Al Obeid, Pesepakbola yang Dijuluki "Pele Palestina" Tewas Ditembak Israel saat Mencari Makanan

Nadya Quamila | Beautynesia
Senin, 11 Aug 2025 18:15 WIB
Al Obeid, Pesepakbola yang Dijuluki
Suleiman Al Obeid/Foto: Dok. X

Pesepakbola asal Palestina Suleiman Al Obeid tewas ditembak Israel saat sedang mengumpulkan bahan makanan di Jalur Gaza bagian selatan, Rabu (6/8). Penyerang legendaris yang dijuluki "Pele Palestina" ini tewas ketika pasukan Israel menyerang warga yang sedang di dekat pusat distribusi bantuan, ungkap Asosiasi Sepak Bola Palestina dilansir dari Al Jazeera.

"Mantan pemain tim nasional dan bintang tim Khadamat al-Shati, Suleiman Al Obeid, gugur setelah pasukan pendudukan [Israel] menyerang mereka yang menunggu bantuan kemanusiaan di Jalur Gaza selatan pada hari Rabu," bunyi pernyataan Asosiasi Sepak Bola Palestina (PFA).

Selama kariernya, Al Obeid berhasil mencetak lebih dari 100 gol. Hal ini membuatnya menjadi salah satu pesepakbola paling cemerlang di Palestina. Tak heran ia dijuluki "Pele Palestina", Pele merupakan nama pesepak bola profesional Brasil yang dianggap sebagai salah satu pemain sepak bola terbaik sepanjang masa.

Kematian Al Obeid menambah jumlah atlet beserta anggota keluarga mereka yang tewas di Jalur Gaza sejak dimulainya serangan Israel pada 7 Oktober 2023, yaitu meningkat menjadi 662. Sementara itu, jumlah kematian di industri sepak bola di Gaza sekarang mencapai 321, termasuk pemain, pelatih, administrator, wasit, dan anggota dewan klub.

Profil Suleiman Al Obeid, “Pele Palestina” yang Tewas Ditembak Israel

suleiman al obeid suleiman obaid suleiman obeid eric cantona gary lineker fifa

Profil Suleiman Al Obeid/Foto: Dok. Instagram @garylineker

Suleiman Al Obeid lahir di Gaza, 24 Maret 1984. Ia memulai karier sepak bolanya bersama klub Khadamat al-Shati di Gaza, sebelum akhirnya bergabung dengan Al-Amari Youth Center Club di Tepi Barat, dikutip dari Al Jazeera.

Setelah debut pada 2007, Al Obeid tercatat sebagai pemain inti tim nasional Palestina. Ia mencatatkan 24 caps (jumlah penampilan seorang pemain dalam pertandingan internasional resmi untuk tim nasionalnya) dan mencetak dua gol, menurut PFA, dilansir The Guardian. Golnya yang paling berkesan adalah saat melawan Yaman di Kejuaraan Federasi Sepak Bola Asia Barat 2010.

Bintang sepak bola ini meninggalkan seorang istri dan lima orang anak. Sang istri, Doaa Al Obeid, salah satu benda peninggalan Al Obeid adalah celana pendek biru-putih yang dikenakannya saat masih bermain untuk klubnya di Gaza, Al-Shati.

"Ini adalah barang paling berharga yang ditinggalkannya," ujarnya, dilansir dari Reuters.

Keluarga tersebut hanya memiliki sedikit barang milik Obeid, karena rumah mereka hancur akibat serangan Israel awal tahun ini. Mereka kini tinggal di sebuah tenda di antara reruntuhan sebuah permukiman di Kota Gaza.

Korban Terus Berjatuhan di Gaza Akibat Serangan Israel

EDMONTON, CANADA - APRIL 27:
Members of the Palestinian diaspora, supported by the local Muslim community and activists from left-wing parties, including the Communist Party of Canada, rally for Gaza under the banner 'End Genocide Now' through Edmonton's Whyte Avenue, on April 27, 2024, in Edmonton, Alberta, Canada. (Photo by Artur Widak/NurPhoto via Getty Images)

Korban Terus Berjatuhan di Gaza Akibat Serangan Israel/Foto: NurPhoto via Getty Images/NurPhoto

Kepergian Suleiman Al Obeid ini meninggalkan luka mendalam tak hanya bagi keluarga, tapi juga dunia sepak bola. Salah satu pesepakbola populer yang tergabung di klub Liverpool, Mohamed Salah, ikut buka suara atas tragedi tewasnya Al Obeid. Ia terlihat mengkritik cara Uni Sepak Bola Eropa (UEFA) mengumumkan kematian Al Obeid.

Dalam sebuah unggahan di X pada Jumat (8/8), UEFA mengatakan, "Selamat jalan Suleiman al-Obeid, 'Pele Palestina. Seorang talenta yang memberi harapan kepada banyak anak, bahkan di masa-masa tergelap sekalipun."

Menanggapi cuitan tersebut, Salah mengatakan, "Bisakah Anda memberi tahu kami bagaimana dia meninggal, di mana, dan mengapa?"

Lebih dari 1.300 warga Palestina telah tewas di dekat lokasi distribusi bantuan yang dikelola oleh Yayasan Kemanusiaan Gaza yang kontroversial sejak mulai beroperasi pada akhir Mei 2025.

Setidaknya 18 orang tewas saat mencari bantuan pada Rabu (6/8), sumber medis mengatakan kepada Al Jazeera. Krisis kelaparan semakin parah di wilayah tersebut karena Israel terus memberlakukan pembatasan ketat terhadap pasokan bantuan kemanusiaan.

Sementara itu, rumah sakit di Gaza telah mencatat empat kematian baru akibat kelaparan dan malnutrisi selama 24 jam terakhir, menurut Kementerian Kesehatan Gaza, sehingga total kematian terkait kelaparan menjadi 197, termasuk 96 anak-anak, sejak Israel melancarkan serangan di Gaza pada Oktober 2023.

Rest in peace, Suleiman Al Obeid.

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang dapat ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(naq/naq)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE