Etika Sampaikan Belasungkawa, Coba Terapkan Biar Tidak Tambah Beban Keluarga yang Ditinggalkan, Beauties!
Kabar duka bisa terjadi pada siapa saja, tanpa terkecuali. Baru-baru ini, Emmeril Kahn Mumtadz yang sempat dikabarkan hilang di Sungai Aare, Swiss, telah ditemukan setelah 14 hari dalam kondisi tidak bernyawa.
Meski keluarga telah mengikhlaskan kepergian putra sulung Ridwan Kamil tersebut, tentu masih ada perasaan dukacita yang mendalam. Banyak kalangan, termasuk warganet pun menyampaikan belasungkawa sebagai ungkapan simpatik.
Tetapi yang perlu dipahami adalah sebaiknya tidak melupakan etika dalam menyampaikan rasa simpatikmu itu, Beauties. Karena bukannya menguatkan, tetapi cara penyampaian yang tidak tepat malah berpotensi menyinggung pihak yang lagi berduka.
Dalam tayangan e-Life bertajuk 'Bijaksana Hadapi Duka Pandemi' detikcom, psikolog klinis dari Tiga Generasi Utari Krisnamurthi mengungkap untuk tidak memberi saran-saran yang nggak diperlukan.
Tahan Rasa Kepo-mu
Tahan rasa selalu kepo-mu saat berbelasungkawa. / Foto: Freepik/ Cookie_studio/ |
"Sebaiknya jauhi pertanyaan yang mengarah ke penasaran, misalnya, nanya 'Kenapa kok bisa kejadian seperti ini? Apa yang terjadi? Apakah ada firasat akan ditinggalkan?' Atau, 'Kok bisa sih kayak gini? Harusnya jangan gini, gini.'Padahal orangnya kan udah nggak ada, jadi udah nggak bisa ada kata-kata 'seharusnya' dan 'seandainya', atau menyesali kejadian tersebut," katanya.
Kamu juga tidak perlu bertanya seputar detail kejadian sewaktu berbelasungkawa. Karena, pihak keluarga atau pihak yang tengah berduka masih membutuhkan privasi, atau sedang tak ingin mengingat-ingat hal yang bikin merasa sedih itu.
Satu lagi, kamu juga nggak perlu menyebar foto atau video korban bila memang memilikinya yang tidak atau belum tersiar di media, agar tidak menimbulkan trauma keluarga yang ditinggalkan.
Cara Sampaikan Belasungkawa
Hal yang sebaiknya dihindari ketika teman sedang menangis/foto: freepik.com/pressfoto/ |
Menurut Psikolog Klinis TigaGenerasi Psychology Center, Utari Krisnamurthi, M.Psi., penting bagi kita yang ingin menyampaikan rasa belasungkawa dengan memperhatikan bentuk empati dan validasi kepada pihak yang berduka. Lalu, sampaikan juga bahwa ia tak sendiri.
"Misalnya, 'Aku turut sedih dengan kejadian ini, ini pasti susah ya, buat kamu.' Dengan menyampaikan, 'Aku turut sedih,' itu bagian dari empati. 'Pasti susah ya,' itu bentuk validasi, seakan memahami kondisinya dia, kehilangan seseorang yang disayang," jelas Utari.
"Ikuti juga dengan kalimat bahwa mereka tidak sendiri. Kita sebagai teman itu siap lho untuk menemani dia dalam memproses kedukaan tersebut. Terutama kalau teman terdekat gitu ya, atau teman terdekat dari orang tersebut. Jadi, kita sampaikan bahwa dia nggak sendirian," lanjutnya.
Sederet manfaat menangis untuk kesehatan mental/freepik/diana.grytsku/ |
Tapi kamu juga perlu memahami cara mereka memproses pengalaman berdukanya itu, karena setiap orang bisa berbeda-beda. Bila mereka sedang tidak ingin dibantu, maka hal ini harus dimaklumi.
"Boleh dengan misalnya, action-nya adalah kita kirim makanan, atau mungkin kirim bunga, ke orang yang sedang mengalami kedukaan. Atau datang ke rumahnya, gitu misalnya untuk men-support aja, sekadar men-support. Atau, nelfon kayak 'Gimana kabar lo? Lo udah ngapain aja, udah tidur belum?' itu proper juga, kok," terang Utari.
"Tapi, kalau orangnya emang nggak mau ditelepon, atau nggak mau diganggu, kita juga perlu respect dengan keputusan tersebut. Tidak perlulah dipaksa atau merasa kayak, 'Kok dia nggak sopan?' tiap orang punya caranya sendiri untuk memproses. Jadi, boleh kita menawarkan diri kita untuk bantu dia, tapi kalau ditolak, ya udah nggak papa," tutupnya.
Tahan rasa selalu kepo-mu saat berbelasungkawa. / Foto: Freepik/ Cookie_studio/
Hal yang sebaiknya dihindari ketika teman sedang menangis/foto: freepik.com/pressfoto/
Sederet manfaat menangis untuk kesehatan mental/freepik/diana.grytsku/