Fashion Bisa Buat Bahagia dan Atasi Bad Mood? Cek Fakta Ilmiahnya di Sini!

Dimitrie Hardjo | Beautynesia
Minggu, 20 Mar 2022 21:30 WIB
Fashion Bisa Buat Bahagia dan Atasi Bad Mood? Cek Fakta Ilmiahnya di Sini!/Foto: IMAXtree

Beauties mungkin pernah mengetahui anggapan bahwa berpakaian pengaruhi psikologis seseorang. Ketika kita dress up dengan pakaian yang atraktif, maka kamu lebih merasa bahagia. Namun jika kita sedang tidak mood, kita cenderung mengenakan pakaian yang lebih aman dan nyaman, seperti baggy top atau jeans.

Terdengar seperti spekulasi, sebenarnya beberapa penelitian sudah pernah dilakukan untuk menjawab fenomena fashion dan psikologi ini, Beauties. Fashion memang punya kemampuan untuk memengaruhi emosi, bahkan lebih dari sekadar saat kita dress up. Yuk simak fakta dibaliknya yang didukung penelitian dari berbagai sumber ini!

Persepsi Positif pada Pakaian = Emosi Positif 


Dress up memenuhi kebutuhan aktualisasi diri/ Foto: pinterest.com/Marie Claire UK

Kamu mempunyai satu baju yang sangat kamu sukai dan kamu merasa percaya diri saat memakainya? Hasil penelitian Christoph-Simon Masuch dan Kate Hefferon dari University of East London tahun 2014 menjawab perasaanmu itu, Beauties––setiap orang memiliki persepsi subjektif atas pakaian tertentu. Persepsilah itu yang memengaruhi psikologis kita––bertindak sebagai afirmasi positif, persepsi ini nantinya bisa meningkatkan mood atau dikenal dengan dopamine dressing. 

Selain karena makna positif, dress up sesuai selera merupakan bentuk pemenuhan kebutuhan aktualisasi diri, Beauties. Jadi, ketika kita lebih memprioritaskan kenyamanan, maka pakaian apapun yang nyaman dipakai memberikan perasaan positif pula saat dikenakan.

 

Pakaian Tertentu Terikat Memori


Pakaian yang terasosiasi memori/ Foto: pinterest.com/Lifehack

Kamu ditembak pacar saat mengenakan gaun merah? Maka gaun merah itu menjadi fashion item pembawa kenangan baik dan mood kita akan naik ketika mengenakannya kembali. Konotasi pakaian dengan memori pemakainya juga dijelaskan dalam penelitian kualitatif Masuch & Hefferon (2014) yang menunjukkan bahwa kenangan atau memori jati diri yang lama yang terikat pada suatu pakaian ikut memengaruhi psikologis mereka yang memakainya. Sebaliknya, jika kita ingat memori buruk saat mengenakan suatu pakaian, kita cenderung menghindari memakai ulang pakaian itu. 

 

Memilih Pakaian Sesuai Mood dan Sebagai Kamuflase


Memilih pakaian berdasarkan mood/ Foto: instagram.com/euphoria

Profesor psikologi Karen Pine dari Universitas Hertfordshire memaparkan hasil penelitiannya di tahun 2012––57% perempuan mengenakan baju oversized saat depresi, sedangkan hanya 2% yang mengenakannya saat senang.

Sebanyak 62% perempuan mengenakan gaun favorit ketika merasa senang, sedangkan hanya 6% yang memakainya saat sedih. Ketika mood sedang kurang baik, lebih dari setengah dari 100 perempuan yang diwawancara beralih mengenakan jeans. Di sisi lain, karena kerap dikaitkan dengan perasaan baik, pakaian favorit dan atraktif juga dikenakan sebagai kamuflase mood buruk.

Danielle Armstrong menceritakan kisahnya perangi depresi pada media The Sydney Morning Herald di mana ia mengganti pakaian dalam lemarinya dengan outfit yang lebih atraktif, seperti gaun flora pink serta scarf warna oranye dan pink. Setiap hari Danielle berusaha menerapkan OOTD yang fun dan memikirkan ide mix-and-match baru. Ia mengungkapkan itu adalah salah satu cara yang paling berdampak dalam proses penyembuhannya.

Ternyata fenomena ini didukung penelitian Alastair Tombs dari Universitas Queensland yang menunjukkan pemilihan pakaian tidak hanya didasari mood dan bagian dari ekspresi diri, tapi juga untuk mengontrol dan menyembunyikan emosi. Pakaian yang bold cenderung membawa impuls positif bagi pemakainya.

 

Kebahagiaan dari Mengamati Fashion


Mengamati fashion untuk kesenangan/ Foto: instagram.com/emilyinparis

Selain dengan cara memakai baju dengan makna positif, proses mencari dan menerima informasi tentang fashion juga dijelaskan dalam jurnal penelitian oleh Masuch dan Hefferon (2014), Beauties! Aktivitas menerima informasi berhubungan dengan fashion tidak sekadar memuaskan rasa ingin tahu, tapi juga memberikan sensasi serta kebahagiaan.

Membaca majalah fashion, melihat orang bergaya stylish, atau mengamati blog fashion merupakan sebagian aktivitas yang menimbulkan kesenangan tersendiri. Dalam prosesnya, kita turut membayangkan diri sendiri mengenakan pakaian tersebut, bahkan memberikan kita inspirasi baru untuk bergaya. Alhasil, impuls positif pun didapatkan dari aktivitas ini. Tidak heran jika kita menikmati Emily in Paris untuk melihat aksi gayanya, bukan?

Fashion Pengaruhi Perilaku


Power dressing yang bisa pengaruhi perilaku/ Foto: pinterest.com/stealthelook

Ternyata fashion tidak hanya mempengaruhi emosi semata, tapi juga perilaku kita, Beauties! Hal ini telah dibuktikan dalam penelitian sosial psikologi oleh Adam & Galensky tahun 2012 tentang enclothed cognition di mana partisipan menjadi lebih teliti saat mengenakan jas lab. Ya, fashion items tertentu sering kita asosiasikan dengan perilaku tertentu yang kita persepsikan. Karena itu, kita mengadopsi makna simbolis yang terasosiasi itu pada diri sendiri saat mengenakannya. 

Contoh lain adalah power dressing dengan mengenakan setelan jas dan celana panjang. Dengan mengaplikasikan power dressing, kita merasa lebih percaya diri, tegas, dan powerful dalam lingkungan bisnis atau yang bersifat formal lainnya.

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(raf/raf)
Loading ...
Tonton video di bawah ini ya, Beauties!
Get the Look: Stylish in Rainy Season with Zita