6 Alasan Seseorang Memaafkan Perilaku Toksik Pasangan dalam Hubungan

Dwi Lindah Permatasari | Beautynesia
Sabtu, 19 Oct 2024 22:00 WIB
Menyangkal
Ilustrasi/Foto: freepik.com

Menjalin hubungan yang sehat sangatlah berpengaruh pada kualitas hidup seseorang. Tapi terkadang karena cinta, seseorang secara tidak sadar justru terjebak dalam hubungan yang toksik dan manipulatif. Alih-alih mengakhiri hubungannya, mereka malah memilih untuk memaafkan perilaku toksik yang dilakukan pasangannya dalam hubungan itu.

Mengapa mereka mau memaafkan perilaku toksik? Dirangkum dari Psychology Today, ada 6 alasan seseorang masih memaafkan perilaku toksik dalam hubungan asmara.

Intelektualisasi

Ilustrasi/Foto: Freepik
Ilustrasi/Foto: Freepik

Mereka menjelaskan perilaku tersebut dengan menggunakan logika alih-alih memahami bahwa perilaku yang merugikan itu merugikan, apa pun alasannya. Beberapa alasan yang sering digunakan orang-orang ini adalah, “Mereka mengalami hari yang buruk” atau “Mereka sedang mengalami banyak hal”.

Korban yang terjebak dalam hubungan dengan pelaku kekerasan tidak mampu bertindak secara rasional sehingga tidak bisa berpikir secara rasional. Mereka justru memaafkan perilaku toksik itu dengan alasan “Mereka akan berhenti nanti,” “Tidak akan separah itu,” atau “Dia hanya marah,”

Menjadi Tidak Peka

Menjadi Tidak Peka/Foto: Freepik/Cookie_Studio

Seseorang yang memaafkan perilaku toksik juga akan mengurangi reaksi emosionalnya terhadap pelecehan atau kekerasan. Hal ini sering terlihat pada orang-orang yang tumbuh dalam rumah tangga dengan kekerasan dalam rumah tangga. Mereka cenderung mengatakan, “TIdak seburuk itu,” atau “Orang lain mengalami hal yang lebih buruk.”

Menyangkal

Tenangkan diri setelah bertengkar/Foto: freepik.com

Ilustrasi/Foto: freepik.com

Mereka juga menemukan cara untuk menyangkal kenyataan perilaku toksik yang mereka alami. Biasanya, mereka akan menyangkal dengan mengatakan, “Tidak seperti itu, ingatanku salah.” Atau “Dia tidak marah, dia hanya lelah.”

Menerima

Menerima/Foto: Freepik

Alih-alih menolak dan memberi perlawanan, seorang korban di hubungan toksik justru menerima posisi mereka sebagai bagian dalam dirinya. Mereka menjelaskan perilaku toksik ini sebagai “peran saya,” dan mungkin mengatakan hal-hal seperti, “Kita semua punya beban untuk ditanggung.”

Tawar-Menawar

Tawar-Menawar/Foto: Freepik

Mereka mencoba berunding dengan pasangannya yang toksik untuk meyakinkan dirinya agar berhenti daripada pergi. Mereka mungkin akan mengatakan, “Mungkin jika saya berusaha lebih baik dalam memastikan rumah bersih, mereka tidak akan begitu stres saat pulang ke rumah.”

Menyalahkan Diri Sendiri

Menyalahkan Diri Sendiri/Foto: Freepik/Stockking

Seseorang yang terjebak dalam hubungan toksik tapi memilih untuk memaafkan pasangannya justru cenderung lebih suka menyalahkan dirinya sendiri daripada pasangannya. Mereka meyakinkan diri sendiri bahwa mereka adalah penyebab perilaku toksik yang mereka alami. Mereka mungkin mengatakan kepada diri sendiri atau orang lain seperti, “Andai saja aku tidak membuat mereka marah.”

Jika kamu mendapati dirimu menggunakan salah satu tanda ini untuk memaafkan perilaku toksik, kamu perlu mengambil langkah untuk menghentikannya. Ingatkan dirimu bahwa apa yang terjadi bukanlah kesalahanmu, Beauties. Dengan begitu, kamu tidak akan mudah termanipulasi oleh pasangan toksik.

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(naq/naq)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE