7 Daftar Warga Negara Asing yang Membantu Kemerdekaan Indonesia

Natasha Riyandani | Beautynesia
Minggu, 17 Aug 2025 13:00 WIB
3. Ichiki Tatsuo
Ichiki Tatsuo/ Foto: Wikipedia

Kemerdekaan Indonesia yang diproklamasikan pada 17 Agustus 1945 diraih dengan penuh pengorbanan hingga tetes darah penghabisan. Perjuangan panjang ini melibatkan berbagai lapisan masyarakat, mulai dari tokoh-tokoh penting, warga sipil, tentara, bahkan warga negara asing sekalipun.

Meski bukan Tanah Airnya, sejumlah orang asing tersebut rela membelot dari negara asalnya demi membantu perjuangan rakyat Indonesia. Bahkan, tak sedikit dari mereka yang harus gugur dalam medan perang saat membantu memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Lantas, siapa sajakah pahlawan asing yang membantu kemerdekaan Indonesia saat itu? Melansir dari berbagai sumber, berikut informasi lengkapnya. Simak!

1. Laksamana Maeda

Laksamana Maeda/ Foto: Wikipedia

Namanya sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat Indonesia. Laksamana Maeda, atau lengkapnya Laksamana Muda Tadashi Maeda, seorang perwira Angkatan Laut Jepang, merupakan tokoh asing yang berperan penting dalam membantu kemerdekaan Indonesia.

Laksamana Maeda secara cuma-cuma membantu Indonesia untuk mewujudkan kemerdekaannya, dengan memberikan izin dan jaminan keamanan untuk perumusan teks proklamasi di rumahnya.

Rumahnya yang berada di Jalan Imam Bonjol, Jakarta, dijadikan tempat berkumpul dan merumuskan naskah proklamasi oleh tokoh-tokoh penting Indonesia seperti Soekarno, Moh. Hatta, dan Ahmad Subarjo. Kini, rumahnya menjadi Museum Naskah Proklamasi.

2. Muriel Stuart Walker (K’tut Tantri)

Muriel Stuart Walker/ Foto: Eriest Octavist

Muriel Stuart Walker, atau lebih dikenal dengan nama K’Tut Tantri merupakan perempuan berkebangsaan Amerika Serikat yang juga berjasa dalam kemerdekaan Indonesia.

Muriel menjadi salah satu pejuang berkebangsaan asing yang direkrut oleh nasionalis Indonesia untuk bergerilya bersama Bung Tomo. Dia berperan dalam menyiarkan pidato Bung Tomo yang mendorong rakyat Surabaya melawan pasukan Sekutu dan Belanda pada November 1945. Selain itu, Muriel-lah penulis pidato bahasa Inggris pertama Presiden Soekarno kala itu.

Alasan Muriel melakukan semuanya karena menganggap Indonesia sebagai Tanah Air ketiganya, setelah Skotlandia, tempat di mana dia dilahirkan, dan California, Amerika Serikat, tempat dia dan ibunya bermigrasi. Selain itu, dia juga melihat semangat juang yang luar biasa dari kaum pemuda Surabaya, yang mengharapkan Indonesia menjadi negara yang bebas dan berdaulat.

3. Ichiki Tatsuo

Ichiki Tatsuo/ Foto: Wikipedia

Selain Laksamana Maeda, Ichiki Tatsuo menjadi satu dari sekian banyak orang Jepang yang membelot ke Indonesia. Abdul Rachman, nama yang diberikan oleh Agus Salim kepada Tatsuo saat dirinya menjadi penasihat Divisi Pendidikan PETA sebagai bentuk penghargaan.

Dalam riwayatnya, Ichiki Tatsuo pernah menjadi Wakil Komando Pasukan Gerilya Istimewa di Semeru, Jawa Timur. Sayangnya, pada saat bergerilya, dirinya gugur pada 9 Januari 1949 di Desa Dampit, Malang karena tertembak tentara Belanda.

Atas kontribusinya terhadap kemerdekaan Indonesia, pada Februari 1958, Presiden Soekarno memperingati jasanya dengan memberi sebuah teks yang disimpan di biara Buddha Shei Shoji di Mintoku, Tokyo. Biara tersebut akhirnya menjadi monumen Soekarno (Sukaruni hi).

4. Tomegoro Yoshizumi

Tomegoro Yoshizumi/ Foto: Wikipedia

Tak hanya sampai pada Laksamana Maeda dan Ichiki Tatsuo saja, orang Jepang yang membelot untuk membantu perjuangan kemerdekaan Indonesia. Presiden Soekarno juga sangat menaruh hormat yang tinggi pada perwira intel Jepang, Tomegoro Yoshizumi.

Hal tersebut karena pada saat Jepang mengirimkan tentara untuk menduduki Indonesia, Yoshizumi justru membantu kemerdekaan RI dengan memberikan hidupnya untuk Indonesia.

Diketahui, Yoshizumi merupakan seorang wartawan dan mata-mata Jepang yang berpihak ke Indonesia. Dia membelot dan berpihak ke Indonesia dengan bergabung ke pasukan Tan Malaka. Ari, menjadi nama yang disematkan kepadanya pada saat bergabung ke dalam pasukan.

Sayangnya, Tomegoro Yoshizumi gugur pada 10 Agustus 1948 di Blitar, Jawa Timur. Makamnya kini bisa ditemui di Taman Makam Pahlawan, Blitar, Jawa Timur.

5. Yang Chil-seong

Yang Chil-seong/ Foto: NNC Netral News

Bukan hanya Jepang, warga negara asing dari Korea Selatan juga turut mendukung kemerdekaan Indonesia. Yang Chil-seong, atau dikenal juga dengan nama Komarudin ini terlibat aktif dalam pertempuran melawan Belanda di daerah Garut, Jawa Barat.

Awalnya, Yang Chil-seong dibawa ke Indonesia oleh Jepang sebagai bagian dari pasukan penjaga tawanan perang. Pasca kemerdekaan, dia memilih tetap tinggal di Indonesia dan mengganti namanya, bahkan memutuskan masuk agama Islam.

Saat Belanda melancarkan agresi militer, Yang Chil-seong pergi ke Garut dan bergabung bersama pejuang kemerdekaan yang bernama Pasukan Pangeran Papak. Dalam riwayatnya, Yang chil-seong dikenal sebagai pejuang yang berani dan gigih dalam pertempuran melawan Belanda, bahkan ahli dalam merakit ranjau. Namun, pada akhirnya dia tertangkap dan dijatuhi hukuman mati pada 1949.

6. Dmitry Manuilsky

Dmitry Manuilsky/ Foto: Sweeper Tamonten

Selama perjuangan Indonesia untuk merdeka, Uni Soviet menjadi salah satu pihak yang paling mendukung. Meskipun tidak terlibat secara langsung dalam membantu kemerdekaan Indonesia, Dmitry Manuilsky merupakan seorang tokoh komunis Soviet yang dikenal sebagai Sekretaris Komunis Internasional.

Dmitry memberikan dukungannya terhadap kemerdekaan Indonesia melalui jalur diplomatik dan perwakilannya di forum PBB untuk menyelesaikan permasalahan antara Indonesia dan Belanda.

Dmitry Manuilsky menjadi orang pertama yang mengajukan permasalahan Indonesia kepada Dewan Keamanan PBB pada Januari 1946. Ia mendesak supaya DK PBB segera mengambil tindakan sesuai Pasal 34 Puagam PBB, yaitu menyelidiki setiap pertikaian yang dapat mengancam perdamaian dan keamanan internasional.

7. Joseph Benedict Chifley

Joseph Benedict Chifley/ Foto: National Library of Australia

Perdana Menteri (PM) Australia periode 1945-1949, Joseph Benedict ‘Ben’ Chifley, merupakan salah satu politisi yang turut mendukung kemerdekaan Indonesia. Dukungan tersebut ditunjukkan dengan keputusannya untuk mengambil langkah berani yang merujuk tindakan Belanda ke Dewan Keamanan PBB, setelah terjadi serangan militer ke wilayah Indonesia pada tahun 1947.

Chifley meyakini bahwa tatanan kolonial sebelum Perang Dunia II tidak dapat dipulihkan, sementara kepentingan keamanan Australia akan lebih terjaga dengan mendukung perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Diketahui, Chifley berjasa dengan peran pentingnya dalam perundingan Indonesia dan Belanda di Linggarjati (1946) dan Renville (1948). Ia juga mendukung aksi serikat buruh Australia untuk memboikot kapal-kapal Belanda sebagai bentuk dukungan terhadap bangsa Indonesia.

Selain yang disebutkan di atas, sebenarnya masih banyak warga negara asing lainnya yang mungkin tidak mendapat sorotan namun turut membantu dalam mewujudkan kemerdekaan Indonesia. Dengan demikian, kita dapat belajar bahwa kemerdekaan Indonesia bukanlah hasil perjuangan satu orang, melainkan upaya persatuan bangsa yang melibatkan dukungan dari berbagai pihak, termasuk orang-orang asing.

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(ria/ria)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE