Keluarga seharusnya bisa menjadi rumah. Rumah untuk berbagi cerita tanpa dihakimi, didengarkan dengan tulus, dan didukung segala impian baiknya. Namun apa jadinya, jika ternyata tidak demikian?
Anggota keluarga justru menunjukkan toksisitas dalam hubungan, seperti ketidaksetujuan, pengabaian emosional, atau tuntutan yang tidak realistis.
“Ini (toksisitas) dapat menyebabkan rendahnya harga diri, stres, dan depresi,” ungkap Brooke Keels, PhD, pada Women’s Health.
Dinamika toksik di masa dewasa –seperti orangtua yang terlalu protektif—dapat mengikis rasa percaya diri seiring waktu. Memiliki dinamika keluarga yang rumit selama masa kanak-kanak atau saat dewasa dapat sangat memengaruhi kesehatan mental dan harga diri seseorang.
Lantas, bagaimana mengidentifikasi bahwa kita sedang di lingkungan keluarga yang toksik? Berikut tanda-tanda anggota keluarga yang toksik menurut terapis: