Ini Alasan Mengapa Industri Fashion Masih Bergantung Pada Material Kulit dan Bulu Hewan

Krisyanti Asri | Beautynesia
Rabu, 09 Feb 2022 20:30 WIB
Ini Alasan Mengapa Industri Fashion Masih Bergantung Pada Material Kulit dan Bulu HewanFoto: IMAXtree

Istilah 'vegan' tidak hanya digunakan untuk orang-orang yang tidak mengonsumsi daging atau bahan makanan yang berasal dari hewan. Istilah vegan juga kini diadopsi dalam hal konsumsi produk mode. 

Pada dasarnya,vegan fashion adalah produk pakaian dan aksesori yang bahan bakunya tidak berasal dari hewan. Seperti yang kita tahu, banyak sekali industri fashion yang menggunakan bahan baku kulit dan bulu hewan. Para pelaku industri fashion mengaku bahan baku kulit hewan asli adalah yang paling diminati dan tentunya akan mendongkrak nilai jual produk mereka. 

Tapi pernahkah kita berpikir, bagaimana mereka mendapatkan kulit dan bulu hewan yang berkualitas baik? Hal ini kemudian menjadi pertentangan antara pecinta hewan dan para pelaku industri fashion.

Banyak yang beranggapan jika bahan baku kulit dan bulu hewan didapat dengan cara yang tidak baik. Perlahan industri mode kini mulai mempertimbangkan opsi lain di luar kulit atau bulu sebagai material kreasi fashion. Namun ternyata ada sejumlah faktor yang membuat mengapa penerapan vegan fashion secara masif masih terbilang sulit.

Semakin Asli, Semakin Mahal, Semakin Cuan!

Hermès/ Foto: Courtesy of Christie's

Alasan mengapa tas branded harganya begitu mahal, salah satunya adalah pemakaian material berkualitas dan kebanyakan berasal dari hewan. Seperti kambing, kadal, ular python hingga yang paling mahal yakni alligator dan burung unta. 

Tak hanya menawarkan citra eksklusif, kadang pemakaiannya juga berpengaruh dalam hal desain yang mana membuat produk semakin terlihat menarik. Rumitnya proses pembuatan juga menjadi faktor mengapa sebuah tas bisa menjadi begitu mahal. Brand bisa begitu spesifik menentukan tingkat kecerahan warna hingga pola dari kulit yang akan dipakai.

Sintetis Bukan Alternatif

Street style Milan Fashion Week spring/summer 2022/ Foto: livingly.com/IMAXtree

Meski bulu hewan sudah mulai ditinggalkan namun menjadikan faux fur , serat sintetis yang dibentuk menyerupai bulu, nyatanya bukan menjadi alternatif yang tepat. 

Refinery29 melaporkan bahwa serat sintetis dari faux fur justru butuh waktu hingga ratusan tahun, lebih lama dibanding bulu asli, untuk terurai. Hal ini berpotensi menjadikannya sebagai sumber pencemaran lain, ditambah ketika dicuci bisa saja bahan pewarna dan zat kimia lainnya dari material ini ikut terbawa. 

Secercah Harapan dari Kulit Jamur

Stella McCartney spring/summer 2022/ Foto: livingly.com/IMAXtree

Baru-baru ini Stella McCartney dan Hermès sama-sama melansir inovasi mereka dalam hal pengembangan bahan kulit dari jamur. Stella McCartney menggunakan Mylo, sebuah jenis kulit dari jamur yang dikembangkannya bersama Bolt Threads. "jamur -jamur tersebut dikembangkan di laboratorium, tanpa menggunakan air dan hanya sedikit menggunakan tenaga listrik. Kemudian dilakukan penekanan dan diformulasi agar menjadi sebuah kulit buatan," terang Stella seperti dikutip dari situs Vogue mengenai proses pembuatan materialnya.

Stella McCartney dan Hermès masih belum merilis produk dari material inovatif tersebut dalam skala masif karena masih terbatasnya kapasitas produksi.

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

 

(raf/raf)
Loading ...