8 Penyebab Sulitnya Meninggalkan Pasangan yang Abusif, Kamu Juga Mengalami?

Riswinanti Pawestri Permatasari | Beautynesia
Sabtu, 24 Sep 2022 17:00 WIB
8 Penyebab Sulitnya Meninggalkan Pasangan yang Abusif, Kamu Juga Mengalami?
Ilustrasi KDRT/Foto: Getty Images/iStockphoto/Jelena Stanojkovic

Kekerasan dalam sebuah hubungan mungkin bukan hal yang baru kita dengar. Semua orang tahu bahwa kondisi ini bisa berdampak negatif pada kesehatan fisik dan mental korban. Sayangnya, masalah ini juga tak mudah diselesaikan. Dalam berbagai riset, umumnya KDRT terus terulang karena korban, terutama perempuan, tidak mampu meninggalkan pasangannya yang abusif.

Dilansir dari Very Well Mind, meninggalkan hubungan abusif tidak sesederhana yang dipikirkan. Orang yang tidak terlibat mungkin bisa dengan mudah menyarankan korban untuk meninggalkan pelaku. Namun bagi korban, proses ini bisa jadi hal sulit, menakutkan, rumit, bahkan melelahkan. Apa penyebabnya?

1. Ekspektasi yang Terlalu Baik

Alasan Sulitnya Meninggalkan Pasangan Abusif/Foto: Unsplash.com/Sydney Sims
Alasan Sulitnya Meninggalkan Pasangan Abusif/Foto: Unsplash.com/Sydney Sims

Saat terlanjur jatuh cinta, setiap orang akan berpikir bahwa menerima baik dan buruk pasangan adalah sebuah tindakan tulus dan mulia. Kalaupun ada tindak kekerasan, dia berharap pasangan akan berubah di kemudian hari. Korban akan mudah luluh jika pasangan berjanji akan berubah atau minta diberi kesempatan.

Faktanya, jika kamu adalah orang yang setulus itu, ingatlah bahwa cinta itu bukan untuk menyakiti atau disakiti. Boleh saja berusaha, namun ingatlah bahwa watak seseorang tak bisa berubah semudah itu. Mengorbankan diri bukan satu-satunya cara memperbaiki keadaan.

2. Trauma Masa Lalu

Alasan Sulitnya Meninggalkan Pasangan Abusif/Foto: Pixabay.com/Victoria_Borodinova
Alasan Sulitnya Meninggalkan Pasangan Abusif/Foto: Pixabay.com/Victoria_Borodinova

Kejadian buruk di masa lalu juga bisa menjadi alasan seseorang sulit meninggalkan pasangan yang melakukan tindak kekerasan. Sebagai contoh, korban mungkin pernah mengalami hal serupa, namun kejadian lebih buruk justru datang ketika dia berusaha meminta bantuan. Tak ingin hal yang sama terulang, dia lebih memilih diam dan menerima keadaan.

3. Mengalami Kekerasan Mental dan Tindakan Manipulatif

Alasan Sulitnya Meninggalkan Pasangan Abusif/Foto: Unsplash.com/Sydney Sims
Alasan Sulitnya Meninggalkan Pasangan Abusif/Foto: Unsplash.com/Sydney Sims

Pelaku tindakan abusif umumnya juga melontarkan kata-kata manipulatif yang membuat kondisi psikologis korban berantakan, merasa tidak berharga, dan layak mendapat perilaku buruk. Dengan demikian, korban berusaha menerima keadaan sebagai bentuk karma untuk dirinya sendiri.

Korban akan menyangkal bahwa dirinya adalah korban kekerasan. Very Well Mind juga mengungkapkan bahwa orang-orang yang mengalami hal ini umumnya menganggap kekerasan adalah hal wajar serta berusaha tidak mempermasalahkan karena khawatir tak ada orang lain yang mau menerimanya setelah berpisah dari pelaku.

4. Kondisi Kesehatan

Alasan Sulitnya Meninggalkan Pasangan Abusif/Foto: Unsplash.com/Charl Folscher
Alasan Sulitnya Meninggalkan Pasangan Abusif/Foto: Unsplash.com/Charl Folscher

Korban dari pasangan abusif bisa saja merasa tidak berdaya karena kondisi kesehatan yang tidak baik. Dalam keterbatasan, korban mau tak mau harus menerima segala tindak kekerasan, dan hanya berdoa dapat keluar dari situasi tersebut tanpa mampu melakukan tindakan nyata.

5. Dalam Ancaman atau Kondisi Berbahaya

Alasan Sulitnya Meninggalkan Pasangan Abusif/Foto: Pixabay.com/artbykleiton
Alasan Sulitnya Meninggalkan Pasangan Abusif/Foto: Pixabay.com/artbykleiton

Banyak orang yang mengalami kondisi sulit dalam sebuah hubungan. Bahkan ketika menyadari telah mengalami KDRT, korban tak bisa sembrono bertindak karena adanya ancaman tertentu dari pelaku (misalnya pembunuhan atau hal gawat lainnya).

Banyak korban juga merasa tidak bisa berbuat apa-apa karena menyadari bahwa dirinya dalam bahaya jika berusaha pergi mencari bantuan. Untuk keluar dari situasi ini, dia harus mendapatkan bantuan dari pihak yang kuat dan mampu mengatasi masalahnya hingga tuntas.

6. Tidak Tahu Cara Meminta Pertolongan

HELP, Teenager with help sign. girl holding a paper with the inscription. Homeless person with help sign. teenage girl in casual clothes holding sheet of paper. Girl holding sheet of paper with word HELP on grey wall backgroundIlustrasi/ Foto: Getty Images/iStockphoto/dragana991

Kebanyakan pelaku tindakan abusif tak hanya memberikan kekerasan fisik, namun juga mental. Kondisi yang tidak berdaya, merasa terisolasi, dan ketakutan akan membuat korban tak mampu berpikir jernih. Dia sangat ingin meminta pertolongan, namun tak tahu bagaimana caranya.

Korban tak memiliki orang dekat yang bisa dipercaya atau keberanian untuk melaporkannya pada pihak yang berwajib. Terlebih, umumnya pelaku akan mengekang dan menjauhkannya dari orang dekat. Karenanya, korban rentan mengalami kekerasan yang fatal tanpa ada seorangpun yang tahu.

7. Ketergantungan

Alasan Sulitnya Meninggalkan Pasangan Abusif/Foto: Pixabay.com/PublicDomainPictures
Alasan Sulitnya Meninggalkan Pasangan Abusif/Foto: Pixabay.com/PublicDomainPictures

Korban mungkin saja menggantungkan urusan finansial pada pasangan, dan merasa tak berdaya jika harus berpisah. Kondisi ini umumnya akan semakin memburuk jika keduanya telah memiliki buah hati. Rasa takut kehilangan sumber kehidupan atau kekhawatiran terhadap anak akan mendorong korban terus pasrah pada keadaan.

8. Tekanan dari Sekitar

Alasan Sulitnya Meninggalkan Pasangan Abusif/Foto: Pixabay.com/Tumisu
Alasan Sulitnya Meninggalkan Pasangan Abusif/Foto: Pixabay.com/Tumisu

Kamu mungkin familiar dengan kata bijak berbunyi “pertengkaran adalah bumbu dalam rumah tangga”. Orang-orang akan menyarankan agar kamu bersabar dan tak mudah meminta pisah. Pihak lainnya mungkin juga akan mengatakan bahwa sikap sabar dan menerima apa adanya adalah kunci dari kebahagiaan.

Yup, kata-kata tersebut memang ada benarnya, namun kamu juga tidak seharusnya menelan mentah-mentah. Perselisihan memang wajar terjadi, tapi pastikan bahwa hal itu tidak berujung pada kekerasan fisik atau verbal. Jika hal itu terjadi, maka pertengkaran bukan lagi sebuah bumbu, namun sudah menjadi racun yang bisa membunuh.

Beauties, itulah beberapa alasan kenapa banyak korban KDRT yang sulit meninggalkan pasangannya yang abusif. Faktanya, hal yang mereka hadapi mungkin jauh lebih rumit dari perkiraan sehingga mereka mungkin membutuhkan uluran tangan yang lebih baik.

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(naq/naq)
CERITA YUK!
Theme of The Month :

Theme of The Month :

Theme of The Month :

Theme of The Month :

Theme of The Month :

Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE