Awas, Toxic Positivity! 4 Tipe Respons Positif yang Ternyata Membuat Tidak Nyaman

Kyla Putri Nathania | Beautynesia
Rabu, 06 Nov 2024 11:00 WIB
Awas, Toxic Positivity! 4 Tipe Respons Positif yang Ternyata Membuat Tidak Nyaman
Foto: Freepik.com

Di era modern ini, banyak orang mulai menyadari pentingnya kesehatan mental dan mulai berusaha untuk memberikan dukungan positif kepada orang terdekat. Namun, terkadang niat baik untuk memberi dukungan malah berubah menjadi bentuk toxic positivity yang tidak disadari. 

Melansir BBC, toxic positivity dapat didefinisikan sebagai anggapan bahwa kita harus selalu memiliki pandangan positif, bahkan ketika sedang mengalami sakit emosional atau fisik. Namun pada kenyataannya, ini justru merupakan cara untuk menekan perasaan yang sangat nyata dan manusiawi, dan sering kali malah membuat kita merasa lebih buruk.

Berikut ini ada 4 tipe toxic positivity yang umum ditemui dan sering membuat orang tidak nyaman.

1. Adu Nasib atau Membandingkan Masalah

Adu Nasib/ Foto: freepik.com/DC Studio

Melansir Forbes, bentuk toxic positivity pertama yang sering terjadi adalah ketika seseorang menanggapi curhatan dengan membandingkan masalahnya sendiri atau seolah-olah "adu nasib." Misalnya, seseorang yang curhat tentang pekerjaannya yang berat malah mendapat tanggapan, “Itu sih masih mending dibanding aku....” 

Alih-alih merasa dipahami, orang yang curhat bisa merasa masalahnya tidak valid atau dianggap remeh.

2. Menyarankan “Tetap Positif Saja”

Menyarankan Tetap Positif/ Foto: freepik.com

Ini mungkin salah satu respons yang paling sering ditemui dan terlihat sederhana. Saat seseorang mengalami kesulitan dan curhat, tanggapan “tetap positif aja, nanti juga selesai kok” sering kali diberikan dengan niat baik. 

Sayangnya, ungkapan ini kerap dianggap sebagai peremehan karena tidak memberikan ruang bagi orang yang curhat untuk merasakan emosi negatifnya.

3. Mencoba Motivasi

Mencoba Motivasi/ Foto: freepik.com/katemangostar

Kalimat ini mungkin terdengar seperti dorongan yang positif. Namun, kenyataannya tidak selalu begitu. “Kita sebenarnya tidak menghargai atau mengakui usaha yang sudah mereka lakukan sejauh ini,” ujar Dr. Regine Muradian, PsyD., seorang psikolog klinis berlisensi yang dikutip dari Parade

“Alih-alih memberikan motivasi, justru respons semacam ini bisa membuat seseorang merasa usahanya kurang dihargai dan malah menjadi kehilangan semangat,” tambahnya.

4. Judgemental

Judgemental/ Foto: freepik.com

Meskipun mungkin niatnya untuk menenangkan atau membantu seseorang merasa lebih baik, respons ini justru bisa berdampak sebaliknya. Kalimat ini mengabaikan atau meremehkan perasaan stres yang sedang dirasakan, seolah-olah stres tersebut tidak valid atau tidak penting.

Ketika seseorang mendengar "Buat apa stres cuma karena itu?" mereka mungkin merasa disalahpahami atau bahkan bersalah atas perasaan yang mereka alami. Padahal, setiap orang memiliki batasan dan pemicu stres yang berbeda-beda. 

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(dmh/dmh)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE