3 Fakta Quiet Quitting, Fenomena Kerja Secukupnya Demi Work-Life Balance yang Tengah "Tren" di Dunia Kerja
Belakangan ini, istilah quiet quitting tengah ramai dibicarakan setelah seorang TikTokker asal Amerika dengan akun @zaidlepplin, mengunggah video yang menjadi viral. Dalam video tersebut, ia menuliskan “Quiet quitting, quitting the idea of going above beyond at work.”
Secara garis besar, quiet quitting memiliki arti sebuah prinsip dalam melakukan pekerjaan yang sewajarnya dan secukupnya, tidak berlebihan. Memberikan batasan agar memiliki work-life balance. Kita tetap melakukan pekerjaan sebaik mungkin, tetapi tidak lagi tunduk pada budaya hustle-culture secara mental bahwa pekerjaan harus menjadi hidup kita.
Awal Mula Quiet Quitting Sejak Era Awal Pandemi
![]() Awal Penyebab Quiet Quitting/Foto: Freepik/wayhomestudio |
Melansir dari CNBC, Maggie Perkins melakukan quiet quitting di tahun 2018, bahkan sebelum hal ini menjadi tren di TikTok, saat ia bekerja sebagai guru. Kemudian menurut Jaya Dass kepada CNBC, quiet quitting adalah dampak dari adanya Covid-19 dan Great Resignation, yakni para bekerja merasa dapat mengendalikan pekerjaan dan kehidupan pribadi mereka.
Kelsey Wat, sebagai konsultan karier juga mengatakan quiet quitting kini menjadi cara bagi pekerja untuk 'memperlihatkan' pada perusahaan mereka yang melihat mereka sebagai “roda penggerak mesin”.
Adanya Beberapa Penyebab Quiet Quitting
![]() Faktor Penyebab Quiet Quitting/Foto: Freepik/benzoix |
Quiet quitting tidak sama halnya dengan kemalasan, tidak sama juga dengan burnout. Terjadinya quiet quitting tentunya hal ini bukan tanpa alasan. Didorong oleh banyak faktor mendasar yang sama seperti pengunduran diri pada umumnya. Berikut di antaranya:
- Pegawai merasa tidak bahagia dengan pekerjaannya
- Ingin naik jabatan
- Sedang mencari pekerjaan lain
- Merasa kurang berkembang, kurang dihargai di pekerjaannya
- Manajemen perusahaan yang kurang baik
- Tidak mendapat work-life balance.
Ciri-ciri dari Quiet Quitting
![]() Ciri Quiet Quitting/Foto: Freepik/8photo |
Ada beberapa ciri dari seseorang yang melakukan quiet quitting, dilansir dari Reader’s Digest 4 hal di bawah ini adalah yang paling umum:
Ciri Quiet Quitting:
Fakta tentang quiet quitting/Foto: Freepik/benzoix
- Perubahan kinerja: faktor pendorong dari hal ini bisa disebabkan karena persepsi atau perasaan yang timbul mengenai tempat kerja, sehingga mendorong perubahan pada anggapan dan kebiasaannya dalam bekerja.
- Kurang terlibat dalam pekerjaan: jarang berpartisipasi dalam acara yang diadakan perusahaan bahkan tidak berpartisipasi dalam meeting wajib. Menunjukkan kurangnya keterlibatan dan minat sosial.
- Berkurangnya inisiatif: menurut Danielle Joworski, seorang konsultan karier, perubahan inisiatif dari seorang pegawai yang dulunya vokal, semangat, dan antusias tiba-tiba bertindak sebaliknya menjadi salah satu cirinya.
- Mengisolasi diri dari rekan kerja: mengurangi atau bahkan berhenti berinteraksi dengan rekan kerja kecuali jika memang dibutuhkan, berkaitan dengan pekerjaan. Tidak hanya dalam urusan pekerjaan, biasanya seseorang yang melakukan quiet quitting juga enggan turut terlibat dalam kegiatan di luar pekerjaan bersama rekan kerjanya.
Apakah Beauties sedang mengalaminya? Kenali dan dengarkan apa kata hati kemudian buatlah keputusan yang paling tepat untuk dirimu, ya!
---
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!


