Jumlah rumah terlantar kosong yang ditinggal oleh pemilik di Jepang terus meningkat. Tak ayal, hal ini bikin pemerintah Jepang pusing. Apa yang terjadi?
Rumah-rumah terbengkalai, beberapa dalam kondisi bobrok sehingga menimbulkan bahaya, menghiasi kota-kota kecil dan pedesaan di Jepang. Pemerintah berupaya mengatasi masalah ini, antara lain melalui program kredit pajak yang direvisi untuk mendorong pemilik properti memperbaiki rumah yang reyot atau menggantinya dengan yang baru.
Namun, solusi apa pun yang dihadirkan, rupanya masih harus berjuang melawan kondisi demografi di Jepang. Ya, salah satu faktor jumlah rumah terbengkalai semakin meningkat di Jepang karena populasi yang kian menyusut dan kini didominasi warga usia tua.
Ketika populasi menyusut, rumah-rumah yang tidak berpenghuni dan tidak diinginkan akan semakin banyak di tahun-tahun mendatang. Pemilik rumah sering tidak dapat menemukan pembeli untuk properti atau kekurangan dana atau waktu untuk mengelola rumah dengan benar.
Dilansir dari The Asahi Shimbun, menurut survei Perumahan dan Pertanahan Kementerian Dalam Negeri 2018, 8,49 juta rumah kosong secara nasional, terhitung 13,6 persen dari total pasar perumahan. Survei dilakukan setiap lima tahun sekali.
Nomura Research Institute memproyeksikan rasio tersebut akan melonjak menjadi 31,5 persen pada tahun 2038, kecuali sebagian besar struktur ini dibongkar. Persentase tersebut diproyeksikan meningkat tajam terutama setelah tahun 2025, ketika generasi baby-boomer, yang tingkat kepemilikan rumahnya lebih tinggi daripada kelompok usia lainnya, berusia 75 tahun atau lebih.
Rumah yang telah lama ditinggalkan berjumlah 3,49 juta, atau 5,6 persen dari semua perumahan kosong di Jepang, tidak termasuk rumah liburan dan akomodasi sewaan, menurut survei tahun 2018.
Di enam prefektur, termasuk Kochi dan Kagoshima, rasio rumah yang telah lama ditinggalkan mencapai 10 persen. Dari 3,49 juta rumah kosong, 2,4 juta adalah rumah kayu, dan 1,01 juta di antaranya dalam keadaan rusak parah.
Sebuah kelompok swasta yang memberikan konsultasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan rumah kosong di Prefektur Saitama mengatakan banyak orang memiliki pertanyaan tentang apa yang harus dilakukan dengan rumah masa kecil mereka yang tidak berpenghuni setelah orangtua mereka meninggal atau pindah.
Banyak rumah tua dibiarkan berdiri karena kerabat tidak ingin "berpisah" dengan kenangan masa kecil mereka, orangtua meminta mereka untuk mempertahankan rumah, atau terlalu sulit atau mahal untuk membersihkan semua yang tersisa di rumah, kata kelompok itu. Dalam banyak kasus, sanak saudara tidak ingin berurusan lagi dengan rumah yang mereka warisi.