
Hindari Toxic Positivity dengan Melakukan Hal Ini

Toxic Positivity merupakan suatu istilah yang tengah populer. Istilah ini mengacu pada keadaan saat seseorang terus mendorong kenalannya yang tengah merasa down, ada masalah, atau tertimpa kemalangan, agar selalu melihat sisi baik tanpa mempertimbangkan pengalaman atau apa yang dirasakan kenalan tersebut dalam meluapkan apa yang dirinya rasakan.
Kalimat ‘kamu sih mending, coba aku …’, ‘Harusnya kamu bersyukur. Kalau kamu liat orang di luar sana banyak yang lebih jelek nasibnya dibanding kamu.’ Serta kalimat lainnya.
Kalimat – kalimat di atas, terkesan meremehkan apa yang dirasakan atau tengah dialami oleh orang yang tengah bercerita. Alih–alih keadaannya membaik, orang yang mendengar justru malah semakin tertekan dan merasa dirinya salah serta tidak berhak untuk merasakan apa yang tengah ia rasakan saat itu. Hal inilah yang disebut toxic positivity.
Dalam hal ini, masih banyak orang yang tidak aware terhadap permasalahan tersebut. Namun, memang banyak yang masih belum paham bagaimana harus bersikap ketika menghadapi situasi tersebut. Untuk itu, buat kamu yang masih belum tahu bagaimana cara terhindar dari toxic positivity bisa mempraktekkan hal – hal berikut ini!
Tanya Terlebih Dahulu
![]() Dua orang tengah mengobrol/Photo by unsplash.com/@priscilladupreez |
Sebelum lawan bicaramu mulai mencurahkan isi hatinya, kamu bisa bertanya lebih dulu.
Apakah dia hanya ingin didengar? Atau dia butuh nasihat? Kalau iya, dia ingin nasihat dalam hal apa? Apakah kamu boleh menyela saat dia bercerita atau mungkin tanya dulu, apakah dia tidak keberatan jika nantinya kamu menceritakan pengalamanmu yang mungkin akan membantunya?
Hal ini penting agar kamu tahu harus bagaimana dan apa yang harus kamu lakukan nantinya. Sembari mendengar ceritanya, kamu juga akan mulai berpikir dan menyusun tindakan serta ucapanmu yang mungkin bisa membantunya bahkan jika itu hanya mendengarkan dengan seksama.
Akui Perasaan Lawan Bicara
![]() Dua orang perempuan tengan mengobrol/Photo by unsplash.com/@krewellah87 |
Jika kamu menjadi tempat bercerita orang sekitarmu, agar kamu tidak memberikan toxic positivity, maka kamu harus pastikan untuk mengakui perasaan lawan bicaramu.
Mengakui jika orang tersebut valid untuk merasakan apa yang tengah dirasakannya sangat penting. Hal ini akan membuat lawan bicara merasa diterima dan ia berhak untuk merasakan apa yang dirasakannya, bahwa apa yang ia rasakan bukanlah sebuah kesalahan.
Beri Dukungan, Tanpa Membandingkan
![]() Mengobrol berdua di dekat jendela/Photo by unsplash.com/@themirraz |
Jangan sampai kamu membandingkan perasaan atau keadaan lawan bicara yang tengah mencurahkan hatinya padamu dengan yang lain. Hal itu, tidak akan membuatnya merasa lebih baik, justru merasa bahwa apa yang dia alami dan rasakan tidak ada apa – apanya serta dia tidak boleh bersedih.
Kamu bisa memberinya dukungan tanpa perlu mengaitkannya dengan permasalahan yang lain. Hanya fokus pada permasalahan atau perasaan yang tengah dihadapi oleh lawan bicaramu tersebut.
Seperti, ‘kamu pasti sedih banget. Tapi gapapa, aku bakal dengerin semua cerita kamu, sampai kamu lebih baik. Pelan – pelan aja, kamu bisa mulai dari awal.’ Atau ‘gak ada salahnya kamu istirahat dulu, nanti kamu bisa memulai lagi. Kamu hebat sudah sampai sini. Aku yakin kamu bisa melewati ini.’
Kalimat – kalimat sederhana yang mengakui apa yang dirasakan lawan bicaramu, mengajaknya untuk berusaha tenang, dan memberi dukungan bagi dia untuk memulai tanpa perlu terburu – buru, bisa jadi pilihan untukmu saat memberi respon pada teman yang tengah curhat.