Berjuang Mengubah Dunia, Ini 6 Perempuan yang Berhasil Meraih Nobel

Dewi Maharani Astutik | Beautynesia
Selasa, 12 Nov 2024 20:00 WIB
Berjuang Mengubah Dunia, Ini 6 Perempuan yang Berhasil Meraih Nobel
Berjuang Mengubah Dunia, Ini 6 Perempuan yang Berhasil Meraih Nobel/Foto: Instagram/nobelprize.org

Marie Curie tercatat sebagai perempuan pertama di dunia yang memenangkan hadiah Nobel Fisika pada tahun 1903 bersama Henri Becquerel, dan sang suami, Pierre Curie atas penelitian mereka tentang radioaktivitas. Pada tahun 1911, ia dianugerahi Hadiah Nobel Kimia atas penemuannya yang luar biasa, yaitu radium dan polonium.

Meskipun belum ada perempuan kedua yang bisa menyamai prestasi Marie Curie dengan meraih nobel di dua kategori berbeda, tak sedikit perempuan yang berhasil mengikuti jejaknya untuk berjuang mengubah dunia dan meraih Nobel. Dilansir dari Nobel Prize, inilah daftar perempuan yang pernah meraih Nobel tersebut!

Anne L’Huillier

Ilustrasi/Foto: www.thewomensvoices.fr
Ilustrasi/Foto: www.thewomensvoices.fr

Anne L’Huillier bersama dengan Pierre Agostini dan Ferenc Krausz dianugerahi Nobel Fisika pada tahun 2023 atas penemuan metode baru untuk menghasilkan cahaya dalam waktu yang sangat singkat, yaitu attosekon. Attosekon adalah waktu yang sangat pendek, yaitu sepersatu quintiliun detik. Dengan cahaya yang singkat ini, para ilmuwan dapat mempelajari pergerakan elektron di dalam materi secara lebih detail.

Penelitian ini membuka peluang untuk memahami lebih baik bagaimana cahaya berinteraksi dengan materi, yang berpotensi untuk mengubah teknologi di berbagai bidang, seperti komputasi kuantum dan teknologi fotonik.

Kemampuan untuk mengamati proses yang terjadi dalam waktu yang sangat singkat ini memungkinkan para peneliti untuk mempelajari fenomena yang sebelumnya tidak dapat diakses, seperti perilaku elektron di dalam atom dan molekul. Hal ini sangat penting untuk pengembangan teknologi di masa depan.

Carolyn Bertozzi

Carolyn Bertozzi/Foto: citybiz.co

Nobel Kimia 2022 dianugerahkan kepada Carolyn Bertozzi, Barry Sharpless, dan Morten Meldal atas pencapaian luar biasa mereka dalam pengembangan "kimia klik" dan "kimia bioortogonal", dua teknik kimia yang telah mengubah cara kita memahami dan memanipulasi molekul.

Kimia klik adalah proses yang memungkinkan penggabungan bahan kimia dengan cepat dan efisien sehingga menghasilkan lebih banyak produk dan mengurangi limbah berbahaya. Sementara itu, kimia bioortogonal membuka jalan baru untuk penelitian biomedis dan pengembangan obat dengan memungkinkan reaksi kimia terjadi di dalam sel hidup tanpa mengacaukan fungsi sel lainnya.

Carolyn Bertozzi adalah tokoh kunci dalam kemajuan kimia bioortogonal. Ia menciptakan reaksi yang bisa dilakukan tanpa menggunakan katalis beracun seperti tembaga. Reaksi ini memungkinkan ilmuwan untuk mempelajari biomolekul, seperti glikan, di lingkungan biologis yang rumit.

Hal tersebut membantu dalam pelabelan dan pemisahan molekul. Metode ini memungkinkan peneliti untuk mengidentifikasi komponen-komponen langka dalam reaksi kimia yang rumit, membuka peluang baru untuk menemukan molekul yang belum pernah diketahui sebelumnya dan memungkinkan pengembangan terapi obat yang lebih tepat sasaran.

Katalin Kariko

Katalin Kariko/Foto: Instagram/katalin_kariko

Bersama dengan Drew Weissman, Katalin Kariko menerima Nobel di bidang Fisiologi atau Kedokteran 2023 karena penemuan mereka yang memungkinkan pengembangan vaksin mRNA untuk COVID-19. Penelitian yang dilakukan di Universitas Pennsylvania ini berhasil memodifikasi bagian dalam mRNA dengan mengganti uridin menjadi pseudouridin.

Perubahan tersebut mengurangi efek samping inflamasi yang menghambat pengembangan vaksin. Meskipun penemuan ini dipublikasikan 15 tahun sebelum pandemi, hal ini menjadi dasar bagi vaksin yang dikembangkan oleh Moderna dan Pfizer BioNTech, yang telah disuntikkan lebih dari 13 miliar kali dan menyelamatkan jutaan nyawa.

Han Kang

Han Kang/Foto: Instagram/nobelprize.org

Karya Han Kang, pemenang Hadiah Nobel Sastra 2023, dikenal dengan kekuatan puitisnya yang memikat; yang mengeksplorasi trauma sejarah dan kerapuhan hidup manusia. Karya-karyanya, seperti "The Vegetarian" dan "Human Acts", mengeksplorasi tema kekerasan dan konsekuensinya pada individu, khususnya dalam konteks sejarah Korea yang kelam.

Ia menggambarkan keadaan manusia yang rentan dengan cara yang puitis dan emosional sehingga menarik perhatian dunia terhadap pentingnya cerita yang mencerminkan pengalaman orang-orang yang terkena dampak kekerasan dan ketidakadilan.

Penghargaan Nobel ini mengakui keunikan gaya Han Kang yang menggabungkan elemen prosa eksperimental dan kedalaman emosi. Para juri meenyebutkan bahwa ia memiliki pemahaman yang unik tentang hubungan antara tubuh dan jiwa serta perbedaan antara yang hidup dan yang mati.

Dengan mengangkat isu-isu yang sering dianggap tabu, Han Kang memberi suara kepada mereka yang tidak terdengar dan menyoroti bagaimana trauma kolektif membentuk identitas individu dalam masyarakat yang mengalami kekerasan.

Narges Mohammadi

Narges Mohammadi/Foto: transcontinentaltimes.com

Narges Mohammadi adalah seorang aktivis HAM Iran yang dianugerahi Hadiah Nobel Perdamaian 2023 atas perjuangannya melawan penindasan terhadap perempuan dan usaha mempromosikan HAM serta kebebasan untuk semua orang. Dalam lebih dari 20 tahun kariernya, Mohammadi telah menjadi simbol perjuangan melawan teokrasi Iran.

Dia bergabung dengan Defenders of Human Rights Center yang didirikan oleh Shirin Ebadi, penerima Nobel lainnya, dan telah aktif membantu aktivis yang dipenjara, memimpin kampanye melawan hukuman mati, serta mengkritik penggunaan penyiksaan dan kekerasan seksual oleh rezim Iran.

Meskipun saat ini Mohammadi berada dalam penjara Evin, suaranya tetap bergema di tengah ketidakadilan yang dialami oleh perempuan di Iran. Penghargaan Nobel ini bukan hanya mengakui keberaniannyya dalam menghadapi penindasan, tetapi juga menjadi dorongan untuk terus berjuang demi demokrasi, kebebasan, dan kesetaraan. Dalam pernyataanya setelah menerima penghargaan, dia menegaskan komitmennya untuk tidak pernah berhenti berjuang melawan diskriminasi dan tirani, meskipun harus menghadapi risiko besar.

Claudia Goldin

Claudia Goldin/Foto: Instagram/harvard

Claudia Goldin dianugerahi Hadiah Nobel Ekonomi tahun 2023 atas penelitiannya yang mendalam tentang peran perempuan di dunia kerja. Penelitian ini menunjukkan bahwa meskipun banyak perempuan bekerja dalam 100 tahun terakhir, mereka mendapat gaji 13 persen lebih rendah dibandingkan pria.

Goldin menggunakan metode penelitian yang mendalam dan arsip sejarah untuk menunjukkan bahwa sejarah partisipasi kerja perempuan tidak selalu meningkat, tetapi dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti perubahan ekonomi, norma sosial, dan kemajuan medis.

Salah satu temuan penting Goldin adalah bahwa perbedaan dalam partisipasi kerja dan gaji tidak disebabkan oleh faktor biologis, tetapi oleh pembagian tanggung jawab merawat anak yang tidak dibayar di rumah tangga. Goldin berpendapat bahwa perubahan dalam kebijakan kerja yang fleksibel dan dukungan untuk pengasuhan anak dapat meningkatkan partisipasi perempuan, terutama saat krisis seperti Perang Dunia II dan pasca-pandemi.

Melalui penelitiannya, Goldin membantu kita memahami lebih baik tentang kondisi perempuan di pasar kerja dan memberikan pandangan yang lebih luas tentang ketidaksetaraan gender dalam pekerjaan dan kehidupan keluarga.

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(naq/naq)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.