Kupas Tuntas Gerakan Anti Boros 'Underconsumption Core' yang Ramai di TikTok

Justina Nur | Beautynesia
Senin, 10 Feb 2025 10:00 WIB
Kupas Tuntas Gerakan Anti Boros 'Underconsumption Core' yang Ramai di TikTok
Foto: pexels.com/gustavo fring

Beberapa tahun lalu, kamu tentu sudah sering melihat berbagai tren konten vlog yang memperlihatkan influencer yang berlomba-lomba memamerkan hasil belanjaannya atau memperlihatkan deretan koleksi makeup, skincare, busana, dan sebagainya. Tidak dapat dipungkiri, saat melihat konten tersebut muncul ketertarikan bahkan ingin meniru apa yang dilakukan oleh influencer agar bisa mendapatkan vibes bahagia atau excited seperti yang tergambar di vlog yang dibagikan.

Namun ternyata, tren tersebut tampaknya tidak bertahan lama. Meningkatnya tren video shopping haul tampaknya juga diiringi dengan kesadaran masyarakat, terutama bagi gen Z dan milenial bahwa hal itu dapat menimbulkan dampak pada lingkungan, sosial, dan tekanan ekonomi jika nekat terus menerus melakukannya.

Hal itulah yang membuat anak muda di media sosial membuat istilah baru, seperti underconsumption core, yang diviralkan di TikTok. Sebagai antitesis overconsumption, tren ini mencoba mendorong masyarakat untuk kembali hidup secara minimal dan simpel agar lebih hemat dan berkelanjutan.

Underconsumption juga melibatkan beberapa tindakan seperti membeli barang-barang yang benar-benar kita butuhkan, menentukan kembali tujuan dari suatu barang, bahkan menggunakan barang tersebut sampai rusak. 

Manfaat Penting dari Fenomena Underconsumption

Manfaat Penting dari Fenomena Underconsumption/ Foto: Tiktok.com

Tidak dapat dipungkiri, selama ini kita mengalami ketidakpastian ekonomi sejak pandemi. Akan tetapi, beberapa kreator di media sosial seperti TikTok atau Instagram tetap memberikan ‘arahan’ atau rekomendasi mengenai barang apa saja yang harus dibeli sambil memamerkan produk-produk tersebut di kamar atau di rumah mereka yang tampak sempurna.

Hal itu tentu menimbulkan kesan bahwa ketika kita mampu membeli barang seperti yang mereka pamerkan di konten video tersebut, kita akan bisa terlihat bahagia dan sempurna seperti di video tersebut. Sayangnya, banyak orang yang kesulitan untuk tidak tergoda dengan rekomendasi yang dibagikan oleh influencer.

Kondisi tersebut membuat banyak orang terpaksa membeli sesuatu, mencoba membenarkan pembelian tersebut bahkan ada istilah sendiri tentang hal ini yaitu ‘girl math’, dan kemudian berharap produk yang kita beli tersebut sesuai dengan ekspektasi dan kita bahagia ketika memiliki barang tersebut.

Hal ini tentu menjadi siklus yang sangat berat, apalagi bagi sebagian orang yang sudah terjerat dalam gaya hidup konsumtif. Tidak mengherankan jika underconsumption core ini memiliki manfaat tersendiri bagi banyak orang dan sangat dibutuhkan kehadirannya di media sosial seperti TikTok atau Instagram.

Kebiasaan Konsumtif Semakin Meningkat Akibat Adanya Social-Commerce

Kebiasaan Konsumtif Semakin Meningkat Akibat Adanya Social-Commerce/ Foto: Freepik.com

Beberapa waktu lalu, TikTok menghadirkan fitur baru yang memudahkan penggunanya melakukan aktivitas penjualan sekaligus pembelian di platformnya, yang disebut sebagai TikTok Shop. Diketahui, aplikasi ini mampu mendapatkan komisi dari setiap penjualan dan mendorong pengguna untuk membeli produk lewat iklan dan video yang sudah dirancang secara strategis untuk muncul terus-menerus.

Hal ini memang murah dan praktis untuk dilakukan. Akan tetapi, platform ini juga dipercaya memicu tindakan overconsumption yang tidak mindful yang akhirnya membuat aplikasi ini terasa melelahkan dan menyita energi bagi banyak pengguna.

Influencer Disebut Memicu Overconsumption

Influencer Disebut Memicu Overconsumption/ Foto: Freepik.com

Selama bertahun-tahun para influencer atau content creator dan aplikasi media sosial itu sendiri seperti TikTok dan Instagram memanfaatkan fakta bahwa orang dewasa muda cenderung mempercayai rekomendasi influencer untuk membuat keputusan membeli suatu barang. Namun, setelah banyak orang mulai merasakan dampak buruk overconsumption terhadap isi dompet, tamaknya orang-orang mulai melawannya dengan tren underconsumption core ini.

Tidak dapat dipungkiri fenomena underconsumption ini terasa seperti angin segar di antara obsesi banyak orang untuk memiliki banyak barang. Di sisi lain, tampaknya, tren underconsumption ini terasa masih mengabaikan beberapa fakta bahwa sebetulnya masih banyak orang yang hidup tidak seperti influencer TikTok di kehidupan nyata.

Fenomena Underconsumption Mengingatkan Kita Agar Lebih Mindful

Fenomena Underconsumption Mengingatkan Kita Agar Lebih Mindful/ Foto: Freepik.com/katemangostar

Tren underconsumption core yang ramai di platform TikTok dan juga Instagram ini tampaknya jadi pengingat bagi kita semua agar lebih sadar atas kebiasaan konsumsi kita. Tren ini juga akan mendorong kita semua untuk mempraktikkan setidaknya dua langkah pertama dari prinsip 3R yang sudah kita kenal, yaitu reduce (mengurangi) dan reuse (menggunakan kembali) sebelum fokus pada recycling (mendaur ulang).

Dengan cara tersebut, kita bisa jadi membuat keputusan belanja atau konsumsi yang lebih baik sekaligus menjadi konsumen yang lebih cerdas.

Dampak Underconsumption terhadap Bisnis

Dampak Underconsumption terhadap Bisnis/ Foto: Freepik.com

Seperti yang dilansir dari The Straits Times, fenomena underconsumption yang menimbulkan kesadaran saat berbelanja bagi para konsumen ternyata dapat mendorong bisnis untuk beralih ke ekonomi yang lebih berkelanjutan. Dengan adanya perilaku konsumsi yang cerdas, diharapkan bisnis mampu menawarkan produk yang lebih tahan lama dan mudah diperbaiki serta mengadopsi model bisnis circular economy.

Jenis bisnis circular economy ini akan menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi dengan kelestarian lingkungan, apalagi mengingat perubahan iklim yang terjadi saat ini. Oleh karena itu, baik itu fenomena underconsumption core, mindful purchasing, alternative consumption, atau responsible resource-use, semua istilah tersebut tetap mencerminkan nilai-nilai tradisional yang sama tentang mengonsumsi sumber daya secara bijaksana sekaligus menciptakan gaya hidup yang berkelanjutan namun tetap nyaman.

Pendekatan underconsumption ini tentu sangat bermanfaat, baik untuk dompet, lingkungan, maupun sesama manusia.

Itu tadi Beauties penjelasan soal fenomena underconsumption yang diramaikan di TikTok lewat konten Underconsumption Core sekaligus dampaknya terhadap industri. Apakah kamu tertarik untuk menerapkannya?

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(dmh/dmh)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE