3 Rahasia Tak Terduga untuk Membesarkan Anak yang Cerdas Secara Emosional

Dewi Maharani Astutik | Beautynesia
Kamis, 16 Oct 2025 22:30 WIB
Cara membesarkan anak dengan menumbuhkan kesadaran emosional dapat membentuk pribadi yang lebih stabil dan bijak/Foto: Freepik/prostooleh

Membesarkan anak bukan hanya soal memberikan pendidikan terbaik atau memenuhi kebutuhan fisiknya, melainkan juga tentang membangun kecerdasan emosional anak yang akan menjadi bekal penting dalam kehidupannya kelak. Meskipun begitu, banyak orang tua yang sering kali hanya fokus pada nilai akademis, padahal kemampuan anak dalam memahami, mengelola, dan mengekspresikan emosi sama pentingnya untuk membangun pribadi yang tangguh dan berempati.

Menariknya, ada cara-cara membesarkan anak yang sederhana dan mungkin tidak terpikirkan sebelumnya, tetapi justru sangat efektif dalam mendukung tumbuh kembang emosional anak. Penasaran bagaimana tips parenting-nya? Mari kita kupas lewat artikel yang dilansir dari Satori Kid ini tentang 3 rahasia tak terduga untuk membesarkan anak cerdas secara emosional.

Reparenting (Mendidik Ulang) Inner Child


Setiap orang tua membawa jejak masa lalu yang memengaruhi cara membesarkan anak/Foto: Unsplash/Cristian Castillo

Di dalam diri setiap orang, selalu ada bagian kecil yang menyimpan kenangan masa lalu—tentang rasa takut, kesepian, atau perasaan diabaikan. Bagian inilah yang sering kali tanpa disadari ikut berperan dalam cara seseorang membesarkan anaknya.

Ketika anak mengalami ledakan emosi, respons orang tua kadang dipengaruhi oleh luka batin lama yang belum sembuh. Hal ini dapat memicu reaksi berlebihan seolah sedang mencoba memadamkan api dengan bensin. Makin reaktif kita, makin besar pula masalah yang muncul.

Untuk bisa mendampingi anak dengan tenang, orang tua perlu terlebih dahulu menenangkan “anak kecil” di dalam dirinya sendiri. Proses ini dikenal sebagai reparenting, yaitu upaya memberi kasih sayang, pengertian, dan rasa aman kepada diri sendiri, di mana itu mungkin tidak sepenuhnya kita terima saat kecil dulu.

Dengan melakukan reparenting, seseorang belajar memvalidasi emosinya sendiri tanpa mencari pembenaran melalui peran sebagai orang tua. Hasilnya, muncul ketenangan batin yang lebih stabil, kesabaran yang lebih luas, dan hubungan yang lebih sehat dengan anak.

Proses ini memang tidak mudah, tetapi dampaknya luar biasa. Reparenting bukan hanya membantu seseorang menyembuhkan dirinya, tetapi juga menciptakan dasar keamanan emosional yang kuat bagi seluruh keluarga. Ketika orang tua tumbuh menjadi pribadi yang lebih sadar dan utuh, anak pun belajar hal yang sama melalui keteladanan.

(naq/naq)