5 Stereotip yang Dianggap "Normal" Padahal Bisa Merusak Hubungan
Hubungan antarmanusia bisa jadi rumit, inilah sebabnya tanpa disadari kita sering kali menjadi korban stereotip tentang bagaimana suatu hubungan seharusnya berjalan. Meski stereotip tersebut menjadi hal yang normal dalam masyarakat, terkadang stereotip tersebut dapat berkontribusi pada perilaku yang tidak membantu, beracun, bahkan berbahaya.
Stereotip hubungan dapat menciptakan ekspektasi yang tidak realistis, yang pada akhirnya mempersulit individu dan pasangan untuk membentuk hubungan yang sehat dan bahagia.
Dilansir dari Very Well Mind, berikut 5 stereotip dalam hubungan yang dianggap "normal" padahal bisa merusak.
1. Hubungan Putus-Nyambung Dianggap Menarik dan Menantang
![]() Ilustrasi/Foto: Freepik.com |
Hubungan yang putus-nyambung sering kali dianggap menarik sekaligus menantang. Faktanya, hubungan seperti ini sering kali digambarkan sebagai hubungan emosional yang mendalam dan intens.
Menurut Anabel Basulto, seorang terapis pernikahan dan keluarga berlisensi di Kaiser Permanente di California Selatan, hubungan seperti ini terkadang terjadi karena beberapa orang yakin bahwa mereka pada akhirnya dapat mengubah pasangan mereka.
Namun, hubungan seperti ini bisa menjadi racun jika kebutuhan kita tidak terpenuhi. "Polanya berubah dari putus hingga berbaikan dan itu tidak pernah mengarah pada perasaan puas dalam hubungan. Kegembiraan karena percaya 'saat ini akan lebih baik' menyebabkan peningkatan endorfin yang menipu otak kita untuk percaya bahwa pola beracun ini baik," ungkapnya.
Ini bukan berarti putusnya suatu hubungan diartikan tidak sehat. Basulto menyarankan bahwa mengambil jeda untuk menilai apa yang kita butuhkan dapat bermanfaat dalam beberapa kasus.
2. Mengontrol Perilaku Atas Nama Cinta
Stereotip dalam hubungan yang dianggap normal padahal bisa merusak hubungan/Foto: Freepik.com/prostock-studio
Gagasan bahwa mengontrol perilaku pasangan merupakan tanda cinta adalah stereotip berbahaya yang dapat mendorong dinamika hubungan yang tidak sehat. Stereotip ini mengacaukan kecemburuan dengan ketertarikan, kontrol terhadap komitmen, dan manipulasi terhadap cinta.
“Membiarkan pasangan mengendalikan perilaku dan cara berpikir Anda dapat berdampak besar pada rasa percaya diri dan harga diri Anda. Mengontrol perilaku juga dapat membuat seseorang berisiko mengalami kecemasan dan depresi,” kata Basulto.
Hubungan yang sehat dibangun atas dasar kepercayaan, saling ketergantungan, dan pemberdayaan. Cinta sejati tidak berusaha mengendalikan orang lain, namun merupakan sumber kenyamanan, kekuatan, dukungan, dan dorongan. Hal ini bertujuan untuk membantu setiap orang menjadi diri mereka yang terbaik, bukan untuk membatasi apa yang dapat dilakukan seseorang.
3. Perempuan Menjadi Pengasuh dalam Sebuah Hubungan
Stereotip dalam hubungan yang dianggap normal padahal bisa merusak hubungan/Foto: Freepik.com/garetsvisual
Stereotip gender tradisional juga menunjukkan bahwa perempuan adalah pengasuh utama dalam suatu hubungan. Hal ini tidak hanya berlaku pada anak-anak, namun juga pada pasangannya. Oleh karena itu, perempuan sering kali ditugasi melakukan semua pekerjaan rumah tangga dalam suatu hubungan.
“Ketika perempuan memikul beban mengurus semua anggota keluarga, mereka cenderung merasa jenuh dan emosional. Pekerjaan yang dilakukan seorang pengasuh tidak terlihat, sehingga perempuan sering kali merasa tidak dihargai oleh anggota keluarganya, terutama pasangan mereka,” kata Gayane Aramyan, seorang terapis pernikahan.
Stereotip yang tidak sehat ini secara tidak adil membebani perempuan dan meremehkan kemampuan kaum pria untuk berpartisipasi secara setara sebagai pengasuh. Aramyan juga mengatakan bahwa dampak emosional yang ditimbulkannya dapat membuat perempuan merasa terisolasi dan menghambat pertumbuhan serta kesejahteraan pribadi mereka.
4. Segala Sesuatu dalam Hubungan Harus Dibagi Dua
Stereotip dalam hubungan yang dianggap normal padahal bisa merusak hubungan/Foto: Freepik.com/rod_julian
Meskipun dinamika dan kontribusi yang tidak seimbang adalah hal yang tidak sehat, stereotip bahwa segala sesuatu harus dibagi dua juga dapat merugikan kesehatan suatu hubungan.
“Hubungan itu seperti resep dan tidak semua resep itu sama. Pemikiran tentang hubungan yang harus dibagi dua dapat menyebabkan pasangan memiliki ekspektasi yang tidak realistis terhadap apa yang pasangannya berikan dalam suatu hubungan,” kata Basulto.
Setiap orang dalam suatu hubungan membawa kekuatan dan kemampuan uniknya masing-masing. Setiap pasangan perlu bekerja sama untuk menghadapi pasang surut alami kehidupan dan apa yang berhasil bagi mereka serta hubungan mereka.
Misalnya, pasangan kita mungkin menghadapi tantangan seperti penyakit mental, masalah kesehatan, tidak memiliki pekerjaan, atau kesulitan mengatasi stres. Pada saat-saat seperti itu, penting untuk bersedia beradaptasi dengan apa yang mampu mereka berikan pada saat ini.
5. Harus Selalu Tidur di Ranjang yang Sama dengan Pasangan
Stereotip dalam hubungan yang dianggap normal padahal bisa merusak hubungan/Foto: Freepik.com
Sudah menjadi kepercayaan umum bahwa pasangan yang sudah menikah diharuskan tidur di ranjang yang sama setiap malam. Hal ini sering kali digambarkan sebagai hal yang penting untuk hubungan yang sehat dan intim.
Meskipun tidur di samping pasangan dapat memberikan beberapa manfaat, penting untuk diketahui bahwa hal ini tidak berlaku untuk setiap pasangan dan tidur terpisah bukanlah tanda disfungsi romantis.
Orang yang mudah terbangun, kesulitan untuk tertidur, atau memiliki kondisi yang mungkin mengganggu tidur pasangannya akan merasa lebih nyaman tidur terpisah. Namun, ini tidak berarti bahwa mereka kurang mencintai pasangannya atau kurang memiliki hubungan yang intim yang bergairah.
Itulah beberapa stereotip dalam hubungan yang dianggap normal oleh masyarakat, namun sebenarnya dapat merusak hubungan. Ekspektasi masyarakat dapat menekan individu dan pasangan untuk berperilaku tertentu, namun penting untuk diingat bahwa semua hubungan itu berbeda. Apa yang berhasil dalam situasi orang lain mungkin tidak berhasil dalam situasi yang kita alami.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!
