7 Alasan Seseorang Overthinking Menurut Ilmu Psikologi
Beauties, pernah nggak kamu merasa otakmu kayak nggak bisa berhenti bekerja? Banyak hal kecil yang kamu pikirkan berulang-ulang, dari kesalahan kecil, ucapan yang sudah lewat, sampai bayangan tentang masa depan. Kamu tahu kamu sudah terlalu banyak memikirkan sesuatu, tapi sulit banget buat berhenti. Kalau kamu sering merasakan ini, bisa jadi kamu termasuk overthinkers.
Tapi, sebenarnya kenapa sih seseorang bisa terjebak dalam overthinking? Dilansir dari NickWignall.com dan Medium Psychology, ada beberapa faktor psikologis yang membuat pikiran seseorang mudah terjebak dalam kecemasan, analisis berlebihan, dan kekhawatiran yang tidak ada habisnya.
Nah, berikut ini 7 alasan orang overthinking menurut ilmu psikologi yang paling umum. Mungkin salah satunya ada pada dirimu juga, Beauties.
1. Terjebak dalam Perfeksionisme
Terjebak dalam perfeksionisme/ Foto: Pexels.com/ Christina Morillo
Salah satu penyebab terbesar seseorang menjadi overthinker adalah perfeksionisme. Orang yang perfeksionis biasanya punya standar yang sangat tinggi terhadap dirinya sendiri. Mereka ingin semuanya berjalan sempurna, tanpa ada kesalahan sedikit pun.
Masalahnya, dunia tidak selalu bisa ditebak. Ketika segala sesuatu tidak berjalan sesuai rencana, mereka mulai memikirkan ribuan kemungkinan buruk yang bisa terjadi. Akhirnya, mereka terperangkap dalam pikiran berulang seperti: “Kalau aku salah gimana?”, “Kalau orang lain tidak suka gimana?”
Inilah salah satu alasan seseorang overthinking yang paling sering dijumpai: terlalu takut gagal hingga pikiran sendiri justru menjadi musuh terberat.
2. Pengalaman Buruk di Masa Lalu
Pengalaman buruk di masa lalu/ Foto: Pexels.com/ NEOSiAM 2024+
Terkadang, overthinking berasal dari pengalaman buruk yang belum sembuh. Misalnya, pernah dikhianati, diremehkan, gagal besar, atau disakiti. Luka-luka emosional seperti ini meninggalkan jejak di dalam pikiran.
Saat menghadapi situasi baru yang mirip, otak langsung “siaga satu” dan mulai memikirkan hal terburuk sebagai bentuk perlindungan diri. Inilah alasan kenapa banyak overthinkers merasa sulit percaya orang lain atau selalu memikirkan kemungkinan terburuk. Mereka nggak bermaksud lebay, mereka hanya berusaha menghindari rasa sakit yang sama.
3. Sulit Mengendalikan Ketidakpastian
Sulit mengendalikan ketidakpastian/ Foto: Pexels.com/ Sofia Alejandra
Tidak semua orang nyaman dengan hal-hal yang tidak bisa diprediksi. Bagi sebagian orang, hidup penuh perubahan dan ketidakpastian bisa jadi pemicu kecemasan. Saat tidak bisa mengendalikan keadaan, mereka mulai mencari “jawaban” dengan memikirkan banyak kemungkinan. Sayangnya, makin dipikir makin bingung.
Ketidakmampuan menerima ketidakpastian inilah yang menjadi salah satu alasan orang overthinking. Pikiran mereka bekerja terus karena otak merasa harus menemukan kepastian agar merasa aman.
4. Terlalu Peduli dengan Penilaian Orang Lain
Terlalu peduli dengan penilaian orang lain/ Foto: Pexels.com/ Andrea Piacquadio
Beauties, jujur aja, siapa sih yang nggak peduli pada penilaian orang lain? Tapi kalau berlebihan, ini bisa menjadi sumber overthinking.
Overthinkers biasanya sering memikirkan apa kata orang, terlalu sensitif terhadap kritik, atau khawatir dianggap kurang baik. Mereka mengulang-ulang percakapan, mengingat tiap detail interaksi, dan bertanya-tanya, “Tadi aku salah ngomong nggak ya?”
Kepedulian yang berlebihan ini akhirnya membuat pikiran bekerja keras sepanjang waktu, bahkan untuk hal-hal kecil yang orang lain mungkin nggak pedulikan.
5. Kebiasaan Membayangkan Skenario Terburuk
Kebiasaan membayangkan skenario terburuk/ Foto: Pexels.com/ Engin Akyurt
Kecenderungan berpikir negatif adalah salah satu ciri utama overthinking. Orang yang sering overthinking biasanya punya pola pikir yang selalu membayangkan apa yang paling buruk bisa terjadi.
Padahal, skenario terburuk itu sering kali tidak realistis dan tidak ada hubungannya dengan kenyataan. Tetapi karena otak mereka sudah terbiasa berpikir demikian, pikiran itu muncul otomatis. Inilah kenapa banyak overthinkers sulit tidur, merasa gelisah, atau tidak bisa santai karena otak sibuk memprediksi hal-hal buruk yang belum tentu terjadi.
6. Kurangnya Kemampuan Mengelola Emosi
Kurangnya kemampuan mengelola emosi/ Foto: Pexels.com/ Anna Shvets
Setiap orang punya cara yang berbeda untuk menghadapi stres. Ada yang melampiaskan dengan olahraga, ada yang curhat, ada juga yang mengambil waktu untuk istirahat.
Namun, banyak overthinkers tidak memiliki mekanisme coping yang sehat. Mereka tidak terbiasa mengekspresikan emosi, atau cenderung memendam perasaan.
Akhirnya, pikiranlah yang bekerja berlebihan untuk memproses semuanya sendirian. Ketika emosi tidak tersalurkan, pikiran menjadi kacau, sehingga overthinking semakin sering terjadi.
7. Tekanan Lingkungan dan Media Sosial
Tekanan lingkungan dan media sosial/ Foto: Pexels.com/ Tracy Le Blanc
Dunia sekarang sangat menuntut, seperti harus sukses, harus produktif, harus terlihat bahagia. Media sosial sering memperburuk keadaan karena kita terus-menerus membandingkan diri dengan orang lain.
Akibatnya, banyak orang merasa tidak cukup baik, tidak cukup sukses, dan tidak cukup menarik. Pikiran pun mulai berputar tanpa henti, mempertanyakan segala hal tentang diri sendiri. Tekanan inilah yang membuat banyak generasi muda menjadi overthinkers tanpa mereka sadari.
Beauties, overthinking bukan selalu tentang “kebanyakan mikir”, tapi tentang bagaimana otak bereaksi terhadap stres, trauma, ketidakpastian, dan tekanan sosial.
Memahami alasan seseorang overthinking bisa membantumu memahami akar masalah, sehingga kamu bisa lebih mudah mengelola pikiran dan emosi. Ingat, kamu tidak harus melawan semuanya sendirian.
Terpenting adalah menjadi lebih peka terhadap dirimu sendiri, menerima bahwa tidak semua hal bisa kamu kontrol, dan belajar perlahan untuk memberi ruang bagi pikiranmu untuk beristirahat.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!