Makin Brutal! Momen Israel Serang RS di Gaza Terekam di Siaran Langsung, Tewaskan Jurnalis-Tim Penyelamat
Militer Israel menghujani wilayah Gaza selatan dengan bom dan menewaskan sekitar 20 orang, termasuk jurnalis hingga tim penyelamat, Senin (25/8). Sebuah siaran langsung dari AlGhad TV merekam momen serangan brutal Israel yang membunuh petugas pertahanan sipil dan para jurnalis.
Potongan video yang viral di media sosial itu menunjukkan beberapa pria yang merupakan petugas pertahanan sipil menggunakan rompi berwarna oranye beserta jurnalis di rumah sakit Nasser. Mereka terlihat mengangkat tangan dan berusaha melindungi diri. Namun, beberapa detik kemudian, bom meledak dan membunuh mereka.
Israel Serang Rumah Sakit Nasser di Gaza Selatan, 20 Orang Tewas
Ilustrasi/Foto: SOPA Images/LightRocket via Gett/SOPA Images
Dilansir dari The Guardian, serangan pertama Israel menghantam lantai atas sebuah gedung di rumah sakit Nasser. Ledakan bom ini menewaskan jurnalis Reuters Hussam al-Masri dan beberapa orang lainnya.
Para jurnalis dan tim penyelamat segera bergegas ke tempat kejadian untuk membantu korban yang luka-luka. Namun, Israel kembali menjatuhkan bom sekitar 15 menit kemudian dan menewaskan para jurnalis dan tim penyelamat.
Kementerian Kesehatan Palestina menyatakan bahwa serangan di rumah sakit Nasser telah mengganggu proses operasi di ruang operasi. Kementerian mengutuk serangan tersebut, yang disebutnya sebagai bagian dari "penghancuran sistematis sistem kesehatan". Rumah sakit Nasser merupakan satu-satunya rumah sakit umum yang masih beroperasi di Gaza selatan.
Menanggapi serangan ini, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan Israel sangat menyesalkan terhadap apa yang terjadi, dan menggambarkannya sebagai “kecelakaan tragis” di rumah sakit Nasser.
Israel sangat menyesalkan tragedi yang terjadi hari ini di Rumah Sakit Nasser di Gaza. Israel menghargai kerja keras para jurnalis, staf medis, dan seluruh warga sipil. Otoritas militer sedang melakukan penyelidikan menyeluruh," tulis Netanyahu melalui akun X (dulu Twitter), Selasa (26/8).
Ini bukan pertama kalinya militer Israel menyerang rumah sakit di Gaza. Israel telah secara rutin menyerang rumah sakit, mengklaim tanpa bukti bahwa Hamas menggunakannya untuk tujuan militer. Israel juga secara rutin membunuh jurnalis di Gaza, terkadang dengan dalih bahwa para jurnalis tersebut terkait dengan Hamas. Klaim ini dianggap tidak berdasar oleh badan-badan jurnalistik.
Serangan Israel di rumah sakit Nasser menewaskan jurnalis Reuters Hussam al-Masri, Mariam Abu Dagga, yang bekerja untuk Associated Press, jurnalis Al Jazeera Mohammed Salam, jurnalis foto Moaz Abu Taha, dan Ahmad Abu Aziz dari Quds Feed. Wartawan Reuters lainnya, Hatem Khaled, terluka dalam serangan tersebut.
Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ) mengecam serangan Israel dan menyerukan tindakan dari komunitas internasional.
"Pembunuhan jurnalis di Gaza yang disiarkan oleh Israel terus berlanjut sementara dunia menyaksikan dan gagal bertindak tegas terhadap serangan paling mengerikan yang pernah dihadapi pers dalam sejarah baru-baru ini," kata direktur regional CPJ, Sara Qudah. "Pembunuhan di luar hukum ini harus dihentikan sekarang. Para pelaku tidak boleh lagi dibiarkan bertindak tanpa hukuman."
Serangan Double Tap Israel yang Targetkan Jurnalis-Petugas Kesehatan
Ilustrasi/Foto: NurPhoto via Getty Images/NurPhoto
Serangan "double tap" di rumah sakit Nasser di jalur Gaza selatan, Senin (25/8) ini telah menewaskan 20 orang, termasuk jurnalis dan tenaga kesehatan. Sebagai informasi, "double tap strike" adalah dua serangan terhadap target yang sama. Serangan pertama ditujukan untuk membunuh satu atau beberapa individu, sedangkan serangan kedua untuk membunuh petugas penyelamat yang datang membantu, sebagaimana dikutip dari Al Jazeera.
Menurut investigasi dari majalah Israel +972 dan Local Call, dikutip Al Jazeera, Israel kini "secara rutin" menggunakan taktik tersebut dalam menyerang Gaza. Seorang sumber yang hadir di ruang komando militer yang mengawasi serangan tersebut mengatakan bahwa para perencana tahu bahwa taktik tersebut sama saja dengan hukuman mati bagi ratusan orang yang terluka dalam serangan awal dan tim penyelamat mereka.
"Jika ada serangan terhadap seorang komandan senior, serangan lain akan dilakukan setelahnya untuk memastikan upaya penyelamatan tidak terjadi," jelas sumber tersebut.
"Petugas tanggap darurat, tim penyelamat, taktik ini akan membunuh mereka. Mereka menyerang lagi, menimpa mereka," tambahnya.
Lalu, apakah taktik serangan "double tap" ini legal? Jawabannya, sama sekali tidak, Beauties. Serangan ganda merupakan pelanggaran Konvensi Jenewa 1949, yang melarang penargetan tenaga medis, siapa pun yang membantu upaya penyelamatan, atau mereka yang terluka dalam serangan pertama.
Faktanya, serangan Israel pada Senin (25/8) menargetkan sebuah rumah sakit yang penuh dengan staf medis, penyelamat, dan jurnalis. Sosok-sosok tersebut dilindungi oleh hukum internasional, namun Israel secara konsisten dituduh menargetkan mereka dalam serangannya di Gaza.
Belum aada angka akurat terkait jumlah total petugas kesehatan dan Pertahanan Sipil yang dibunuh Israel. Namun, serangan brutal Israel di rumah sakit Nasser membuat jumlah jurnalis yang dibunuh oleh Israel di Gaza menjadi setidaknya 273, menurut penghitungan Al Jazeera.
Sejak serangan pada 7 Oktober 2023, Israel telah menewaskan sedikitnya 62.744 orang dan melukai 158.259 orang di Gaza. Hampir dua tahun berlalu, serangan ini tak kunjung berhenti. Kini, permasalahan utama yang melanda warga Gaza adalah bencana kelaparan yang mematikan. Hal ini telah dikonfirmasi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Menurut laporan PBB Klasifikasi Fase Keamanan Pangan Terpadu (Integrated Food Security Phase Classification /IPC), warga Palestina yang dicap mengalami kelaparan parah sudah mencapai 500 ribu orang sejak serangan brutal Israel berlangsung.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!