Kisah Haru Ibu yang Harus Kehilangan Buah Hatinya Karena Penyakit Sepsis

Tim Redaksi Mommies Daily | Beautynesia
Rabu, 04 Aug 2021 12:45 WIB
Neyra, Balita yang Meninggal Karena Sepsis Foto: Tim Mommies Daily

Sepsis merupakan penyakit yang cukup langka. Sepsis merupakan infeksi di dalam tubuh dan penyebabnya bisa dari mana saja. Misalnya luka yang tidak steril dan tidak dibersihkan.

Beautynesia mengutip kisah haru ini dari Mommiesdaily.com. Kisah perjuangan seorang ibu, yang harus rela kehilangan buah hatinya yang baru berumur 15 bulan.

Anggi Rahmadianti adalah seorang ibu dua anak. Adalah Neyra, anak bungsu Anggi yang mengalami sepsis. Neyra akhirnya berpulang pada 16 April lalu setelah 11 hari berjuang melawan Sepsis.

Awalnya Muncul Ruam dan Seperti Demam Biasa


Di hari pertama, Ada sedikit ruam di wajah Neyra, semacam bintik merah disertai demam dan batuk pilek. Ruam yang keluar masih sedikit. Saat Anggi memeriksakan kondisi Neyra ke dokter, kesimpulan sementaranya adalah virus. Neyra pun diberikan antivirus dan obat demam. Selain itu, ada obat batuk pilek yang dikonsumsi Neyra di rumah.

namun di hari 2 dan 3, Demam serta batuk pileknya bertambah parah. Kali ini, muncul lendir dalam jumlah banyak dan menyumbat lubang hidung untuk bernapas. Selain itu ada kotoran mata yang menghijau dan membuat mata Neyra susah dibuka ketika bangun tidur. Mata Neyra juga bengap, kelopak matanya merah seperti meradang dan disertai bengkak. Batuknya jadi lebih sering, tetapi cenderung kering.
Di hari ketiga, Neyra terlihat susah bernapas. Hasil cek darah umum bagus, leukosit dan trombositnya normal. Dokter menyimpulkan Neyra terkena campak yang kategori berat. Ini karena matanya bengkak dan ruamnya juga bertambah banyak, walaupun belum ke seluruh tubuh-hanya di bagian dada dan tangan. Menurut dokter yang menangani Neyra, kalau ruam itu belum sampai ke kaki, nanti Si Kecil akan terus demam. Kalau bintiknya sudah menjalar ke kaki, biasanya demam akan berkurang.

Di hari ketiga itu juga, Anggi sempat menyampaikan ke dokter kalau Neyra mengalami sesak napas.

"Saya juga bilang, napas anak saya kok nggak nyaman. Seperti ada sesak napas. Dokter hanya memeriksa lewat stetoskopnya, lalu dia bilang: 'Nggak kok bu, ini nggak sesak napas'. Jadi saya memutuskan melanjutkan pengobatan, dan tidak menaruh curiga apa-apa," papar Anggi.


Hari pertama hingga keempat, Neyra masih rewel, napsu makannya sudah menurun. Menginjak hari ke-5 demam terus naik, menyentuh 41°, dan Neyra sudah tergolek lemas sehingga hanya bisa tidur. Anggi menyelidiki kenapa anaknya tidur terus, ternyata Neyra diberikan obat tambahan untuk pilek dan alerginya. Anggi pikir rasa kantuk datang dari dua obat itu tadi. Tapi Anggi curiga karena napas Neyra kian cepat dan lemas.

"Karena saya pikir ngantuknya dari obat, saya tunggu sampai hari ke-7, sampai bintiknya itu sampai ke kaki. Dan memang, itu bintiknya menjalar terus dengan harapan anak saya membaik. Ternyata tidak. Demam hari ke-5 sampai ke-7 turun naik 38-40," tutur Anggi.

Mulai Susah Buang Air, Infeksi Menjalar Ke Saluran Kencing

Neyra, Balita yang Meninggal Karena Sepsis/ Foto: Tim Mommies Daily

Ketika bintiknya sudah sampai ke kaki, belum juga ada tanda- tanda membaik. Akhirnya hari ke-7 pagi, Anggi membawa Neyra ke dokter lagi.
"Itu napasnya sudah cepat banget, tapi dokter bilang napasnya bersih. Namun, agar lebih yakin, dokter menyarankan untuk melakukan tes darah lagi," lanjut Anggi.
Akhirnya dilakukan tes darah tambahan, yaitu test CRP (C-Reactive Protein). Hasilnya kadar RP Neyra sangat tinggi, yaitu 280 dari ambang batas normal di angka 5. Dokter bilang Neyra sudah harus dirawat karena harus ada pemberian antibiotik via infus.
"Ketika saya tanya arti CRP ini ke dokter, dia bilang artinya ada infeksi bakteri di dalam tubuh anak. Dan kalau tinggi begini ada infeksi dan peradangan di badan-jadi harus pakai antibiotik yang lewat infus," ungkap Anggi mengulang penjelasan dokter tentang kadar CRP Neyra.
Selain CRP Neyra yang tinggi, trombositnya juga tinggi. Namun dokter belum membuat kesimpulan Neyra sakit apa-tindakannya baru sebatas menangani anak yang CRP-nya tinggi. Malam itu juga Neyra dirawat dan diberikan antibiotik lewat infus.
Akhirnya dokter mencari diagnosa lain, dan menaruh curiga kalau Neyra terkena Kawasaki. Tapi Anggi ragu karena anak dari kenalannya juga terkena Kawasaki, tapi gejalanya sangat berbeda. "Oh kawasaki itu, gejalanya nggak harus lengkap. Ada anak yang kawasaki gejalanya hanya sebagian," tutur dokternya. Neyra pun diperiksa oleh dokter jantung, mau dicari tahu, ada peradangan nggak di pembuluh darah jantungnya.

Di sela-sela menunggu Neyra diperiksa oleh dokter jantung, Anggi menyempatkan untukbrowsing. Dari dua hasil CRP dan trombosit yang tinggi, menurut hasil pencarian Google, Neyra terkena Sepsis. "Tapi sepsis yang saya temui di internet ini hanya satu, yaitu anak 10 tahun, dia CRP-nya tinggi, tapi nggak setinggi anak saya. Dia hanya 100-an. Didiagnosa sepsis dan harus dirawat 5 hari," pungkas Anggi menjelaskan hasil temuannya di internet.

Di hari Sabtu, CRP Neyra melesat ke angka 600, dan sebelumnya saya sudah sempat konsultasi ke dokter lainnya yang ahli Kawasaki, dan dia bilang Neyra bukan mengidap Kawasaki. Sebab, Kawasaki tidak diawali dengan gejala napas yang cepat. Sabtu malam demam Neyra sempat turun, dan Neyra disarankan untuk test darah Procalsotinin, yaitu tes spesifik untuk mengetahui seseorang mengidap Sepsis atau tidak.

Hari berikutnya yaitu hari ke-8, urine Neyra juga diperiksa karena dokter yang ahli Kawasaki itu curiga Neyra terkena Sepsis. Ternyata benar, urine Neyra sudah sedikit. "Mungkin karena sudah menjalar ke saluran kencing. Jadi dalam semalam itu anak saya naik 1 kg, karena cairan infus masuk tapi tidak bisa dikeluarkan lewat berkemih. Alhasil anak saya dalam semalam, kelihatan gemuk. Minggu pagi ditimbang naik 1 kg," jelas Anggi.

Masuk Nicu di Hari ke-8 dan Meninggal di Hari ke-11

Di minggu pagi itu juga napas Neyra semakin cepat, kurang lebih 80 tarikan per menit. Karena Anggi tidak tega melihat kondisi anaknya seperti itu, ia pun meminta obat yang bisa meringankan sesak napas Neyra kepada dokter. Tidak berapa lama Neyra kena sepsisshocked, suhu tubuhnya menurun drastis hingga 34°, seperti orang linglung dan gelisah. Neyra pun harus segera dibawa ke ICU.

Perburuan NICU dimulai, dan akhirnya berhasil mendapatkan NICU di RS di bilangan Cibitung. Ketika masuk NICU, kondisi Neyra sudah mengalami sepsis berat. Kesempatan Neyra untuk sembuh pun sempat diragukan dokter UGD di RS tersebut. Neyra ditangani dokter anak, jantung dan syaraf. Napas Neyra sempat membaik, baik dari tarikan napasnya dan kondisi jantungnya. Kabar baik sempat memperpanjang harapan Anggi, dokter saraf bilang "bakterinya belum sampai ke otak."

Senin malam, tiba-tiba Neyra terbangun, terlihat lebih aktif, ia menoleh ke berbagai sudut ruangan seakan ingin menyapa sekaligus "pamit" kepada orang yang hadir di ruangan itu. Tak lama kemudian, Neyra pergi untuk selamanya. Setelah kejadian itu, Anggie berusaha menggali lebih dalam lagi seputar Sepsis, rasa haus informasi mengenai Sepsis seperti tak pernah usai. Dia berharap ada organisasi atau mungkin saja komunitas yang terbentuk untuk memberikan edukasi seputar Sepsis.

Anggi berujar, ia ingin berbagi pengalamannya dengan harapan, orangtua lebih paham mengenai penyakit Sepsi, sehingga kematian buah hati bisa dicegah. Ia juga berharap kelak ada lebih banyak informasi mengenai Sepsis, agar para orangtua dan tenaga medis bisa lebih waspada dan sigap dalam penanganan Sepsis.

Ingin tahu lebih detail soal penyakit Sepsis dari dokter? Klik di sini!

parenti

(ayk/ayk)
Loading ...