3 Skill yang Bakal Menyelamatkanmu saat Krisis Ekonomi
Krisis ekonomi selalu membawa gelombang ketidakpastian yang memengaruhi hampir semua aspek kehidupan. Harga kebutuhan pokok melonjak akibat inflasi, banyak orang kehilangan pekerjaan karena PHK, dan rasa cemas akan masa depan pun makin besar.
Di tengah kondisi yang serba sulit ini, ada satu hal yang bisa menjadi penopang sekaligus peluang, yaitu keterampilan. Skill tertentu bukan hanya mampu membantu seseorang bertahan, tetapi juga membuka jalan untuk berkembang sebagai cara bertahan di masa sulit. Artikel yang dilansir dari Fodmap Everyday ini akan membahas skill-skill penting saat krisis tersebut dan mengungkap alasan mengapa menguasainya bisa menjadi kunci menghadapi badai finansial itu.
Produksi dan Pengawetan Makanan
![]() Cara bertahan di masa sulit bisa dimulai dari memiliki kemampuan dalam produksi dan pengawetan makanan/Foto: Freepik |
Produksi dan pengawetan makanan adalah salah satu kemampuan yang dibutuhkan saat krisis. Dari menanam hingga memanen, lalu membawa pulang hasilnya, setiap langkah memberikan rasa aman di tengah ketidakpastian harga dan rantai pasokan pangan. Bahkan kebun kecil di teras atau beberapa pot di jendela bisa menjadi penopang penting saat situasi ekonomi berubah.
Lebih dari sekadar memastikan ketersediaan, menanam dan mengolah makanan sendiri memberi rasa tenang karena kita tahu persis dari mana makanan berikutnya berasal. Dengan keterampilan sederhana seperti mengawetkan, mengasinkan, atau mengeringkan, hasil panen musim panas bisa disimpan dan dinikmati sepanjang tahun. Ini bukan hanya soal menghemat biaya, melainkan juga bentuk ketahanan yang membuat kita lebih selaras dengan ritme alam sekaligus lebih siap menghadapi kebutuhan sehari-hari.
Selama pandemi pada 2020 silam, makin banyak yang tertarik untuk menanam dan mengolah makanan sendiri, dan tren ini tampaknya tidak akan berhenti. Survei dari Axiom Marketing, sebuah perusahaan riset pemasaran di Amerika Serikat, bahkan mencatat 80 persen pemilik rumah berniat melanjutkan kegiatan berkebun, dengan alasan rasa makanan yang lebih nikmat serta pengeluaran belanja yang lebih hemat.
Hal ini juga menjadi pengingat bahwa ketersediaan pangan sangat rapuh. Jika harga selada bisa naik dua kali lipat hanya dalam semalam, maka memiliki kebun sendiri atau stok bahan makanan di rumah jelas menjadi salah satu aset paling berharga saat krisis ekonomi melanda.
Keamanan Siber dan Perlindungan Digital
Memiliki skill penting saat krisis seperti keamana siber dan perlindungan digital menjadi kunci melindungi diri, keluarga, dan bisnis/Foto: Freepik/pch.vector
Di saat ekonomi konvensional sedang goyah, ekonomi digital justru melaju tanpa hambatan. Sayangnya, kondisi resesi juga membuka peluang lebih luas untuk berbagai modus penipuan—baik konvensional maupun digital—makin subur karena keputusasaan mendorong baik pelaku maupun korban untuk terjebak di dalamnya.
Fakta di lapangan juga menunjukkan bahwa kejahatan siber tumbuh menjadi industri besar yang kebal resesi. Pada tahun 2023, FBI melalui Internet Crime Complaint Center (IC3), lembaga milik penegak hukum federal di Amerika Serikat itu yang khusus menangani laporan kejahatan dunia maya, mencatat kerugian akibat laporan kejahatan online lebih dari 12,5 miliar USD (sekitar Rp205,3 triliun), yang mana angka ini meningkat 22 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Artinya, ancaman siber bukan hanya terus ada, tetapi juga berkembang pesat.
Oleh karena itu, keamanan siber kini menjadi kemampuan penting untuk melindungi diri, keluarga, maupun bisnis. Caranya bisa dengan waspada terhadap phishing, memakai kata sandi yang kuat, dan melindungi jaringan serta data pribadi. Dengan identitas, rekening bank, dan informasi sensitif yang bisa diakses dengan mudah secara daring, keamanan digital bukan lagi urusan teknisi IT semata, melainkan soal bertahan hidup.
Akuntansi dan Manajemen Keuangan
Akuntansi dan manajemen keuangan adalah skill penting saat krisis/Foto: Freepik/KamranAydinov
Mengelola keuangan dengan cermat adalah kemampuan yang bisa menjadi penyelamat, terutama ketika setiap rupiah terasa sangat berarti. Ini lebih dari sekadar menyusun anggaran. Ini adalah keterampilan menyelamatkan kondisi finansial, mulai dari mengawasi pengeluaran, bernegosiasi dengan pihak kreditur, mengurangi beban pajak, hingga memanfaatkan dana yang terbatas seefektif mungkin.
Bagi individu, kemampuan ini ibarat pelampung di tengah badai keuangan agar tidak tenggelam. Bagi usaha kecil, kemampuan ini bisa menjadi penentu antara kebangkrutan atau tetap bertahan hidup.
Faktanya, rendahnya literasi keuangan kini sudah menjadi masalah serius. Laporan National Finansial Educators Council tahun 2024 mencatat bahwa pada 2023, orang dewasa di Amerika Serikat kehilangan sekitar 436 miliar USD (sekitar Rp7.159 triliun) hanya karena kurangnya pemahaman finansial. Dalam situasi resesi, angka kerugian itu bisa berlipat ganda dan membuat banyak keluarga yang sudah kesulitan ekonomi akhirnya jatuh bangkrut.
Oleh karena itu, mereka yang mampu menyusun anggaran dengan seimbang, memahami arus kas, dan menemukan cara paling efisien dalam mengelola keuangan memiliki nilai lebih. Mereka bukan hanya pencatat uang keluar masuk, melainkan perencana keuangan yang mampu menavigasi diri sendiri maupun orang lain melewati masa-masa ekonomi tersulit. Keterampilan ini adalah aset penting yang bisa memperkuat masyarakat mana pun.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!
