7 Tanda Kamu Lelah Secara Emosional karena Berjuang dalam "Survival Mode"
Stres memang umum dialami banyak orang saat ini. Namun, stres yang berkepanjangan dan tak kunjung teratasi dapat membawa kita ke kondisi pikiran "survival mode" alias mode bertahan hidup.
Dalam posisi ini fokus utama seseorang bukan lagi “bagaimana menjalani hidup yang bermakna, tetapi “bagaimana agar selesai masalah hari ini”. Inilah sebabnya kenapa meski seseorang tampak normal, tetapi rasa lelahnya berbeda, bukan hanya fisik tetapi juga emosionalnya.
Penting untuk mengetahui seperti apa survival mode agar kamu dapat mengenalinya dalam diri sendiri atau teman untuk mendapatkan bantuan yang dibutuhkan. Melansir dari Health Hub by Valley Oaks, berikut beberapa seseorang lelah secara emosional karena dalam survival mode.
1. Stres Berkepanjangan
Stres Berkepanjangan/Foto: Pexels.com/ Karola G
Tanda terbesar dan paling jelas seseorang berada dalam survival mode adalah perasaan stres yang berkepanjangan. Menurut Jefferson Center, hal ini berbeda dari stres biasa, karena dalam kasus ini stres tidak kunjung hilang atau memiliki solusi sederhana.
Stres semacam ini bisa menumpuk perlahan, membuatmu tetap terlihat baik-baik saja di luar tapi hancur di dalam. Meski kamu mungkin terbiasa menahan semuanya sendiri, tubuh dan hatimu selalu punya cara untuk memberi sinyal bahwa kamu sudah terlalu lelah.
2. Lupa Makan atau Bahkan Tidak Sadar Jika Merasa Lapar
Lupa Makan atau Bahkan Tidak Sadar Jika Merasa Lapar/Foto: Pexels.com/ Anna Tarazevich
Kelelahan karena dalam survival mode tidak selalu terlihat. Ia bekerja diam-diam, menguras energi mentalmu hingga membuatmu kehilangan kesadaran terhadap kebutuhan dasar tubuh. Ketika kamu berada dalam tekanan atau stres berkepanjangan, otakmu bekerja keras untuk sekadar bertahan.
Ia fokus pada cara mengatasi kekhawatiran, bukan pada rasa lapar. Akibatnya, tubuh seperti tidak memberi sinyal “butuh makan” karena semua energimu tersedot untuk memproses emosi. Kamu bukan tidak peduli pada diri sendiri, kamu hanya terlalu lelah untuk merasa lapar.
Pernah merasa makanan yang dulu kamu suka tiba-tiba terasa hambar? Itu bukan karena seleramu berubah, tapi karena emosi negatif seperti cemas, sedih, atau kecewa menekan fungsi tubuh yang berkaitan dengan rasa lapar. Sistem sarafmu sedang dalam mode “bertahan hidup”, dan dalam kondisi itu, makan bukan prioritas.
3. Sulit Mengambil Keputusan
Sulit Mengambil Keputusan/Foto: Pexels.com/Kampus Production
Salah satu bagian tersulit dari survival mode adalah membuat keputusan sederhana. Ketika kamu lelah secara emosional, otakmu dipenuhi begitu banyak kekhawatiran, tentang pekerjaan, hubungan, atau bahkan hal-hal kecil yang belum selesai. Akibatnya, kamu tidak punya ruang mental untuk berpikir jernih.
Setiap keputusan terasa seperti beban tambahan, bukan solusi. Kamu bisa saja tahu apa yang perlu dilakukan, tapi rasanya terlalu sulit untuk mulai melangkah.
Kelelahan emosional sering membuat seseorang terlalu berhati-hati karena tidak ingin salah lagi. Setelah melalui berbagai tekanan atau kegagalan, kamu mungkin mulai kehilangan kepercayaan diri terhadap penilaianmu sendiri. Kamu berpikir terlalu lama, menimbang terlalu banyak kemungkinan, sampai akhirnya tidak bergerak sama sekali. Padahal, diam di tempat pun bisa jadi bentuk keputusan, yang lahir dari rasa takut, bukan ketenangan.
4. Merasa Tidak Termotivasi
Merasa Tidak Termotivasi/Foto: Pexles.com/ Anna Shvets
Dipicu oleh tantangan dalam mengambil keputusan, motivasi sering kali mulai memudar bagi mereka yang berada dalam survival mode. Menemukan motivasi dalam segala aspek kehidupan akan menjadi sulit, bahkan untuk sekadar melakukan pekerjaan yang baik, atau bahkan untuk sekadar bangun dari tempat tidur.
Salah satu tanda paling nyata dari kelelahan emosional adalah munculnya perasaan “buat apa?”. Kamu mulai mempertanyakan nilai dari setiap hal yang kamu lakukan.
Rasa putus asa ini sering kali bukan berasal dari kenyataan bahwa segalanya buruk, tetapi karena kamu sudah terlalu lama berjuang tanpa memberi waktu untuk beristirahat. Pikiranmu butuh jeda agar bisa melihat kembali makna dari apa yang kamu jalani.
5. Kurang Fokus
Kurang Fokus/Foto: Pexels.com/ Anna Tarazevich
Dalam kondisi pikiran seperti survival mode, sulit untuk fokus pada satu tugas. Ketika kamu kelelahan secara emosional, pikiranmu seperti komputer dengan terlalu banyak tab terbuka. Semua hal terasa mendesak, tapi kamu tak bisa menentukan mana yang paling penting.
Akibatnya, informasi baru sulit diproses karena otak sudah sibuk memikirkan kekhawatiran, rasa cemas, dan emosi yang belum selesai. Kamu bisa jadi membaca berulang kali satu kalimat, tapi tetap tak paham isinya, bukan karena tidak mampu, tapi karena kapasitas emosimu sedang penuh.
Saat emosimu lelah, fokusmu menjadi rapuh. Bunyi notifikasi, percakapan orang lain, bahkan pikiran sepele bisa membuatmu kehilangan konsentrasi. Hal ini terjadi karena otakmu mencari pelarian dari beban yang menumpuk. Ia memilih hal-hal kecil yang tak menuntut banyak emosi, sebagai bentuk “istirahat” sementara dari rasa berat di dalam diri.
6. Mengalami Perubahan Suasana Hati
Mengalami Perubahan Suasana Hati/Foto: Pexels.com/ Czapp Árpád
Orang-orang dalam survival mode akan mendapati diri mereka mengalami beragam emosi. Ketika emosimu sudah lelah, hal-hal kecil bisa terasa besar. Perkataan orang lain yang sebenarnya biasa saja bisa membuatmu tersinggung, sementara hal sepele seperti tumpahan air atau suara bising terasa sangat mengganggu. Bukan karena kamu tidak sabar, tapi karena hatimu sudah terlalu penuh. Ia tidak punya cukup ruang untuk menampung rangsangan baru, sehingga reaksi yang muncul jadi lebih cepat dan intens dari biasanya.
Kelelahan emosional membuat perasaanmu mudah bergeser dari satu ekstrem ke ekstrem lain. Kadang kamu merasa lega setelah tertawa bersama teman, tapi sesampainya di rumah tiba-tiba muncul rasa sedih yang menekan. Hal ini terjadi karena otakmu sedang berusaha keras menyeimbangkan hormon stres dan kebahagiaan, sehingga emosimu menjadi tidak stabil.
7. Sulit Merasa Rileks
Sulit Merasa Rileks/Foto: Pexels.com/ Karola G
Terakhir, seseorang dalam survive mode akan merasa sulit untuk rileks. Kelelahan emosional membuat seseorang kehilangan kemampuan untuk benar-benar rileks. Bukan karena tidak mau, tapi karena pikiran dan tubuh tidak lagi selaras.
Saat lelah emosional, pikiranmu terus aktif meski tubuh sudah beristirahat. Kamu bisa saja sedang di spa, di pantai, atau sekadar duduk santai, tapi isi kepalamu tetap berisik. Kamu memikirkan masa lalu, mencemaskan masa depan, atau menilai diri sendiri tanpa henti. Akibatnya, bahkan dalam momen yang seharusnya menenangkan, kamu tetap merasa tegang.
Jadi, jika kamu merasa seperti bertahan lebih lama daripada menjalani, izinkan dirimu berhenti. Izinkan hatimu berkata cukup sebelum tubuhmu menyerah. Kamu tidak harus selalu kuat tanpa jeda. Kamu berhak untuk mendengar dan diperhatikan oleh orang lain, dan paling utama oleh dirimu sendiri.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!