Awas, Toxic Positivity! 4 Tipe Respons Positif yang Ternyata Membuat Tidak Nyaman
Di era modern ini, banyak orang mulai menyadari pentingnya kesehatan mental dan mulai berusaha untuk memberikan dukungan positif kepada orang terdekat. Namun, terkadang niat baik untuk memberi dukungan malah berubah menjadi bentuk toxic positivity yang tidak disadari.
Melansir BBC, toxic positivity dapat didefinisikan sebagai anggapan bahwa kita harus selalu memiliki pandangan positif, bahkan ketika sedang mengalami sakit emosional atau fisik. Namun pada kenyataannya, ini justru merupakan cara untuk menekan perasaan yang sangat nyata dan manusiawi, dan sering kali malah membuat kita merasa lebih buruk.
Berikut ini ada 4 tipe toxic positivity yang umum ditemui dan sering membuat orang tidak nyaman.
1. Adu Nasib atau Membandingkan Masalah
Adu Nasib/ Foto: freepik.com/DC Studio
Melansir Forbes, bentuk toxic positivity pertama yang sering terjadi adalah ketika seseorang menanggapi curhatan dengan membandingkan masalahnya sendiri atau seolah-olah "adu nasib." Misalnya, seseorang yang curhat tentang pekerjaannya yang berat malah mendapat tanggapan, “Itu sih masih mending dibanding aku....”
Alih-alih merasa dipahami, orang yang curhat bisa merasa masalahnya tidak valid atau dianggap remeh.
2. Menyarankan “Tetap Positif Saja”
Menyarankan Tetap Positif/ Foto: freepik.com
Ini mungkin salah satu respons yang paling sering ditemui dan terlihat sederhana. Saat seseorang mengalami kesulitan dan curhat, tanggapan “tetap positif aja, nanti juga selesai kok” sering kali diberikan dengan niat baik.
Sayangnya, ungkapan ini kerap dianggap sebagai peremehan karena tidak memberikan ruang bagi orang yang curhat untuk merasakan emosi negatifnya.
3. Mencoba Motivasi
Mencoba Motivasi/ Foto: freepik.com/katemangostar
Kalimat ini mungkin terdengar seperti dorongan yang positif. Namun, kenyataannya tidak selalu begitu. “Kita sebenarnya tidak menghargai atau mengakui usaha yang sudah mereka lakukan sejauh ini,” ujar Dr. Regine Muradian, PsyD., seorang psikolog klinis berlisensi yang dikutip dari Parade.
“Alih-alih memberikan motivasi, justru respons semacam ini bisa membuat seseorang merasa usahanya kurang dihargai dan malah menjadi kehilangan semangat,” tambahnya.
4. Judgemental
Judgemental/ Foto: freepik.com
Meskipun mungkin niatnya untuk menenangkan atau membantu seseorang merasa lebih baik, respons ini justru bisa berdampak sebaliknya. Kalimat ini mengabaikan atau meremehkan perasaan stres yang sedang dirasakan, seolah-olah stres tersebut tidak valid atau tidak penting.
Ketika seseorang mendengar "Buat apa stres cuma karena itu?" mereka mungkin merasa disalahpahami atau bahkan bersalah atas perasaan yang mereka alami. Padahal, setiap orang memiliki batasan dan pemicu stres yang berbeda-beda.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!