Di dunia kerja, kemampuan, keahlian, dan pengalaman biasanya dianggap sebagai faktor utama penentu kesuksesan. Namun, realitanya ada hal lain yang sering memengaruhi penilaian orang terhadap karyawan, yaitu penampilan fisik. Istilah yang menggambarkan diskriminasi berdasarkan penampilan wajah ini disebut dengan "face-ism".
Fenomena ini mungkin terlihat sepele, tapi dampaknya bisa sangat serius. Dari proses rekrutmen, promosi jabatan, hingga hubungan dengan rekan kerja, face-ism sering kali berperan tanpa disadari. Agar lebih mengerti, yuk cari tahu apa itu face-ism, dampaknya, bahaya yang ditimbulkan, hingga cara menguranginya di lingkungan kerja berikut ini seperti yang telah dilansir dari True You Journal!
Apa Itu Face-ism?
Ilustrasi/Foto: Freepik.com |
Face-ism adalah bentuk diskriminasi yang terjadi ketika seseorang dinilai lebih baik atau lebih buruk hanya karena penampilan fisiknya, terutama wajah. Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Karen Dion dan koleganya pada tahun 1972, yang meneliti bagaimana wajah bisa memengaruhi persepsi orang lain. Orang dengan penampilan menarik sering dianggap lebih pintar, kompeten, bahkan ramah, meski faktanya tidak selalu demikian.
Di tempat kerja, face-ism bisa muncul saat wawancara kerja, penilaian performa, atau saat seseorang dipilih untuk menghadiri rapat penting hanya karena terlihat lebih representatif. Padahal, penampilan fisik jelas tidak bisa menggambarkan kemampuan profesional seseorang secara utuh.