mason memakai trademark Birkin tanpa seizin Hermès dan mencari keuntungan dengannya.
Di sisi lain, Hermes memang pemilik sah akan hak cipta pemakaian nama Birkin untuk kreasi tas dan produk sejenis namun regulasi tersebut belum dinyatakan berlaku di ranah virtual. Masih abu-abunya mengenai regulasi hak cipta dan bisnis membuat para label mewah ini belum mau merilis produk di dunia metaverse.
Masih Terbatasnya Segmen Konsumen
Balenciaga Fortnite/ Foto: Epic Games |
Mereka yang tertarik akan dunia metaverse masih didominasi dari generasi Millennial dan Gen-Z. Masih terbatasnya segmen konsumen juga tampaknya menjadi pertimbangan lain.
"Sejauh ini kebanyakan konsumen barang mewah belum terlalu aktif di dunia virtual, terutama segmen usia yang lebih tua, maka wajar bila label mewah belum mau terjun secara total," ujar Matt Moorut, senior principal analyst Gartner seperti dikutip dari Vogue Business.
Banyak analis ekonomi dan ritel yang menganalogikan sikap para label mewah terhadap metaverse sama seperti ketika internet mulai mendominasi di awal era 2000. Kala itu label seperti Prada, Chanel dan Hermès enggan untuk menjual produk mereka secara online. Namun kini e-commerce mulai menjadi strategi paling penting dalam kemajuan bisnis. Sekalipun dengan pengecualian bagi Chanel dan Hermès yang belum sepenuhnya menjual semua produk mereka secara online.
Pada akhirnya, besarnya permintaan pasar yang akan memaksa para label mewah ini untuk segera beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan gaya hidup konsumennya.
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!
Bernard Arnault/ Foto: LVMH
Tas Louis Vuitton x Nigo/ Foto: Courtesy of Louis Vuitton
MetaBirkins/ Foto: MetaBirkins
Balenciaga Fortnite/ Foto: Epic Games