Pelecehan seksual masih menjadi salah satu hal yang mengkhawatirkan, terutama bagi kaum perempuan yang kerap menjadi korban. Banyaknya kasus pelecehan membuat sebagian besar perempuan kehilangan kebebasan diri, terutama dalam hal bertingkah laku maupun berpakaian.
Pasalnya, tidak sedikit perempuan yang menjadi korban pelecehan justru yang disalahkan. Seakan tidak cukup menanggung trauma, kecemasan, depresi, dan kemarahan, lingkungan sekitar justru semakin menekan dirinya.
“Mengapa tidak melawan?” atau “Mengapa tidak berteriak minta tolong?” adalah pertanyaan yang sering dilontarkan kepada penyintas. Pertanyaan semacam itu sangat tidak benar, Beauties.
Kamu perlu mengetahui bagaimana rasa trauma dan alasan mengapa para penyintas sering merasa rendah diri. Simak ulasannya dirangkum dari Domestic Shelters.
Trauma
ilustrasi trauma/Foto: Freepik/Freepik |
Alasan paling utama adalah adanya rasa trauma yang mendalam. Orang yang pernah mengalami pelecehan seksual mungkin berkata, “Saya merasa tubuh saya mengkhianati saya" atau "Saya melakukan sesuatu yang salah sehingga pantas mendapatkan ini.”
Reaksi trauma seperti ini akan memperburuk seseorang untuk sembuh dari traumanya. Penting bagi korban, sebenarnya, bukan kamu yang melakukan sesuatu yang salah, melainkan sesuatu yang salah telah terjadi padamu.
Anggapan Dirinya Bersalah
ilustrasi rasa bersalah/Foto: Freepik/Freepik |
Emosi yang sering muncul dari diri seorang penyintas adalah rasa bersalah. Perasaan ini menyebabkan timbulnya pertanyaan “mengapa” seperti mengapa tidak melakukan yang lebih untuk membela diri.
Sifat manipulatif pelaku juga bisa menyebabkan korban percaya bahwa dirinya adalah penyebab mengapa pelecehan ini terjadi. Padahal, pelecehan tidak pernah menjadi kesalahan orang yang selamat, dan bukan kendali korban untuk menghentikannya.