Pengaruh Invasi Rusia ke Ukraina Terhadap Industri Fashion Dunia
Sudah lebih dari satu minggu sejak Rusia melakukan invasinya ke Ukraina. Keputusan Presiden Rusia Vladimir Putin tersebut mendapat sanksi keras dari berbagai negara, seperti dari Amerika Serikat dan negara-negara Uni Eropa. Mulai dari tidak beroperasinya berbagai toko milik asing, penerbangan ke beberapa negara ditiadakan, hingga dibekukannya aset menjadikan nilai tukar mata uang Rubel anjlok.
Perang yang terjadi juga menimbulkan melambungnya harga gas dan minyak bumi––menyebabkan efek domino seperti kenaikan harga pada sejumlah komoditas. Selain dari segi ekonomi, industri fashion juga mengambil langkah tak tanggung-tanggung demi menjawab situasi genting ini. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, banyak brand melakukan embargo untuk negara yang dijuluki negeri beruang merah itu. Namun, adakah dampak tersendiri di industri fashion selama berlangsungnya invasi Rusia ke Ukraina ini? Berikut rangkumannya dari berbagai sumber.
Ekspor-Impor
![]() Ekspor-impor pakaian terkendala/ Foto: instagram.com/americaneagle |
Banyaknya sanksi di mana sejumlah toko retail tutup sementara di Rusia tentu akan memengaruhi ekspor dan impor. Misalnya Nike dan H&M yang telah menghentikan penjualannya di Rusia. Revenue dari industri fashion yang diprediksi naik di tahun 2022 untuk kedua negara, Rusia dan Ukraina, berbeda dengan kenyataannya saat ini. Melansir Apparel Resources, industri fashion Rusia sangat bergantung pada impor. Dengan adanya sanksi yang diberikan Uni Eropa, maka impor tekstil dan pakaian terganggu.
Kendala Investor Retail
![]() Kendala investor retail/ Foto: instagram.com/lcwaikiki |
Perang juga membuat para investor berpikir dua kali untuk berinvestasi di negara bersangkutan, tidak terkecuali pada sektor pakaian. Fashion retail besar asal Polandia, LPP dan CCC, menghentikan bisnisnya di Ukraina sejak konflik dengan Rusia memanas. Brand asal Turki, yakni LC Waikiki, Colin’s, dan English Home telah menutup hampir 200 tokonya di Ukraina, sedangkan H&M menutup 9 tokonya untuk jangka waktu yang belum ditentukan.
Di sisi lain, berbagai macam pesanan material tekstil dan kulit antar negara turut dibatalkan, memberikan dampak signifikan bagi kedua belah pihak. Berdasarkan Apparel Resources, manufaktur di Turki mengalami pembatalan pesanan tekstil dan material kulit dari Moscow dan Kyiv senilai 200 juta USD atau sekitar Rp 2 triliun dalam beberapa minggu terakhir––menyebabkan defisit yang kian membengkak seiring tidak terkontrolnya konflik yang terjadi.
Ketidakpastian Pasokan Barang
![]() Ketidakpastian pasokan barang/ Foto: instagram.com/hm |
Inflasi yang terjadi di berbagai negara akibat konflik Rusia-Ukraina memengaruhi daya beli masyarakat sehingga permintaan konsumen lebih sulit diperkirakan, baik untuk bisnis retail dan barang mewah. “Ada kekhawatiran bahwa invasi menyebabkan timbulnya ‘faktor rasa bersalah’ diantara konsumen barang mewah, di mana mereka ‘merasa tidak nyaman membeli atau memakai produk mewah mengingat kejadian tragis yang sedang terjadi’ tulis Antoine Belge selaku analis Exane BNP Paribas seperti yang dikutip dari Vogue Business.
Di sisi lain, terhambatnya supply chain dan perdagangan juga meningkatkan kemungkinan pasokan barang tidak menentu. Melansir CNBC, retailer seperti American Eagle dan Victoria’s Secret melihat penurunan fiskal pada kuartal pertama dan kemungkinan akan pulih setelah pertengahan tahun.
Naiknya Harga Tekstil
![]() Naiknya harga tekstil/ Foto: instagram.com/hm |
Menurut Apparel Resources, seturut dengan naiknya nilai minyak bumi, harga tekstil dengan bahan baku ini pun ikut mengalami kenaikan signifikan. Misalnya bahan nylon dan polyester yang merupakan material paling banyak diproduksi. Pembuatan serat polyester dan nylon membutuhkan minyak bumi dan alhasil, akan berdampak pada industri fashion global.
Peningkatan Komunikasi Internal
![]() Peningkatan komunikasi internal perusahaan/ Foto: instagram.com/lvmh |
Bukan hanya berdampak pada konsumen, para pekerja fashion ikut terimbas akan konflik Rusia Ukraina. Melansir Vogue Business, manajemen krisis yang dilakukan para brand mewah untuk para pekerjanya menjadi prioritas. Dukungan logistik dan psikologis diberikan kepada para pekerja yang terdampak seiring perubahan situasi.
"Apa yang terjadi di Ukraina sekarang mendorong perusahaan untuk meningkatkan awareness dan engagement pada para pekerjanya sebagaimana mereka melakukannya untuk konsumen selama ini," ujar Shareen Pathak selaku co-founder perusahaan konsultan Toolkits yang juga menaungi perusahaan sektor fashion dan beauty.
Walaupun memprioritaskan pekerjanya, mereka tidak meninggalkan konsumen barang mewah dari Rusia yang mencakup 5% dari pasar global barang mewah. Hal ini dikarenakan sentimen peperangan lebih menjurus pada pemerintah Rusia.
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!




