Lakukan Investigasi, BBC Temukan Brand Mewah Pekerjakan Anak-anak untuk Produk Parfum

Kyla Putri Nathania | Beautynesia
Kamis, 30 May 2024 10:00 WIB
Pemetikan Melati oleh Anak-anak
Pemetik Melati/ Foto: youtube.com/@BBCWorldService

Sebuah investigasi terbaru yang dipublikasi oleh BBC pada Selasa (28/5) mengungkap bahwa anak-anak terlibat dalam pemetikan melati yang digunakan oleh pemasok untuk dua perusahaan kecantikan besar, Lancôme dan Aerin Beauty. Temuan ini memicu keprihatinan atas kondisi pekerja anak-anak di rantai pasok parfum mewah.

Melati yang digunakan dalam produk Lancôme Idôle L'Intense dan Ikat Jasmine, serta Limone Di Sicilia untuk Aerin Beauty, berasal dari Mesir––negara yang memproduksi sekitar setengah dari pasokan bunga melati di dunia.

Meski semua merek parfum mewah ini mengklaim memiliki nol toleransi terhadap pekerja anak, namun berdasarkan temuan dari BBC di lapangan menunjukkan sebaliknya.

Pemetikan Melati oleh Anak-anak

Pemetik Melati/ Foto: youtube.com/@BBCWorldService

Heba, seorang pemetik melati di desa distrik Gharbia, membangunkan keluarganya setiap hari pada pukul 03:00 untuk memetik bunga sebelum panas matahari merusaknya. Heba mengatakan bahwa ia membutuhkan bantuan keempat anaknya yang berusia antara 5 hingga 15 tahun. Hal ini tentu ilegal bagi siapa pun di bawah usia 15 tahun untuk bekerja di antara pukul 19:00 dan 07:00.

Seperti kebanyakan pemetik melati di Mesir, ia adalah "pemetik independen" yang bekerja di lahan pertanian kecil. Semakin banyak melati yang mereka petik, semakin banyak penghasilan yang mereka dapatkan.

Para pihak yang berada di dalam industri mengatakan kepada BBC bahwa beberapa perusahaan yang memiliki banyak merek mewah menekan anggaran, sehingga mengakibatkan bayaran yang sangat rendah. Oleh karena itu, para pemetik bunga melati Mesir mengatakan hal ini memaksa mereka melibatkan anak-anak mereka.

Upah Rendah dan Kondisi Kerja yang Buruk

Parfum beraroma citrus kurang diminati pria dan wanita.

Ilustrasi/ Foto: Unsplash/Siora Photography

Pada rekaman BBC yang memerlihatkan kegiatan Heba, ia dan anak-anaknya berhasil memetik 1,5 kg bunga melati. Setelah membayar sepertiga dari penghasilannya kepada pemilik lahan, Heba hanya mendapatkan sekitar 1,5 USD (Rp24 ribu) untuk pekerjaan malam itu. 

Pendapatan ini tentunya sangat kurang untuk kebutuhan mengingat inflasi di Mesir yang mencapai rekor tertinggi. Hal inilah yang membuat banyak pemetik melati hidup di bawah garis kemiskinan.

Selain itu, Basmalla yang merupakan anak perempuan Heba berusia 10 tahun, didiagnosis mengalami alergi mata parah. Dokter yang memeriksanya mengatakan bahwa penglihatannya akan terganggu jika ia terus memetik melati tanpa mengobati peradangannya.

Sistem Audit yang Buruk

Tomoya Obokata/ Foto: youtube.com/@BBCWorldService

BBC juga menemukan bahwa sistem audit yang digunakan industri parfum untuk memeriksa rantai pasokan sangat buruk. Pelapor Khusus PBB untuk bentuk perbudakan kontemporer, Tomoya Obokata, menyatakan bahwa ia terganggu oleh bukti yang diperoleh dari rekaman rahasia di ladang melati Mesir selama musim pemetikan tahun lalu.

"Di atas kertas, industri tersebut menjanjikan begitu banyak hal baik, seperti transparansi rantai pasokan dan perang melawan pekerja anak. Namun, melihat rekaman ini, mereka tidak melakukan apa yang telah mereka janjikan," kata Obokata.

Kondisi Pekerja di Lapangan

Christope Laudamiel/ Foto: youtube.com/@BBCWorldService

Industri parfum mewah digerakkan oleh perusahaan besar yang dikenal sebagai 'master', yang menetapkan anggaran ketat untuk rumah parfum. Christophe Laudamiel, seorang pembuat parfum independen, menjelaskan bahwa tekanan anggaran ini mengalir hingga ke para pemetik melati.

"Minat 'master' adalah mendapatkan minyak parfum termurah kemudian menjualnya dengan harga setinggi mungkin," kata Laudamiel. "Mereka sebenarnya tidak mengatur gaji atau upah pemetik, juga harga melati, karena mereka berada di luar itu." lanjutnya.

Heba sebagai pemetik melati terkejut saat mengetahui harga parfum yang dijual di pasar internasional. Di mana untuk merek Lancôme Idôle L’Intense dijual seharga 118 USD (Rp1,9 juta) dan Aerin Beauty Ikat Jasmine seharga 150 USD (Rp2,4 juta).

"Orang-orang di sini tidak berarti apa-apa," katanya. "Saya tidak keberatan orang menggunakan parfum, tetapi saya ingin orang-orang yang menggunakan parfum ini melihat di dalamnya ada penderitaan anak-anak," ungkapnya.

Respon Perusahaan

L'Oréal/ Foto: youtube.com/@BBCWorldService

L'Oréal, pemilik Lancôme, mengatakan bahwa mereka secara aktif berkomitmen untuk menghormati standar hak asasi manusia internasional yang paling protektif. Mereka juga menambahkan bahwa tidak pernah meminta rumah parfum untuk menurunkan harga pasar untuk bahan dengan mengorbankan petani. Meski demikian, mereka mengakui adanya risiko pelanggaran di beberapa bagian dunia tempat pemasok mereka beroperasi.

"Setiap kali masalah muncul, L'Oréal secara proaktif bekerja untuk mengidentifikasi penyebab yang mendasari dan cara untuk menyelesaikan masalah," tambahnya.

"Pada Januari 2024, mitra kami melakukan penilaian dampak hak asasi manusia di lokasi untuk mengidentifikasi potensi pelanggaran dan menemukan cara untuk mencegah serta menguranginya, dengan fokus pada risiko pekerja anak."

Estée Lauder/ Foto: youtube.com/@BBCWorldService
Estée Lauder/ Foto: youtube.com/@BBCWorldService

Estée Lauder, pemilik Aerin Beauty, mengatakan, "Kami percaya bahwa hak semua anak harus dilindungi. Dan kami telah menghubungi pemasok kami untuk menyelidiki masalah yang sangat serius ini. Kami menyadari lingkungan sosial ekonomi yang kompleks seputar rantai pasokan melati lokal, dan kami mengambil tindakan untuk mendapatkan transparansi yang lebih baik serta bekerja untuk meningkatkan mata pencaharian komunitas sumber."

Solusi Permasalahan Pekerja Anak

Pekerja Anak/ Foto: youtube.com/@BBCWorldService

Sarah Dadush, seorang pengacara dan pendiri Responsible Contracting Project yang bertujuan untuk meningkatkan hak asasi manusia dalam rantai pasokan global, mengatakan bahwa tanggung jawab tidak terletak pada konsumen.

"Ini bukan masalah yang harus kita selesaikan. Kita membutuhkan hukum dan akuntabilitas perusahaan, dan itu tidak bisa hanya pada konsumen," katanya.

Sementara itu, Givaudan, rumah parfum yang membuat Lancôme Idôle L'Intense, menggambarkan investigasi BBC sebagai sesuatu yang 'sangat mengkhawatirkan', dan mengatakan bahwa semua pihak harus terus mengambil tindakan untuk menghilangkan risiko pekerja anak sepenuhnya.

Gimana pendapat kamu mengenai hal ini, Beauties?

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(dmh/dmh)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE